Ia menyesap minumannya pelan dan memandang ke luar jendela. Salju mulai turun lagi. Ia berdiri di sana beberapa saat, memandangi butiran salju yang melayang-layang diluar.
Ada yang hilang.
Keningnya berkerut samar. Tentu saja ada yang hilang. Ia tahu benar ada sesuatu yang hilang. Hanya saja ia tidak tahu apa yang hilang itu. Dan apakah sesuatu yang hilang itu penting atau tidak.
Ia menarik napas dalam-dalam. Yah... mungkin bukan sesuatu yang penting.Ia berputar membelakangi jendela dan memandang ke sekeliling ruangan. Aula besar itu mulai ramai. Orang-orang terlihat gembira, saling tersenyum, tertawa, dan mengobrol. Seorang kenalannya tersenyum dan melambai ke arahnya. Ia balas tersenyum dan mengangkat gelas.
Tepat pada saat itulah ia melihat orang itu.Orang itu baru memasuki ruangan. Matanya tidak berkedip mengamati orang itu menyalami beberapa orang sambil tersenyum lebar. Aneh... Ia menyadari dirinya tidak bisa mengalihkan pandangan.
Ia melihat orang itu mengambil segelas minuman dari meja bulat bertaplak putih sambil bercakap- cakap dengan seseorang yang berdiri di sampingnya. Kemudian orang itu mengangkat wajah dan memandang ke seberang ruangan.
Tepat ke arahnya!
Mata mereka bertemu dan waktu serasa berhenti. Aneh sekali. Otaknya tidak mengenal orang itu. Ia yakin ia tidak mengenal orang itu. Tetapi kenapa sepertinya hatinya berkata sebaliknya?
Kenapa hatinya seakan berkata padanya bahwa ia merindukan orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINTER [Completed] ✓
Teen FictionTetangga baruku, Min Yoongi, datang ke Seoul untuk mencari suasana baru. Itulah katanya, tapi menurutku alasannya lebih dari itu. Dia orang yang baik, menyenangkan, dan bisa diandalkan. Perlahan-lahan mungkin sejak Malam Natal itu aku mulai memandan...