"Biww... Lu ngapain di atas tadi?" Tanya kak Sari di bawah.
"Lah ngapain? Nggak ngapa-ngapain kak" Jawab Biwa.
"Boong lu. Abis ngelakuin apa lu sama Sisi?" Tanya kak Sari lagi.
"Gua nggak ngapa ngapain kak. Kenapa sih lu nanya nanya kayak gitu" Ujar Biwa.
"Terus kenapa itu si Sisi nggak pake baju. Lu jangan aneh aneh lu ya Biw" Ancam kak Sari.
"Apaan sih lu kak. Si Sisi kegerahan makanya dia buka baju" Jawab Biwa lagi.
"Ya siapa suruh daritadi lu diatas aja berdua. Kayak lesbi aja lu berduaan mulu" Celetuk kak Sari.
"Nggak jelas lu kak nuduh nuduh. Dah ah" Jawab Biwa sambil kembali ke kamar.
Biwa masuk kamar dengan wajah panik, tegang, jika yang tidak mengenal Biwa tidak akan tau kalau Biwa sedang panik. Tapi karna aku sudah berbulan-bulan dengannya, aku tau dia sedang panik.
"Di tanya apa yang di bawah?" Ucap ku mengawali percakapan dengan Biwa.
"Kak Sari tau kita abis ngelakuin itu tadi. Dia curiga" Ucap Biwa lemas.
"Yah terus gimana. Maafin aku gara gara aku ya tadi" Ucap ku juga ikut lemas.
"Kamu sih tadi nggak nurut sama aku. Ku bilang cepet pake bajunya kak Sari masuk. Bajunya kak Sari atau anaknya itu nggak ada di lemari ini. Kamu juga segala bersuara tadi mainnya. Aku udah bekep mulut kamu padahal" Ucap Biwa mengeluarkan unek-uneknya.
"Maafin aku. Terus kalo udah gini gimana? Apa aku keluar aja dari rumah ini?" Tanya ku.
"Udah nggapapa. Kalo kamu tiba tiba pergi, malah aneh. Tapi kedepannya kak Sari pasti bakal curiga terus. Udah lah mampus aku. Kak Sari orangnya keras loh" Ucap Biwa mengingatkan.
"Kayak gini aku jadi nggak enak kan sama kamu sama kak Sari dan semuanya juga. Maafin aku yaa. Aku bener bener nggak nyangka bakal kayak gini" Aku.
"Udah nggapapa. Tapi kedepannya kita nggak akan sebebas ini. Dan kakak cowok aku tau bisa abis aku" Biwa.
Aku hanya bisa meratapi nasib ku dengan Biwa malah jadi seperti ini. Memang tidak terlihat langsung di depan mata kak Sari atau keluarga lainnya. Tapi ku akui, dengan aku tadi tidak memakai baju, dan suara aku mendesah itu sudah cukup membuat kak Sari yakin, ada sesuatu antara kita. Apalagi selama di rumah Biwa aku selalu berduaan dengannya, pergi kemanapun dengannya. Tapi ku tanamkan di dalam hati dan pikiran ku kita akan baik baik saja. Mungkin ini juga ujian untuk hubungan kita.
Beberapa bulan kemudian...
Aku dan Biwa sudah sama sama menyelesaikan skripsi. Dan tidak lama kami akan wisuda. Hari ini seperti biasa Biwa di jemput oleh Bagas. Tadi saat di rumah Biwa bilang Bagas akan menjemputnya. Aku sedang tidak terlalu memikirkan itu karena otak ku sedang terbagi dengan pekerjaan dan juga kuliah ku. Malam hari saat aku dan Biwa sama sama sudah di rumah, Biwa bercerita dia ke rumah Bagas saat pulang kuliah tadi.
"Yang tadi aku ke rumah Bagas" Ucap Biwa.
"He'emh" Jawab ku.
"Kok gitu doang jawabnya" Protes Biwa.
"Terus gimana?" Tanya ku.
"Kamu marah yaa?" Tanya Biwa kembali.
"Menurut kamu?" Aku.
"Ya kamu bilang aja kek kalo kamu marah. Jangan diem gitu" Biwa.
"Yaudah yaudah. Kamu ngapain emang disana?" Aku.
"Nggak ngapa-ngapain. Tapi tadi ada hal penting" Biwa.
"Apa itu?" Aku.
"Tapi janji jangan marah ya. Jangan marah ke dia juga. Dia udah baik banget ke aku. Aku nggak mau kamu sama dia malah jadi berantem" Biwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAK INGIN BERAKHIR
Novela JuvenilCerita ini sudah ku mulai. Ini tentang aku, Asiyah Haura. Aku tau akhirnya seperti apa, namun aku tetap ingin berjalan bersamanya. Dengan segenap hati ku, dengan segala asa ku. Di mulai dengan aku Si Extrovert Asiyah (Sisi) yang akhirnya memilih ci...