Bab 14. Ketahuan

404 16 2
                                    

Aku sudah mulai terbiasa melihat Biwa dengan Bagas. Di beberapa moment aku melihatnya berduaan. Entah di story instagram Bagas, di galeri handphone Biwa, atau bahkan saat aku pulang kuliah tidak sengaja aku berada di belakang mereka yang sedang naik motor juga. Dan aku berusaha berpikir semuanya akan baik baik saja. Tapi aku tidak berani bercerita lagi dengan kak Adet, dia merupakan orang yang realistis, dan aku juga tau kalau kak Adet menyukai ku. Maka ia tidak ingin aku di sakiti oleh siapapun. Jika kak Adet tau hal detail seperti ini, sudah pasti aku disuruh putus dengan Biwa. Tapi dia tetap tidak tau apa yang sebenarnya terjadi di hidup ku. Dia tidak mengenal Biwa. Dan aku yang menjalani hubungan ini, sakit atau tidak itu adalah bagian dari mencintai bukan?

Hari ini aku berjalan-jalan dengan Biwa ke sebuah tempat wisata. Kami naik busway, sengaja karena ingin menikmati moment. Aku ingin membawanya ke setiap penjuru kota ini. Aku ingin setiap aku pergi kemanapun di kota ini, aku ingat pernah mengunjunginya dengan Biwa. Karena aku adalah orang yang mudah terbawa suasana dan kenangan. Tapi aku tidak tau bagaimana ke depannya jika ternyata aku tidak bersama dengan Biwa lagi. Apakah nantinya kota ini akan begitu menyakitkan bagi ku? Tapi lagi lagi aku tidak perduli. Aku hanya ingin menciptakan banyak moment dengannya. Entah dengan Biwa, apakah dia orang yang sama seperti ku. Biwa adalah satu-satunya orang yang ingin ku ajak segalanya, pergi kemanapun, melakukan apapun. Bahkan untuk pergi ke kampung halaman juga aku ingin sekali mengajak Biwa. Ingin ku kenalkan ia kepada seluruh keluarga ku, sebagai irang spesial di hidup ku. Walaupun bukan dengan status sebagai pacar. Bisa bisa aku di coret dari KK oleh keluarga ku. Keluarga saat ini belum terlalu dekat dengan Biwa karena aku lebih sering berada di rumah Biwa.

Hari ini cuaca cukup terik. Tapi Biwa tidak memakai cardigan atau jaket. Padahal kami akan melakukan aktivitas outdoor. Dan memang hari ini aku masih berada di rumah Biwa, dan aku lupa mengingatkannya dari rumah.

"Sayanggg.. Kok nggak pake jaket sih atau baju panjang?" Ucap ku saat berjalan berdua dengan Biwa menuju halte busway.

"Males ah ntar gerah" Jawab Biwa.

"Pake cardigan gitu loh pokoknya yang lengan panjang. Kamu mah nanti tangannya item" Ucap ku.

"Nggak lah. Entar juga putih lagi hahaha" Ucap Biwa malah meledek ku.

"Isshh batu loh anak ini. Untung sayang kali loh aku sama mu" Ucap ku pasrah.

"Hahaha emang iya?" Biwa.

"Iyalah kalo nggak sayang ngapain sampe sebegininya coba?" Aku.

"Iya iya ih yaudah enggapapa. Kamu jangan ajak aku panas-panasan makanya" Biwa.

"Ya namanya kita aktivitas di luar ruangan sayanggg ya panas lahh. Ribut aja yok kita" Ucap ku agak kesal tapi dengan bercanda dengannya.

Setelah sampai di halte busway, tidak lama kemudian busway untuk ke tempat yang kami tuju sudah sampai dan kami segera menaikinya.

"Sstt eh sstt" Ucap ku bisik bisik memanggil Biwa, menarik tangannya agar duduk dekat ku.

Dan kami duduk bersampingan. Sebenarnya Biwa baru beberapa kali menaiki busway, dan saat pertama pun juga dengan ku. Iya aku sengaja mengenalkan transportasi umum padanya. Agar dia bisa mandiri, aku berharap dia juga bisa mengenal daerah daerah lain. Karena katanya Biwa juga tidak banyak tau banyak tempat di Jakarta. Itu memotivasi ku agar aku bisa terus mengajaknya jalan-jalan. Aku ingin terus bersamanya 24/7 selalu.

Di dalam busway aku sembari memberi taunya tempat tempat atau jalan jalan yang kami lewati. Terkadang ku genggam tangannya, ku usap usap punggung tangannya. Rasanya aku ingin memeluknya di sini. Tapi nanti orang orang beranggapan aneh terhadap kita. Namun seperti biasa, ku ambil kepalanya agar bersandar di bahu ku. Terkadang semerbak wangi rambutnya jika ku menghadap kepalanya, dan rasanya ingin ku kecup saat itu juga. Sangat menggemaskan Biwa ku ini. Terlalu sayang aku dengannya. Tidak ingin aku membiarkan moment indah indah ini terlewat di hidup ku.
Saat sudah sampai tujuan aku dan Biwa berjalan-jalan, sesekali kami duduk untuk istirahat, tapi aku bosan, jadi ku ajak Biwa untuk menyewa sepeda disini. Kami berkeliling menggunakan sepeda. Sungguh menyenangkan, Biwa pun terlihat bahagia, apalagi aku. Setelah lelah, kami bersiap untuk pulang karena hari juga sudah sore. Namun sebelum sampai di rumah, kami mampir untuk makan bersama terlebih dulu di luar.

TAK INGIN BERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang