"Oennie, Tae sudah pulang?" tanya Jie sambil melangkah masuk ke apartemen 102.
Yuna menutup pintu dan menyusul Jie ke ruang tamu. "Belum. Sepertinya hari ini dia akan pulang malam." Alisnya berkerut sedikit ketika mengamati Jie. "Kau sedang flu, ya? Suaramu sengau."
"Ya," gumam Jie lesu. Ia sudah merasakan gejala flu sejak pagi dan sudah minum obat, tetapi ternyata tidak berpengaruh karena keadaannya tidak membaik. Ia mengembuskan napas keras dan duduk di salah satu bantal yang ada di lantai ruang tamu. Ia menopangkan siku di atas kotatsu
(adalah sebuah meja kayu pendek yang diselimuti oleh futon, atau selimut besar, yang menutup bagian atas meja. Sumber panas ditempatkan pada bagian bawah, dulunya tungku batubara, tetapi sekarang elektrik, sering kali ditempatkan pada bagian meja itu sendiri) dan mengeluh, "Bagaimana ini?" Ia
menoleh ke arah Yuna dan baru menyadari tetangganya itu berpakaian rapi. "Oennie mau pergi?"Yuna menatap bayangannya di cermin bulat yang tergantung di dinding. "Ya. Pergi makan malam dengan teman." Setelah bentuk rambutnya dianggap sempurna, Yuna menoleh menatap Jieun. "Ngomong-ngomong, kenapa kau mencari
Taehyung-ie?"Jie berdiri dan menghampiri Yuba dengan ekspresi merajuk. "Aku mau memintanya mengganti bola lampu di apartemenku."
"Oh," gumam Jie sambil mengangguk. "Bola lampu sebelah mana?"
"Ruang duduk." Jie belum pernah mengganti bola lampu dan Yuba sama saja. Selama ini mereka selalu meminta bantuan Taehyung untuk melakukan pekerjaan semacam itu. Itulah keuntungan punya saudara laki-laki. Bisa dimintai tolong.
"Tae belum pulang," ulang Yuna. "Bagaimana dengan Yoongi?"
Jie menggeleng. "Belum pulang juga."
Yuba mendecak kan lidah. "Ke mana semua pria itu saat dibutuhkan?" gerutunya.
"Ada Kakek," kata Jie sambil tersenyum geli begitu teringat Kakek Osawa.
"Tapi aku tidak tega memintanya memanjat- manjat tangga demi mengganti bola lampu."
Yuna tertawa kecil. "Berarti kau harus menunggu salah satu dari kedua pria muda dan kuat itu pulang. Tidak ada pilihan lain."
"Tapi, Oennie, apartemenku gelap gulita," Jie mengerang. Ia tidak suka gelap. Ia takut gelap. Memang usianya sudah 25 tahun, tapi apa boleh buat? Sampai sekarang ia masih harus menyalakan lampu kecil kalau tidur.
"Jangan berlebihan," kata Yuba sambil mengenakan jaketnya. "Hanya ruang duduk mu yang gelap. Kamar tidurmu tidak."
"Oennie mau pergi sekarang?" tanya Jie dengan nada cemas.
"Teman-temanku sudah menunggu," kata Yuna. Ia berjalan ke jendela dan menyibakkan tirai.
"Di luar masih hujan deras," kata Jie, berharap Yuna akan menunggu hujan reda sehingga ada yang menemaninya di sini.
"Aku bisa bawa payung," kata Yuna sambil mengangkat bahu. "Tidak enak kalau aku sampai datang terlambat." Ia berjalan ke pintu dan mengenakan sepatunya. Kemudian ia menoleh dan menambahkan, "Tentu saja kau boleh menunggu di sini kalau kau mau."
"Oennie, tunggu dulu!"
Tepat pada saat itu lagu Life Goes On nya BTS terdengar nyaring. Nada dering ponsel Jie. Ia cepat-cepat menjawab. "Yoboseo?"
"Yaaa Jie - ni - aa!" Terdengar suara riang di seberang sana dengan latar belakang suara hujan.
Alis Jie terangkat. "Yoongi-aa?"
"Jie-ni," panggil Yoongi sekali lagi. "Sedang apa?"
"Tidak sedang apa-apa."
"Apa yang terjadi dengan suaramu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/355531763-288-k83877.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WINTER [Completed] ✓
Teen FictionTetangga baruku, Min Yoongi, datang ke Seoul untuk mencari suasana baru. Itulah katanya, tapi menurutku alasannya lebih dari itu. Dia orang yang baik, menyenangkan, dan bisa diandalkan. Perlahan-lahan mungkin sejak Malam Natal itu aku mulai memandan...