17

20.8K 2K 55
                                    

Uhuy .... gile 272 pas gue liat, kalau tiap hari rame vote gitu gak perlu dipinta gue pasti double up. Kerja sama yukk siders ...

______

Ryka menatap Saga tajam, apa-apaan anaknya ini. Memberi kabar bahagia tapi dengan wajah lesu. Dicubitnya perut sang putra, rasanya kesal melihat mimik lesu itu. Ayolah harusnya Saga memberi kabar ini dengan senyuman lebar, akhirnya setelah sekian lama Ryka akan dengan bangga menyebarkan keunggulan menantunya, Loiz? Pilot itu sudah kalah oleh Sean yang akan memberikan pewaris. Segaris senyuman lebar tergambar diwajahnya, membayangkan bagaimana ekspresi keluarganya terlebih wajah kekalahan Vira.

"Akhirnya, aku tak akan diam saat Sean direndahkan, sekarang aku memiliki alasan kuat untuk mengecam mereka kembali." Ryka menyeringai, akan ia balas Vira yang selalu membuat telinganya terbakar. Dia sudah muak mendengar mulut tajamnya itu selalu membanggakan Loiz, maka akan ia sebarkan berita ini dengan gembira.

Saga memijat pangkal hidungnya, ibunya ini selalu bersikap berlebihan. Lihat bagaimana ia membuat catatan untuk membeli pakaian bayi, bahkan saat ini ia sudah bersiap akan ikut bersamanya ke rumah, untung saja Saga sudah menghubungi pelayan untuk melepas rantai Sean, jika Ryka sampai melihat perbuatannya, ia akan terkena masalah.

"Ayo ... mama sudah siap!" Ryka menarik tangan Saga. Ia sudah tak sabar ingin bertemu Sean, akan ia jaga anak itu dengan baik. Akhirnya setelah berusaha menerima Sean, tepat hari ini anak itu tak akan lagi jadi menantunya melainkan anaknya. Ya, Ryka akan anggap Sean putranya bukan sebagai menantu.

"Jadi dia tak datang pertemuan keluarga karena sakit bawaan bayi, ya Tuhan ... aku tak sabar ingin menggendong Saga kecilku lagi," celoteh Ryka yang hanya di anggap angin lalu oleh Saga.

Selama perjalanan ke rumah, Ryka tak henti-henti heboh saat melihat online shop ia melihat-lihat pakaian bayi, persetan jika kelahirannya masih lama, karena anak Saga akan menjadi cucu pertamanya dan tentu saja menjadi kebanggaan keluarga dan pewaris utama.

Saat sampai, Ryka bergegas turun Saga tak habis pikir dibuatnya, Ryka bahkan berteriak bak dihutan memanggil Sean. Senyumnya mengembang saat Sean menuruni tangga.

"Ya Tuhan Sean! Kau tak usah turun! Biar aku saja yang datang." Ryka setengah berlari menghampiri sang menantu, ia tak akan biarkan terjadi apa-apa pada Sean.

"Ayo kembali ke kamarmu, bukankah kau sedang sakit." Ryka memapah Sean dengan lembut. Sejak awal pernikahan Ryka tak pernah menampilkan kebencian atau bahkan pembelaan, ia seolah tim netral, tapi hari ini Sean dikejutkan oleh sikap Ryka yang begitu akrab dan lembut.

Ryka seolah membawa telur diatas telapak tangannya, seakan jika ia bergerak tak hati-hati maka telur itu akan jatuh dan pecah, seperti itulah ia memperlakukan Sean saat ini.

Ia membiarkan Sean duduk tenang di ranjang.

"Selamat atas kehamilanmu," ucap Ryka antusias, wajahnya tampak berseri-seri. Seakan mendapat ber ton-ton berlian.

"Terima kasih ma," jawab Sean malu-malu. Merasa canggung karena sikap Ryka yang begitu akrab secara tiba-tiba.

"Tentu saja. Hey ... aku senang mendengarnya." Ryka menggenggam tangan Sean membuat si empu semakin gugup, Ryka yang mengerti akan tingkah Sean, menghela napas.

"Maaf untuk sikapku beberapa bulan ini, aku tahu itu keterlaluan. Maaf selalu abai saat Nenek dan Vira merendahkanmu, tapi mulai saat ini kau tak perlu khawatir. Aku akan mengecam balik mereka, sekalipun itu Nenek. Aku akan ada di depanmu. Kau bukan lagi menantuku tapi putraku," tutur Ryka dengan tegas. Ya, mulai saat ini jika Vira merendahkan Sean maka akan ia sumpal mulut bau itu dengan cabai.

Mendengar semua itu membuat Sean terenyuh, bukan hanya diberi malaikat kecil semesta juga memberinya seorang ibu.

"Jangan sungkan, jika kau mau memelukku. Peluk saja," ucap Ryka terkekeh dengan gelagat Sean. Ryka menarik Sean ke dalam pelukannya, memberi kehangatan dan perlindungan.

"Terima kasih Ma, aku sungguh tak tahu harus berkata apa." Sean berucap sendu.

Ryka wanita yang masih terlihat muda, gaya modis itu kini ada dipihaknya, Sean merasa telah diberi warna dihidupnya.

Di ambang pintu Saga menatap pemandangan itu datar, ia melipat tangannya di depan dada merasa tengah melihat adegan klasik dalam drama.

"Saga kenapa kau diam di sana?" Ryka melepas pelukannya, menatap Saga kesal.

"Aku hanya memberi ruang untuk kau dan menantumu," ucap Saga.

Ryka mendengus, ia merasa di sindir karena baru sekarang mengakrabkan diri dengan Sean.

"Sean, jika dia menyakitimu atau dia tak mau menuruti keinginanmu. Kau harus mengadu padaku, kau harus katakan. Biar aku yang menghajarnya," tutur Ryka, menatap Saga memberinya ancaman membuat si empu berdecak.

Sean melirik Saga takut, mengadu? Tidak, itu pasti memperumit keadaan. Saga bukanlah orang yang mudah, tatapan keduanya bersirobok membuat Sean beringsut mendekati Ryka, ia merasa terancam dengan tatapan tajam Saga, seakan mengatakan jika ia akan menguliti dirinya jika berani mengadu.

"Aku akan mengadu jika kau menyakiti anak kita, aku berjanji pada diriku sendiri tak akan membiarkan anak ini terluka. Dia cahaya dan keberuntungan."


Broken [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang