Bab 17. Pulang

310 15 1
                                    

  Biwa kembali ke kamar, dan berkata bahwa ia tidak jadi pergi. Saat ku tanya alasannya kenapa, ia hanya menjawab sedang malas. Dan memberi alasan pada Bagas bahwa dirinya sedang tidak enak badan. Tapi aku sebenarnya tau alasannya adalah bahwa ia tau juga aku sudah pasang raut wajah yang tidak mengenakan. Jadi mungkin ia merasa tidak enak untuk pergi.

  "Sayang.. Bener karna males? Kok tiba tiba nggak jadi?" Tanya ku memastikan.

  "Iya yang, capek aku. Mending disini aja sama kamu" Jawab Biwa.

  Benar saja aku menjadi alasannya tidak jadi pergi. Sungguh senang diri ku, dia memprioritaskan aku. Tapi seperti biasa, aku orang yang gengsi menunjukan diri jika aku cemburu. Jadi aku sebenarnya hanya pura pura tidak cemburu, padahal hati ku porak-poranda.

  "Terus ini kamu di sini aja, nggak turun kebawah?" Tanya aku lagi.

  "Entar yang, mau meluk kamu" Jawab Biwa sambil mendekat memeluk ku.

  "Yaudah sini sayang ku, cantik ku, manis ku, my baby honey sweety" Ucap ku membalas pelukannya.

  Dan setelah beberapa saat, Biwa turun. Karna Bagas juga akan pamit pulang. Setelah Bagas pulang, Biwa ke atas dan langsung mengunci pintu. Ia tertidur sambil memeluk ku. Memang cukup melelahkan acara wisuda seperti tadi. Tapi aku belum bisa tidur. Aku masih merasakan tangan yang ada di atas tubuh ku ini. Aku memandangi wajahnya, dan berpikir.

  Bagaimana jika suatu saat kita tidak bisa lagi seperti ini? Bagaimana jika suatu saat Biwa pergi meninggalkan aku? Entah dia menikah atau perasaannya yang berubah. Entah sanggup ku sampai dimana. Bagaimana jika suatu hari nanti aku tidak bisa melupakannya?
 
  Semua berkecamuk jadi 1 di pikiran ku. Perasaan dan pikiran ku yang sangat resah. Aku sangat takut kehilangannya. Aku menganggap inilah cinta pertama ku dengan hubungan sedalam ini. Dengan Bunga kemarin aku mungkin hanya suka atau kagum. Atau bisa jadi obsesi. Tapi wanita yang tertidur di sampingku sambil memeluk ku. Dia lah wanita yang kucintai selalu dan seterusnya. Akhirnya aku juga ikut mengantuk setelah overthinking ini terjadi. Dan ikut terlelap dengan memeluk Biwa juga.

2 minggu kemudian...

  Mama Biwa sedang di kamar kak Fina. Dan ia memanggil ku dari dalam kamar, karna aku kebetulan sedang lewat sehabis menjemur pakaian yang ku cuci.

"Si... Sisi. Sini deh mama Biwa mau ngomong sama Sisi" Ucap mama Biwa dari kamar.

"Iya mah, sebentar. Sisi taro embernya dulu" Jawab ku sambil berjalan ke bawah untuk mengembalikan ember yang kupakai. Dan aku kembali lagi ke atas menemui mama Biwa.

"Ada apa mah manggil Sisi?" Ucap ku lagi.

"Si.. Biwa udah selesai kuliah. Kamu juga udah. Kamu nggak pulang dulu aja nemuin mamah kamu?" Ucap mama Biwa.

"Emhh.. Iya mah emang rencananya Sisi mau pulang. Cuman nanti dulu maksudnya mau cari kerja pengen bareng cari kerja sama Biwa juga. Abis kan yang kemaren Sisi keluar gara-gara kejauhan. Pengen yang lebih deket gitu mah" Jawab ku menjelaskan.

"Iya mamah mah nggapapa. Seneng kalo Sisi disini nemenin Biwa juga. Mamah mikirin mamanya Sisi, takutnya kepikiran anaknya lama disini" Mama Biwa.

"Iya mah nanti Sisi pulang akhir bulan ini kayaknya, sebelum tahun baru" Aku.

"Iya Si. Maaf ya bukannya ngusir, mamah pengen Sisi tetep punya hubungan baik aja sama orang tua. Gimana juga itu mamah Sisi ya Si, nggak boleh di jauhin yaa" Mama Biwa.

"Iya mah, makasih udah di ingetin" Aku.

"Sama-sama Si. Yaudah gih makan dulu sama Biwa sono" Mama Biwa.

TAK INGIN BERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang