35

16.5K 1.3K 114
                                    

Di sinilah Saga sekarang setelah lima hari terbaring karena ulah Ray yang menahannya, ditatapanya pintu rumah ber cat putih itu, tempat dimana Sean tinggal. Seharusnya hari ini ia kembali pulang tapi ia memberi alasan konyol pada Ryka untuk memberikan cuti, kekanakan dan tidak bertanggung jawab, Saga tahu itu. Tapi saat ini ia harus menemui Sean.

Tok

Tok

Tok

Saga mengetuk pintu dengan penuh harap. Segaris senyum ia berikan saat suara kunci dibuka dibarengi dengan pintu yang terbuka.

"Sean ... " ucapnya lirih menahan pintu sebelum si empu menutupnya. "Kumohon mari bicara sebentar," sambung Saga.

Sean mendengus, bicara? Apalagi yang harus keduanya bicarakan? Bukankah keduanya sudah berpisah dan itu sudah lima tahun lalu.

"Kita sudah usai Saga, apalagi yang harus dibicarakan?" Sean berucap menyerah menahan pintu, ditatapnya Saga. Tatapan itu sudah dingin tak ada lagi kehangatan, tak ada lagi tatapan memuja atau menatap Saga penuh cinta, Seannya sudah pergi.

"Kenapa kau pergi Sean?" ucap Saga membuat Sean terkekeh geli mendengarnya.

"Siapa yang akan tahan dengan sikap bajingan kasar sepertimu? Bahkan kau memperlakukan manusia lebih kejam dibanding binatang. Selama ini hanya aku yang mencintaimu, tapi syukurlah kita sudah selesai begitupun dengan perasaanku, untuk itu jangan jadi pengganggu dalam hubungan antara aku dan James," tutur Sean. Tak ada satu katapun yang tidak melukai perasaan Saga.

"Aku mencintaimu Sean, dari dulu hingga sekarang." Saga berucap tegas tak ada keraguan, tapi ucapannya seolah bualan belaka bagi Sean yang malah tertawa remeh.

"Manusia mana yang percaya dengan ucapan bedebah sepertimu," ungkap Sean tajam, Sean yang hanya bisa menangis dan memohon sudah mati. Tak ada lagi Sean Gradyal yang berdiri dihadapan Saga saat ini Sean Pramugya.

Saga mengepalkan tangannya, tak mau sampai lepas kendali. Tidak untuk saat ini.

"Kau itu ib-"

"Kumohon jangan katakan itu yang berakhir melukai kita berdua, jangan katakan itu Sean. Aku tak tahu sampai mana aku bisa mendengarnya, jangan membuatku berbuat jauh," sela Saga tak mau lagi mendengar segala makian Sean. Ia tak mau lepas kendali dan berakhir melukai diri sendiri terlebih melukai Sean, ia tak mau lagi membuat luka baru bagi Sean.

"Aku minta maaf," cetus Saga lirih kentara akan ketulusannya. Saga tak tahu apa ada kesempatan untuknya atau tidak, yang jelas Sean membencinya saat ini.

"Kau sudah menikah dengannya?"

Biarlah ia sakit mendengarnya, Saga hanya ingin memiliki alasan untuk berhenti.

"Belum tapi akan secepatnya," sahut Sean.

Saga mengangguk, berat jika harus melepaskan Sean. Bahkan terkadang ia ada niatan untuk menyingkirkan James yang sudah jelas menjadi penghalang tapi niat itu tak bisa terwujud dan semoga saja tidak. Jika itu terjadi Sean akan semakin membencinya, lihatlah bagaimana Sean tak membiarkannya masuk, keduanya hanya berdiri di ambang pintu.

"Kau mencintai James?"

"Kenapa kau menanyakan itu? Sudah jelas dia kekasihku, tentu saja aku mencintainya. Kami seimbang, aku mencintainya dan dia mencintaiku. Bukan sepertimu yang memanfaatkan cinta orang lain hanya untuk kepuasanmu, dan yah ... aku tegaskan lagi, aku bukan penyebab Gea mati."

Saga diam membisu mendengarkan setiap tutur kata Sean, tak tahu harus mengatakan apa lagi.

"Pergilah." Sean mengusir si empu, sudah muak akan kehadiran dominan bajingan macam Saga.

"Sean ... aku tak bisa seperti ini, bagaimana denganku? Kau sudah memulai dengan orang lain sedangkan aku belum berakhir dengan kita," tutur Saga tak mau menyerah begitu saja. Masih ada kesempatan bukan? Sean dan James belum menikah, ia bisa saja merebut miliknya kembali.

"Kau milikku." Saga mengepalkan tangannya.

"Bermimpilah brengsek!"

Brak

Sean membanting pintu, tak peduli Saga yang masih berdiri di sana. Ia muak, ia malas mendengar setiap omong kosong yang Saga ucapkan. Tidak lagi, ia sudah lelah dengan segala hal yang berhubungan dengan Saga.

Sedangkan Saga masih terkejut, ia diam membeku ditempat. Tangannya mengepal, ia tak bisa seperti ini. Ia akan merebut lagi apa yang seharusnya menjadi miliknya.

"James ... bersembunyilah sebelum aku membuatmu lenyap sampai tak ditemukan."

Saga melangkah pergi setelah mendapatkan ide gila. Bukankah sejak dulu ia sudah dinilai buruk? Tak masalah jika harus membuat satu lagi keburukan hanya untuk Sean, lima tahun ia bersabar membiarkan Sean terbebas darinya. Mulai saat ini akan ia ikat kembali submisif itu sebagai mana mestinya. Sean hanya miliknya dan akan tetap seperti itu.

_______

Ini sudah hampir biasa bagi penglihatan Ziron, hotel hampir hancur setiap harinya, Saga pelakunya. Bahkan saat ini ia tengah sigap menahan sang Tuan yang menggigiti bahkan mencakar lengannya, sudah banyak bekas kebiruan dilengan kekar itu.

"Tuan tenanglah, saya mohon. Dokter Ray tengah menyiapkan obat Anda ... " Ziron menahan tubuh Saga yang masih saja berontak, tak peduli dengan kesopanan Ziron mengikat Saga di sisi ranjang. Rasanya Ziron ingin mendatangi Sean untuk memperlihatkan segalanya, Saga bukanlah manusia terburuk hanya saja ia tak bisa memperlihatkan rasa sayangnya. Ziron tahu semua masa lalu Saga setelah Ray menceritakannya, terdengar lancang tapi ia berjanji tak akan bocor akan hal ini.

"Kalian hanya membutuhkan waktu. Tuan, sesuatu yang dipaksakan tak akan pernah baik, kau mencintainya bukan? Maka lepaskan saja, jangan saling menyakiti begini. Anda akan mendapatkan yang lebih baik darinya dan dia juga sudah mendapatkan pengganti Anda," bisik Ziron. Ia menepuk bahu Saga.

"Anda pria hebat, Anda bukanlah dominan gagal. Tapi waktu yang salah, mempertemukan Anda dan dia diwaktu yang salah, semesta menyatukan kalian hanya untuk membuat kenangan bukan untuk merajut masa depan. Berhenti menyakiti diri Anda Tuan, Direktur akan kecewa jika ia tahu, dia juga akan merasa sakit." Ziron kembali membisikkan kata-kata penenang, itulah yang Ziron pelajari dari Ray agar Tuannya tenang.

Saga sesikit lebih tenang walau deru napasnya masih memburu, banyak cakaran dilengannya yang sudah memerah dan mengeluarkan darah.

"Maaf aku lama ... " Ray datang dengan obatnya. "Tenanglah Tuan." Ia memberikan obat itu agar ditelan Saga.

Kedua mata Saga mulai terpejam, Ziron dan Ray melepas ikatan dikedua lengan Saga.

"Menyedihkan, baru kali ini saya melihat orang dengan sakit kejiwaan yang begitu menyedihkan," cetus Ziron menatap Saga prihatin.

"Kau benar. Selama lima tahun ini, aku sudah cukup tahu betapa menderitanya Tuan," sahut Ray.

"Saya tak menyalahkan submisif itu, saya juga tak menyalahkan Tuan. Tapi mengapa keduanya saling menyakiti, mereka pantas bahagia, entah kembali bersama atau merajut takdir dengan orang yang berbeda, ini pasti berat bagi keduanya." Ziron menghela napas setelahnya. Ray hanya menanggapi ucapan Ziron dengan anggukan.

_______

Votenya menurun ya, mentang-mentang gak ditarget🙂
Pasti ada yang mikir gue gila vote, kalau emang iya kenapa? Vote sama komen bisa naikin rank, itu buat story gue dikenal banyak orang. Kalau gak bisa bantu si, gak papa ehehhe ...

Broken [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang