Rise n' Shine [Count on Me: Unwritten Moments]

755 36 2
                                    

|Lebih dari 5 tahun, Jihoon berusaha menjadi pribadi yang mandiri karena memang tak ada sosok yang dapat ia andalkan selain dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Lebih dari 5 tahun, Jihoon berusaha menjadi pribadi yang mandiri karena memang tak ada sosok yang dapat ia andalkan selain dirinya sendiri. Saat Soonyoung akhirnya datang dan sedikit memaksa menemani hari, Jihoon masihlah tenggelam dalam ragu hingga akhirnya detik ini, ia mencoba menerima dan nikmati.| . .

"Good morning~" Soonyoung tersenyum mengusak wajahnya pada bahu Jihoon. Pukul setengah 7 pagi waktu Sydney dan keduanya masih bergelung di atas ranjang. Hari Sabtu malas yang sungguh ideal.

"Good morning~" Jihoon membalas sembari mengucek matanya, membalik tubuhnya yang mulai berat karena janin berusia 24 minggu bergelung di dalam. Gantian, Jihoon yang bergelung dalam pelukan suaminya. Lelah sekali rasanya. Padahal ia telah berkelana dalam mimpi sejak pukul 8 malam..

CUP!

Soonyoung menundukkan wajahnya, mencium bibir tebal itu cepat.

CUP!

Lagi ia menunduk, kemudian mengecup permukaan perut itu tuk menyapa bayinya.

"Sayang eungg~" Soonyoung masih tersenyum memperlihatkan giginya, memeluk Jihoon gemas meski agak sulit karena terhalang perut yang membesar. Senang sekali karena akhir pekan yang ditunggu-tunggu tiba juga!

Soonyoung itu selama berada di Sydney untuk bekerja, jauh lebih sibuk dibanding saat di Jakarta. Perasaan bersalah selalu merong-rong hatinya. Ia meninggalkan Jihoon sendirian saja di rumah, sementara ia harus bekerja 8 jam dan bahkan tak sempat pulang untuk sekadar makan siang. Biasanya, ia hanya akan melakukan panggilan video sebentar, memastikan Jihoon baik-baik saja dan memakan sajian yang disiapkan pekerja rumah tangga yang sengaja ia kirim dari Jakarta.

"Sayangggg~~" entah sudah berapa banyak kata cinta yang Soonyoung ucapkan, namun Jihoon bukannya terganggu malah senang. Ia tersenyum tipis di balik dada bidang suaminya. Senang ya? Tak usah lelah bekerja, hanya tiduran seharian, disayang, dicinta, sembari menunggu si kecil lahir ke dunia. Peri kecil yang dinanti-nantikan.

"Mau mam apa hari ini hmm? Mau sarapan apa, cantik?" Soonyoung mengelus pipi kanan Jihoon dengan ibu jari. Kedua mata kecil itu bahkan belum terbuka sempurna, tapi sudah sok memperhatikan wajah cantik Jihoon begini.

"Eung? Apa ya? Belum pengen..." duhh imutnya calon Bibuw ini. Soonyoung makin gemas dan tak bisa untuk menahan kecupan-kecupan di wajah itu meski ia belum sikat gigi.

"On me ya sarapannya? Papa yang bikinin special buat Bibuw sayang. Buat Udon juga!" mata Soonyoung makin menyipit. Kegiatan masak-memasak ini masih saja ia lakukan sebagai tradisi. Dulunya sih sebagai bahan PDKT. Saat di Maluku, Soonyoung hobi sekali unjuk gigi. Memperlihatkan pada Jihoon bahwa ia lelaki sejati! Memasak saja bisa, apalagi menafkahi? Kecil!

"Aku tapi masih males," Jihoon merengek. Tunggu, yang memasak kan Soonyoung, kenapa anda yang males?

Soonyoung terkekeh, mengangguk kemudian memeluk Jihoon lagi. Paham jika artinya, Jihoon masih ingin bergelung lebih lama di atas ranjang berpelukan begini. Ahhh, nikmatnya Jihoon hamil, Soonyoung senang karena Jihoon si paling mandiri mendadak jadi makin manja begini.

Count on Me! [Second Life Universe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang