WINTER 23

201 24 8
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"KENAPA Yoongi harus mengadakan pamerannya bertepatan dengan Hari Valentine?” desah Yuna ketika ia dan Jie sedang berdiri di tepi jalan, menunggu lampu lalu lintas berubah warna. Suaranya terdengar tidak jelas karena hidung dan
mulutnya dibenamkan di balik syal tebal yang melilit lehernya. Angin sore ini memang lebih dingin daripada hari-hari sebelumnya.

“Oennie sendiri juga tidak ada acara, kan, malam ini?” Jie balas bertanya sambil tersenyum.

“Oh, astaga! Haruskah kau mengingatkanku soal itu?” Yuba melotot, lalu mendesah lagi. “Tapi mungkin aku bisa cuci mata sedikit di pameran itu.”

Lampu lalu lintas berubah warna dan mereka menyeberang dengan cepat, lega karena setidaknya mereka kembali bergerak. Berdiri diam begitu saja membuat mereka semakin kedinginan.

“Ngomong-ngomong, Yoongi benar-benar sudah tidak apa-apa?” tanya Yuna, sementara mereka berjalan cepat ke arah galeri tempat pameran YG
diadakan. “Maksudku, baru beberapa hari di rumah sakit, dia sudah memaksa minta
pulang.”

“Kurasa dia masih sakit di sana-sini, tapi karena dia laki-laki, dia tidak akan mengakuinya,” jawab Jie. “Segala persiapan sudah dilakukan untuk pameran ini dan para sponsor tidak akan mau menundanya. Yoongi sendiri juga pasti tidak mau.”

Begitu mereka tiba di galeri dan menitipkan jaket, Yuna memandang berkeliling dan bergumam, “Wah, banyak juga yang datang. Baiklah, Jie, sampai jumpa lagi nanti. Aku harus beredar dulu.”

Jie mengangkat alis tidak mengerti.

Yuna tersenyum. “Cuci mata,” katanya. “Cuci mata.”

Setelah ditinggal Yuna, Jie masuk ke ruangan pameran dan mencari-cari Yoongi. Tidak ada. Yoongi tidak terlihat. Mungkin sedang sibuk. Ini kan pamerannya. Pasti banyak orang yang ingin berbicara dengannya. Sambil mendesah pelan, Jie
memutuskan untuk melihat-lihat sendiri dulu.

Tempat ini cukup ramai. Ternyata banyak orang yang tertarik dengan hasil karya Yoongi. Beberapa orang wartawan juga terlihat. Jie jadi bertanya- tanya apakah Yoongi memang sehebat itu? Apakah Yoongi memang terkenal seperti yang pernah
dikatakan Yuna?

Kalau dilihat dari foto-foto yang tergantung di dinding itu, Yoongi memang hebat. Bagaimana Yoongi bisa memotret sesuatu yang begitu biasa dan membuatnya begitu luar biasa? Misalnya foto hitam-putih yang menampilkan tangan seseorang yang terangkat ke arah matahari, seolah-olah ingin menggapai matahari. Entah bagaimana cara Yoongi memotretnya, tetapi sinar matahari yang menyelinap di antara celah jemari itu terlihat sangat indah dan berkilau.

Jie terus bergerak dari satu foto ke foto lain, terus berhenti di setiap foto untuk memandanginya dan terus terkagum-kagum. Ia memang tidak mengerti fotografi, tetapi ia tahu foto bagus. Dan Yoongi sudah jelas memang sangat berbakat seperti yang
dikatakan Yuna.

Tiba-tiba sebuah foto menarik perhatiannya. Jie mengerjap dan menahan napas. Foto yang tergantung di depannya adalah foto seorang wanita berjaket hijau yang berdiri di tengah-tengah kerumunan orang yang berlalu-lalang di jalan raya. Wanita yang menjadi objek utama dalam foto itu berdiri membelakangi kamera. Selain warna hijau dari jaket yang dikenakan wanita itu, segala sesuatu di sekitarnya—termasuk juga kerumunan orang yang berlalu-lalang—berwarna hitam-putih dan terlihat kabur, seolah-olah dunia di sekeliling wanita itu memudar di mata sang fotografer.

WINTER [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang