Bab 3. Akhirnya

804 44 6
                                    

Menunggu dengan resah
Adalah hal yang menyiksa

Bulan April

"Hari ini ku akan menyatakan cinta (nyatakan cinta).. Aku tak mau menunggu terlalu lama.. Terlalu lama.." Senandung ku di kelas.

"Nyanyi lagu itu mulu lu Si" Tepuk Dita langsung duduk di bangku sebelah ku. Dia adalah teman sekelas ku di kampus.

"Iihh ngagetin aja lu Ta. Gue lagi seneng aja sama lagu itu Ta" Jawab ku.

"Yaudah kalo seneng, nyatain lah. Bukan cuma di nyanyiin" Ledek Dita sambil menyenghol bahu ku.

"Emang nggapapa ya nyatain duluan?" Tanya ku.

"Nggapapalah.. Urusan dia suka balik apa enggak sama lu, ya itu terserah. Yang penting kan udah jujur sama diri sendiri dan dia. Eh tapi lu mau nembak siapa sih Si?" Tanya Dita.

"Iya masalah nya gue cewek Ta" Ucap ku. Walaupun sebenarnya tujuan ku juga wanita, tapi Dita tak tahu jika aku sebenarnya menyukai wanita.

Dita ini teman sebangku ku. Dia sangat baik pada ku. Dia cantik. Wajahnya seperti orang arab dengan hidungnya yang mancung. Sebenarnya aku menyukainya namun tidak ku teruskan perasaan ku. Karna takut Dita tau, takut merusak pertemanan kita, dan Dita menjauhi ku. Jadi biar saja seperti ini, aku hanya mengaguminya pun sudah cukup.

"Ya nggapapalah Si. Masih jaman emang harus cowok duluan yang nembak hahaha" Ledek Dita. Aku pun ikut tertawa dalam hati, karena Dita tak tau siapa yang sebenarnya ku maksud.

"TRRIINGG"
Nada pesan WA ku berbunyi. Dan ternyata Biwa yang chat. Biwa bilang bahwa ia sedang berada di kampus, dan ia bosan dengan mata pelajaran yang ada di kelasnya saat ini. Aku hanya tertawa membacanya.

"Kan.. Kan.. Lu ketawa ketawa sendiri baca chat. Chat siapa sih lu Si? Pelit banget nggak mau kasih tau" Ucap Dita sambil mencoba mengintip handphone ku.

"Apa sih taaa hahaha gue lagi liat tiktok" Jawab ku mengelabui Dita.

"Boong banget lu Si, orang gue liat lu buka WA" Jawab Dita sambil tertawa.

Pembicaraan ku alihkan dengan pembahasan tentang materi pelajaran dari dosen yang akan mengajar nanti. Dan akhirnya Dita juga sudah tidak membahasnya lagi. Dosen pun masuk ke kelas. Dan kami mengikuti pelajaran dengan seksama.

Materi hari ini telah selesai, saatnya aku kembali ke rumah. Menaiki busway setiap hari dengan kemacetan kota Jakarta membuat ku merasa penat. Di tambah kisah ku yang membuat ku sedikit pusing. Kali ini sepertinya aku bertekad untuk mengutarakannya pada Biwa. Namun aku sedang mencari cara untuk mengungkapkannya.

Keesokan harinya.

Hari ini aku tidak ada kelas, karna dosen sedang ada rapat, maka dari itu aku kembali bangun siang. Namun aku semakin gelisah. Semalam pun aku tidak tidur dengan nyenyak. Akhirnya dengan segala bimbang dan bingung ku, aku putuskan hari ini aku benar benar harus memberi tahu Biwa tentang perasaan ku. Terserah akhirnya nanti dia akan menerima ku atau tidak. Setidaknya aku sudah bilang padanya. Ku telpon Biwa, ku tanyakan padanya apakah hari ini ia sedang sibuk atau tidak. Ternyata jadwalnya juga sedang kosong. Akhirnya ku chat Biwa untuk mengajaknya bertemu di Pusat Perbelanjaan dekat rumah ku.

Aku pulang, setelah itu aku siap untuk bertemu dengan Biwa. Hari ini aku berniat mengajaknya menonton bioskop. Setelah sudah siap aku segera memesan ojek online menuju Mall Kota Kasablanca. Karena rumah Biwa juga di Jakarta Pusat, maka aku ajak bertemu di tengah-tengah. Setelah sampai aku chat Biwa, ternyata dia masih di jalan. Aku menunggunya di Lobby. Biwa juga naik ojek online. Setelah sampai dia menelpon ku.

"Si.. Aku mau minta tolong dong" Ucap Biwa di telpon.

"Kenapa Biw, ada kendala?" Jawab aku.

"Ini Si, abangnya nggak ada uang receh nih buat kembalian, aku tadi nggak ada saldo di Ovo, bisa kesini bentar nggak, pinjem uang kamu bayarin abang grabnya?" Ucap Biwa.

"Wait on the way on your place. Di Lobby kan?" Tanya aku.

"Iya nih disini nih, liat nggak?" Jawab Biwa sambil melambai-lambaikan tangan ke arah ku.

Aku segera mematikan telpon, dan setengah berlari ke arahnya. Entah aku sesenang itu ingin bertemu dengannya. Setelah urusan kami selesai. Aku dan Biwa menuju bioskop yang ada di lantai 2. Setelah membeli tiket filmnya, kami memasuki bioskop karna kebetulan filmnya 5 menit lagi akan mulai. Sebelum film di putar, aku bertanya pada Biwa.

"Biwa.. Mau minta pendapat deh" Sembari ku tatap Biwa.

"Pendapat apa Si?" Tanya Biwa menatap ku balik.

"Aku kan lagi mau beli wallpaper ya, tapi aku bingung, temanya itu kayak ada merah sama putih. Kata kamu kalo contoh itu tembok kamu, kamu akan kasih yang ada merahnya, atau putihnya?" Tanya ku pada Biwa.

"Kalo aku si Merah, soalnya aku suka merah" Jawab Biwa.

"Oohh merah ya Biw, oke deh. Kayaknya rekomendasi kamu bagus" Ucap ku.

"Iya bagus kan, kamu mau beli dimana emang?" Tanya Biwa.

"Ini di Shopee hehe" Jawab ku.

Kami kembali menikmati film yang sudah mulai terputar di layar. Entah kenapa lagi lagi aku melirik Biwa di sebelah ku. Tapi saat beradu pandang, aku tak sanggup dan kembali menatap ke arah layar. Aahh, sangat salah tingkah di buatnya.
Setelah film telah selesai, kami keluar, dan aku bergegas mengajak Biwa untuk ke rumah lagi. Aku memesan taksi online kali ini, karna aku akan mengantarnya dari rumah ku dengan motor. Setelah beberapa saat, taksi online pun datang, kami bergegas menaikinya.

Di dalam mobil

"Sisi.. Emang nggapapa nanti kamu anterin aku dulu?" Tanya Biwa.

"Ya nggapapa Biw, orang aku mau anterin kamu" Ucap ku.

"Yaudah deh. Kalo kamu capek nggapapa padahal aku pulang sendiri" Ucap Biwa

"Nggak capek, it's okey i'm happy Biw" Ucap ku sambil menepuk pundak Biwa agar tidak khawatir.

Setelah sampai di rumah, aku mengajak Biwa masuk. Dan kebetulan orang tua ku sedang tidak di rumah. Mungkin ini bisa jadi kesempatan.

"Biw masuk dulu yuk bentar, ke kamar yuk. Aku mau ambil sesuatu, temenin aku" Pinta ku ke Biwa

"Mau ambil apa Si?" Tanya Biwa sambil nemasuki kamar ku.

"Ehmmhh.. Biw aku mah ngomong sebenernya" Ucap ku mulai gugup.

"Bilang apa Si? Bilang aja" Tanya Biwa sambil tertawa kecil melihat ekspresi ku mulai salah tingkah.

"Eehh ini Biw, buat kamu" Sambil ku berikan setangkai Mawar Merah yang sudah ku siapkan sedari tadi saat masih bersamanya di bioskop. Iya, aku sudah membelinya sebelum aku bertemu dengannya dan ku simpan di tas ku. Aku membeli 2 Mawar. Dua warna, merah dan putih. Karna jujur aku belum tau Biwa menyukai mawar apa.

"Hah ini buat aku? Serius?" Tanya Biwa bingung tapi dengan senyumnya yang sangat manis.

"Iya Biw, itu buat kamu. Ada suratnya, tolong baca yaa" Ucap ku sembari membetulkan tas ku gang tadi ku buka, dengan wajah memerah ku, menahan malu.

Biwa mencium bunganya, dan berdiri sambil memeluk ku. Aku pun kembali memeluknya dan kami terjatuh di atas kasur bersama, dengan posisi ku yang kini sudah berada di atas tubuhnya.

"Si.. Ini maksudnya apa?" Tanya Biwa tertawa kecil.

"Ini tanggal jadian kita ya, 04 bulan 04. Bagus kan tanggalnya? Aku sengaja, bisa aja sih pas ulang tahun aku. Tapi kelamaan ah. Aku udah nggak tahan" Sambil ku belai rambutnya. Lalu ku kecup keningnya, ke pipinya, dan kembali ku kecup bibir mungilnya, dengan lembut. Sangat lembut dan sangat ku nikmati. Dia memeluk ku dengan erat dari bawah. Aku memegang kedua wajahnha dan semakin tenggelam dalam ciuman panjang ini. Rasanya aku ingin terus seperti ini selamanya dengan Biwa.

TAK INGIN BERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang