"AKHIR pekan ini kami akan pergi ke resor ski. Sudah lama aku tidak main ski. Dan mereka juga bilang mau pergi ke onsen (pemandian air panas)." Suara Yuri yang riang terdengar dari pengeras suara di ponsel YG. "Gie, kau mau ikut?"
YG melirik ponsel yang menempel di dasbor mobilnya sementara ia mengemudi. "Tidak," sahutnya sambil menggeleng walaupun Yuri sudah pasti tidak bisa melihatnya. "Kurasa aku akan sibuk sekali akhir pekan ini. Banyak pekerjaan yang
menunggu. Tapi kuharap kau bersenang-senang dengan teman-teman sekantor mu."Hening sejenak, lalu Yuri bertanya dengan nada serius, "Gie, kau benar-benar berencana menetap di sini?"
YG menghentikan mobilnya di depan lampu lalu lintas yang sudah berubah merah. "Ya," sahutnya tegas sambil menatap ponselnya. Ia memang yakin ia ingin menetap dan bekerja di Seoul. Selama tiga minggu terakhir ini ia bahkan sudah mempersiapkan pameran hasil karyanya.
"Kenapa?"
Dalam hatinya YG tahu alasan di balik keinginannya ini, tetapi itu adalah sesuatu yang tidak ingin dikatakannya kepada Yuri. Entah kenapa. Mungkin belum waktunya. "Kenapa tidak?" balasnya acuh tak acuh.
"Kau tahu aku akan segera kembali ke New York, kan?"
"Tentu saja."
"Jadi kenapa..." Yuri tidak melanjutkan kata- katanya. Hening sejenak. Sepertinya Yuri tidak mengharapkan jawaban singkat dan tegas seperti itu. Lalu ia mendesah dan berkata datar, "Setelah akhir pekan ini, aku akan langsung pergi ke Ilsan beberapa hari. Ada tugas di sana." Jeda sesaat lagi, lalu, "Kita akan bicara lagi setelah aku kembali dari sana."
"Oke."
YG menutup ponsel dan kembali mengemudi sambil melamun. Selama tiga minggu terakhir ini perasaannya sendiri membuatnya bingung. Ia memang sering bertemu Yuri, makan bersama, jalan-jalan, dan semacamnya. Dan Yuri juga teman yang menyenangkan, sama seperti yang diingatnya dulu. Tetapi YG mendapati ada sesuatu dalam dirinya sendiri yang berubah. Ia tidak lagi merasakan apa yang dulu pernah dirasakannya setiap kali berada di dekat Yuri. Seharusnya ia sekarang merasa bahagia karena Yuri sudah kembali bersamanya, tetapi kenyataannya YG malah mendapati dirinya memikirkan orang lain. Seseorang yang selalu melintas dalam benaknya, seseorang yang tanpa sadar selalu dicari-carinya, seseorang yang membuat perasaannya kacau-balau, seseorang dengan nama Lee Jieun.
Setelah makan malam bersama di apartemen gadis itu sekitar tiga minggu yang lalu itu, mereka sudah jarang bertemu dan berbicara. Tentu saja kadang-kadang ia berpapasan dengan Jie kalau mereka kebetulan keluar dari apartemen pada waktu yang bersamaan atau pulang pada saat yang sama. Setiap kali mereka bertemu, Jie hanya membalas sapaan YG dengan singkat atau tersenyum sopan, tidak menyambut usaha YG untuk mengobrol lebih panjang. Jie memang tetap ramah, tetapi YG merasa gadis itu menjaga jarak darinya, bahkan mungkin juga menghindarinya. Dan itulah yang membuat YG uring-uringan. Ia tidak ingin Jie bersikap seperti itu kepadanya. Ia ingin berbicara dengan gadis itu, mengobrol seperti ketika mereka makan malam bersama, tetapi kelihatannya usahanya tidak berhasil.
KAMU SEDANG MEMBACA
WINTER [Completed] ✓
Ficção AdolescenteTetangga baruku, Min Yoongi, datang ke Seoul untuk mencari suasana baru. Itulah katanya, tapi menurutku alasannya lebih dari itu. Dia orang yang baik, menyenangkan, dan bisa diandalkan. Perlahan-lahan mungkin sejak Malam Natal itu aku mulai memandan...