WINTER 1

292 33 1
                                    

MUSIM dingin sudah tiba dan menyelimuti kota Seoul. Angin bertiup agak kencang malam ini. Lee Jieun mengibaskan rambut panjangnya ke belakang agar tidak menghalangi pandangan sementara ia bergegas menyusuri jalan kecil dan sepi yang mengarah ke gedung apartemennya. Ia menggigil karena rasa dingin mulai menembus
jaket dan sweter tebalnya. Ia ingin cepat-cepat sampai di rumah, minum secangkir cokelat panas, dan makan ramyeon. Memikirkannya saja sudah membuat perut keroncongan. Dingni-dingin begini memang paling enak...

 Dingni-dingin begini memang paling enak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hei!”

Jie terlompat kaget dan berputar cepat. Matanya terbelalak menatap wanita dengan rambut sebahu dicat coklat terang yang sudah berdiri di sampingnya. Begitu mengenali wanita itu sebagai Kim Yuna, tetangganya yang tinggal di apartemen
lantai bawah, Jie menghembuskan napas lega.

“Yuna Oennie,” Jie mendesah sambil memegang dada. “Oennie membuatku terkejut setengah mati.”

Yuna mendecakkan lidah dan tersenyum lebar. “Kau terlalu gampang terkejut.”

“Oen tahu aku selalu merasa waswas kalau berjalan sendirian di jalan sepi,” kata Jie. “Dan aku punya alasan bagus untuk itu.”

“Baiklah, baiklah. Aku minta maaf. Ayo, cepat. Aku sudah hampir beku,” kata Yuna sambil menggandeng lengan Jie. “Kelihatannya barang bawaanmu banyak sekali. Kau bawa buku lagi hari ini?"

Jie mengeluarkan dua buku dari tas tangannya yang super besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jie mengeluarkan dua buku dari tas tangannya yang super besar. Dua-duanya buku klasik terkenal. “Dua buku ini baru masuk hari ini, jadi aku orang pertama yang membacanya.” Ia bekerja di sebuah perpustakaan umum di Itaewon dan ia sangat menyukai pekerjaannya. Sejak kecil ia memang sangat gemar membaca buku dan impiannya
adalah bekerja di perpustakaan, tempat ia bisa membaca buku sepuas hatinya, tanpa gangguan, dan tanpa perlu mengeluarkan uang.

“Oen mau membacanya?” tanyanya pada Yuna yang menatap kedua buku itu dengan kening berkerut. “Akan ku pinjamkan kalau aku sudah selesai.”

Alis Yuna terangkat tinggi dan ia melotot ke arah Jie. “Buku bahasa Inggris? Yang benar saja,” katanya. “Kau tahu benar bahasa Inggris-ku sekadar yes, no, thank you, I love you. Terlebih lagi, aku tidak suka membaca buku. Otakku yang sederhana ini hanya bisa memahami manga.”

WINTER [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang