WINTER 22

162 23 7
                                    

PUTIH

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PUTIH. Hanya itu yang dilihatnya ketika ia membuka mata. Setelah mengerjap beberapa kali, YG baru sadar yang dilihatnya adalah langit-langit kamar. Kelopak matanya terasa berat, pandangan nya masih agak kabur, kepalanya sakit. Di mana dia? Di rumah sakit? Apa yang...? Ah, ia ingat. Perkelahian itu. Jun kembali menyerangnya. Dan Jieun. Di mana gadis itu? Apakah ia baik-baik saja?

“Kau sudah sadar?”

YG menggerakkan kepalanya ke arah suara. Wajah Min Gong Woo terlihat di samping tempat tidurnya.

“Paman?” gumamnya serak.

“Aku senang kau masih mengingatku.” Gong Woo tersenyum lega. “Kurasa kau juga sadar bahwa kau berada di rumah sakit.”

“Jieun?” tanya Yoongi dan berusaha bangkit.

“Tunggu, tunggu,” cegah pamannya dan menahan bahu YG. “Pelan-pelan saja.”

YG duduk dibantu pamannya. “Di mana Jieun? Bagaimana keadaannya?”

“Jieun?” kata Pamannya bingung. “Maksudmu gadis yang dibawa ke sini bersamamu itu? Dia baik-baik saja.”

“Di mana dia sekarang?”

“Tadi dia di sini. Perawat baru saja membujuknya kembali ke kamarnya sendiri. Dia harus banyak istirahat,” sahut pamannya ringan. Melihat sorot mata YG yang tiba-tiba cemas, ia cepat-cepat menambahkan, “Percayalah. Dia tidak apa-apa. Kata dokter dia sudah boleh pulang besok. Sedangkan kau harus tinggal di rumah sakit
beberapa hari lagi.”

Merasa tenang mendengar Jieun baik-baik saja, YG mengembuskan napas perlahan dan tersenyum. Kemudian ia tertegun dan menatap pamannya. “Paman, sudah berapa lama aku di sini?”

Pamannya tersenyum lebar. “Tidak selama yang waktu itu. Kau hanya pingsan beberapa jam. Hebat, kan? Apakah mungkin itu berarti kau sudah kebal dihajar?”

YG tertawa, dan langsung meringis ketika wajahnya terasa sakit. Ia melirik jam dinding. Belum tengah malam. “Kenapa Paman masih ada di sini?” tanyanya heran. “Bukankah jam besuk sudah
lewat?”

“Tentu saja sudah lewat,” balas pamannya sambil tertawa. “Tapi aku membujuk perawat memperpanjang waktu kunjunganku. Perawat di sini baik-baik.”

YG tertawa kecil, ingat pamannya bisa sangat mempesona kalau keadaan mengharuskan.
“Untunglah kau segera sadar,” Gong Woo menambahkan. “Kalau tidak, aku harus menelepon ibumu dan mengabarkan bahwa kau dikeroyok lagi. Ibumu pasti akan langsung terbang ke sini dan menyeret mu kembali ke New York tanpa banyak omong.”

YG meringis. “Tapi Paman belum menelepon Ibu?”

“Kupikir, untuk apa membuat ibumu khawatir sebelum kita tahu hasil yang pasti? Bagaimanapun juga, sekarang kau sudah sadar dan sepertinya kau sangat baik.”

“Ya, tapi badanku sakit semua.” YG terdiam sejenak, lalu berkata, “Orang Orang itu...”

“Polisi sudah menahan orang-orang yang menyerang mu itu,” sela Gong Woo. Nada suaranya berubah serius. “Mereka juga yang menyerang mu pada Hari Natal waktu itu.”

WINTER [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang