Bab 4. Mencintainya?

878 45 13
                                    

"Si.. Kamu sweet banget sih?" Ucap Biwa malu malu.

"Iya maaf ya aku bisa nya kasih ini ke kamu. Kamu tapi sebenernya suka mawar nggak Biw? Tanya ku.

"Sebenernya nggak terlalu suka bunga. Tapi kalo kamu yang kasih, aku suka banget" Jawab Biwa.

Saat ini kami sudah berada di atas motor. Aku bergegas mengantar Biwa pulang, karna aku sangat malu dengan apa yang sudah ku lalui tadi bersama Biwa. Namun saat sudah setengah perjalanan, tiba tiba hujan. Aku tidak membawa jas hujan, akhirnya kami berteduh di depan showroom mobil bekas yang ada di pinggir jalan. Biwa terlihat masih senyum senyum sendiri.

"Kamu kenapa Biw, senyam senyum sendiri?" Tanya ku pada Biwa dengan ku ikut tersenyum.

"Nggapapa.. Makasih yaa sayang. Boleh kan sekarang manggil sayang?" Tanya Biwa kembali pada ku sambil melirik ke arah ku.

"E-ehh.. Emh.. I-iya boleehh boleh. Tapi aku jadi canggung nih mau manggil kamu sayang. Sabar yaa" Ucap ku salah tingkah sendiri.

"Lucu banget kalo salting kamu tuh. Pengen cium lagi jadinya. Lagian kenapa sih tadi buru buru amat aku di pulangin" Ucap Biwa.

"Iihh nggak gitu Biw. Ini tuh udah malem. Aku nggak enak kalo mulangin kamu malem malem. Nanti di cariin mamah" Jawab ku.

"Hihihi iya iya yaudah iya sayang" Ucap Biwa menggoda.

"Sweet banget kita ya pas ujan-ujanan gini. Kamu kedinginan nggak?" Tanya ku pada Biwa.

"Kalo aku bilang iya, emang mau di peluk?" Jawab Biwa.

"Iya sini aku peluk" Ucap ku sambil merangkul bahu Biwa setengah memeluknya. Tapi Biwa dengan cepat menyingkirkan tangan ku.

"Hiss.. Sisi nggak disini juga" Ucap Biwa dengan nada halusnya.

"Kan kedinginannya sekarang" Jawab ku.

"Nggak enak lo banyak yang neduh juga" Ucap Biwa.

Akhirnya karna hujan sudah reda. Aku kembali melanjutkan perjalanan mengantar Biwa pulang. Di perjalanan Biwa memeluk pinggang ku dengan erat. Sepertinya ia memang kedinginan. Setelah sampai depan rumahnya, aku berpamitan padanya untuk pulang. Dan lalu setelah sampai rumah aku ke kamar dan segera membersihkan tubuh ku akibat terkena air hujan.
Ada perasaan lega di hati ku. Karna aku berani mengambil tindakan atas sikap sikap ku terhadapnya. Namun dada ini tetap berdebar. Bagaimana tidak. Pertama kalinya aku menyatakan perasaan pada wanita. Karna biasanya hal itu di lakukan oleh laki laki kepada ku. Namun aku berusaha menutupi kegugupan ku.

Di atas kasur aku berbaring sembari cek handphone ku, aku cek WhatsApp, ku lihat story di WhatsApp itu. Tapi aku terkejut, ternyata Bunga membuka blokir ku di Whatsapp. Dia membuat status foto bersama dengan rekan kerjanya. Saat itu hati ku kembali rindu padanya. Ada rasa sesal tapi lega di hati ku. Rasa sesal yang ku rasakan. Aku sebenarnya mencintainya dan aku ingin bersamanya. Tapi aku juga tidak berani bilang padanya karna dia masih bersama orang lain. Aku pun tidak tau apakah dia menyukai ku juga atau tidak. Aku juga merasa tidak percaya diri jika bersamanya. Tapi ada perasaan lega dimana akhirnya usaha ku di hargai. Aku menyukai Biwa dan dia juga menyukai ku. Walaupun jangka waktunya tidak terlalu lama untuk aku akhirnya bisa mengutarakan perasaan ku. Dan aku ingin Bunga tau, bahwa dia sudah menyia-menyiakan ketulusan ku padanya.

Namun aku tetap bertanya-tanya. Mengapa aku bisa dengan Biwa yang ternyata juga mantan dari Bunga. Tapi Biwa bilang ia tidak ada kontak fisik alias belun pernah bertemu. Aku percaya karna yang sudah ku pelajari Biwa adalah perempuan yang jujur. Sudah larut malam aku pun juga mengantuk dan ku putuskan untuk segera tidur. Karna besok pun aku ada kelas pagi.

Keesokan harinya..

"Selamat pagi sayang"

Ternyata notifikasi Whatsapp dari Biwa pagi ini membuat ku tersenyum lebar. Ku balas pesannya

"Hai good morning"

Biwa langsung mengetik..

"Eh kesayangan aku udah bangun. Jangan lupa sarapan ya. Semangat buat kuliahnya ya sayang"

Aku benar benar tersentuh, dia menyemangati ku dan terus mengetik kata 'sayang' di chat itu. Sedangkan aku belum terbiasa dan belum berani mengetik kata 'sayang' untuknya. Aku balas pesannya sambil bersiap untuk mandi dan berangkat ke kampus.

Saat sudah di kampus tanpa sadar aku selalu tersenyum dan membuat Dita kembali bertanya-tanya aku kenapa.

"Heh senyum senyum mulu lu Sisi" Ucap Dita pada ku.

"Apaan sih Ta? Nggak bisa liat orang seneng apa?" Balas ku.

"Lagi happy kok sewot iihh nggak seru lu Si" Ledek Dita.

"Hhahaha lagian ya lu tuh iseng banget Ta" Jawab ku.

"Lu udah jadian ya Si?" Tanya Dita kembali.

"Jadian apa sih Ta?" Jawab ku sambil cengengesan.

"Muka lu sumringah bet dah Si" Ucap Dita.

"Ya kan orang happy macem macem sebabnya" ucap ku meyakinkan Dita.

"Gak.. Gak.. Lu beda hari ini" Bantah Dita.

"Beda apanya anjir, sama aja. Gue jadi alien, apa jadi bunglon gitu maksud lu Ta?" Ucap ku.

"Enggaaakkk.. Beda aja. Yeeeuu sama siapa lu Si?" Tanya Dita.

Namun aku mengalihkan topik ke hal lain. Dan Dita akhirnya berhenti membahas soal raut wajah ku. Aku memang tidak pandai mengembunyikan raut wajah ku saat senang ataupun sedih. Orang lain pasti dengan mudah menebaknya.
Beberapa hari lagi hari ulang tahun ku. Tepatnya tanggal 8 April. Aku penasaran, apa yang akan Biwa lakukan untuk ku di hari ulang tahun ku nanti. Karena sebenarnya Biwa adalah orang yang agak kaku dan tidak romantis. Maka dari itu aku tidak ingin terlalu berharap banyak untuk ulang tahun ku nanti. Terlebih hubungan ku dengan Biwa masih baru.

Handphone ku berdering saat kelas sudah slesai. Dan ternyata Biwa yang meneleponku.

"Assalamualaikum" Ucap Biwa di seberang sana.

"Walaikumsalam Biw. Kenapa?" Tanya ku pada Biwa.

"Ya nggapapa pengen nelpon, kangen" Goda Biwa.

"Yaudah main lagi ke rumah ku yuk" Ucap ku.

"Iya nanti. Baru kemarin main. Nggak enak aku sama mamah kamu sayang" Jawab Biwa

"Ih mamah mah fair fair aja kok" Ucap ku.

"Iya nanti ya sayang aku ke rumah. Sabar ya" Ucap Biwa membujuk ku.

"Yaudah ku tunggu pokoknya. Jangan kelamaan bikin orang kangen yaa" Ucap ku sambil tersenyum dan jantung berdebar.

"Cieee kangen juga kan? Hahahaha akhirnya kangen juga" Ucap Biwa meledek ku.

"Kangen lah, masa enggak" Jawab ku.

"Udah mam sayang?" Tanya Biwa lagi.

Entah kenapa di tanya seperti itu pun rasanya aku ingin terbang. Di sayangi oleh orang yang ku suka. Tapi lagi lagi aku teringat Bunga di saat seperti ini. Kenapa dia terus membayangi pikiran ku saat apapun. Karena sudah setengah jam lebih aku telponan dengan Biwa ku akhiri telpon ku dengannya. Karna aku pun masih ada kelas lagi. Dia pun akan ada kerja kelompok.

Bunga...

Aku sudah dengan orang lain, tapi kenapa aku tetap tidak bisa melupakannya?
Aku sudah berusaha membuka hati dengan yang lain, tapi kenapa aku tetap memikirkannya?
Apakah aku benar benar bisa mencintai Biwa? Apakah Biwa juga akan sabar menunggu ku untuk mencintainya?
Semua perasaan bercampur aduk membuat ku bingung. Namun aku harus mencoba terus meyakinkan hati ku.
Akankah kapal ku benar benar tepat ku sandarkan kali ini?

TAK INGIN BERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang