25

23.5K 1.9K 179
                                    

Dua minggu setelah kasus di sekolah kejuruan.

"Berapapun konpensansi yang harus aku bayar akan aku penuhi, asalkan kasus ini dihentikan dan juga Anda sendiri tahu bagaimana keadaan sebenarnya."

Pihak kepolisian menghembuskan napas, yang dikatakan wanita dihadapannya benar, ini akan menjadi rumit jika diteruskan.

Kepolisian menerima negoisasi itu, mau tak mau ini jalan terbaik. Diliriknya pemuda yang sudah terbaring lemah di ranjang, orang yang memiliki masalah mental tak bisa disalahkan begitu saja terlebih dia sendiri yang melaporkan kasus ini, pelaku yang melaporkan kasus yang telah dirinya perbuat tanpa sadar.

Ryka mengelus surai legam sang anak, setelah polisi pergi akhirnya ia bisa tenang, katakanlah ia gila bahkan lebih dari Saga tapi ia tak akan pernah bisa membiarkan anaknya mendekam dipenjara terlebih Saganya tak sadar akan apa yang ia perbuat.

"Semua akan baik-baik saja," Bisik Ryka. Demi semesta ia akan berikan apapun untuk Saga sekalipun itu nyawanya sendiri. Saga seperti ini karenanya, tak ada yang bisa menyalahkan Saga, salahkan saja dirinya.

Ryka sempat terkejut bahkan nyaris tak percaya kasus yang tengah marak diperbincangkan, kasus bunuh diri seorang gadis malang. Akan ia simpan rapat jika dalang itu semua adalah Saga.

"Dia milikku, hanya aku."

Kalimat yang diucapkan Saga saat menghubungi Gea malam itu, pesan yang dikirim Saga begitu mengerikan. Ia mengancam Gea dengan hal-hal tak manusiawi, anaknya mengirim rekaman bagaimana Saga tengah membedah kucing lalu menjilat darah hewan tak berdosa itu, bukankah manusia normal macam Gea akan ketakutan? Gadis itu di ancam jika sampai siang itu ia tak melompat dari gedung sekolah maka Saga lah yang akan mendorongnya. Ryka sampai bergetar membaca setiap pesan iblis Saga.

Ryka ingat dengan betul Saga mencintai Sean, ia ingat bagaimana anak itu menyimpan semua tentang Sean. Tapi Saga melepas segala tentang Sean secara tiba-tiba, dan hari ini ia tahu kenapa Saga melepas segalanya, karena Sean menjadi kekasih Gea dan itu menjadi faktor utama Saga meneror Gea. Itu rumit, siapapun tak akan mengerti, bahkan Saga sendiri berpikir ia mencintai Gea dan Gea lenyap oleh Sean, nyatanya dirinyalah penyebabnya karena ia ter-obsesi pada Sean.

Ryka mengecup kening Saga, segaris senyuman terbit. Setiap kali melihat wajah terlelap itu membuat hatinya mencelos, Saganya cangkang kosong yang seolah tak berguna.

"Saga tak apa, selama aku masih hidup semua akan baik-baik saja," tutur Ryka.

Saga berpikir Sean miliknya sedangkan Sean malah menjadi kekasih Gea, itu memicu amarah besar dalam diri Saga, membuat kebrutalannya semakin menjadi.

Ryka meringkuk, saat mengingat masa lalu pahit itu. Ia simpan semuanya sendirian, bahkan keluarga besar tak mengetahuinya. Tidak, semuanya masih ada anak lain yang tahu, Eby. Eby teman Saga tahu akan hal ini dan tentu saja Ryka menyuruhnya bungkam dan Eby setuju untuk tak membuka mulut soal ini.

Ryka tak tahu semua akan serumit ini, sampai ia serasa kecolongan dengan Saga yang berpikir Seanlah dalang semuanya, padahal semuanya terbalik. Dulu Saga dan Gea cukup berteman baik. Kenapa Saga berpikir Gea yang menolaknya dan memilih Sean? padahal ia lah yang memilih Sean dan menolak Gea membuat Gea berlaku jauh sampai mendekati Sean terlebih dahulu. Orang yang tak tahu apapun dalam hal ini adalah Sean.

Sean yang malang, yang hanya di dekati Gea sebatas pelampiasan karena Saga mengabaikannya dan Sean juga harus menerima perlakuan buruk Saga. Ryka merasa gagal baru tahu soal Saga yang menjadikan Sean objek balas dendam, ia pikir Saga benar-benar mencintainya setahu dirinya Saga memang mencintai Sean. Alasan kenapa dulu ia menentang pernikahan keduanya karena Ryka takut akan ada korban jiwa lain selain Gea.

"Ma ... "

Ryka menghapus air matanya kasar, ia mendudukan dirinya. Malam ini ia memang menginap di rumah Saga, ia membiarkan Sean masuk menghampirinya.

"Apa kau tak nyaman? Apa ada sesuatu yang sakit?" Sean duduk berhadapan dengan Ryka. Ryka ingin menangis rasanya ditanya seperti ini, seumur hidup hanya Sean yang baru bertanya seperti ini.

"Tidak, aku nyaman kau tak perlu khawatir," sahut Ryka terdengar serak. Sean mengusap pipinya yang masih tersisa air mata, hatinya semakin getir. Betapa baik anak malang ini, melihat luka dipergelangan tangan Sean semakin membuat Ryka sakit.

"Ini pasti sakit, maafkan Saga." Ryka mengelus pergelangan tangan sang menantu.

"Ma ... aku tak menjamin bisa bertahan bersama Saga. Ak-aku tak sekuat itu, maaf," tutur Sean. Ryka melipat bibirnya, ia tahu pasti Sean akan pergi cepat atau lambat.

"Aku akan membantu," sahut Ryka. Ia tak bisa membantu Sean melawan Saga, tapi ia bisa membantu Sean pergi dari sini. Ryka mengeluarkan beberapa kartu di tasnya dan uang tunai. "Pakailah uang ini, menjauhlah dari sini. Tidak, bukan karena aku merendahkanmu atau tak mau kau bersama anakku, tapi kurasa keputusanmu benar, dan pergilah bawa uang ini, jangan sampai Saga menemukanmu kembali karena ia akan memperlakukanmu dua kali lipat lebih buruk," jelas Ryka.

Dengan ragu Sean menerima semua uang dan kartu itu, ia akan pergunakan dengan baik kesempatan ini. Di saat ia diberi jalan untuk berlari maka akan Sean gunakan sebaik mungkin.

"Maaf Saga ... aku tak bisa lagi. Aku akan pergi, aku menyerah. Aku bukan Gea yang kau cintai, aku juga tak bisa menebus kematian Gea." Sean membatin.

Ryka tersenyum, ia harus bisa memisahkan keduanya. Walaupun ini sakit tak apa, justru jika tak berpisah maka itu jauh lebih sakit.

"Sean kau obsesinya Saga, maaf tak mengatakan keadaan mental putraku, karena aku tak mau kau bertahan lebih lama lagi. Kau bukan pembunuh nak, jagalah cucuku dengan baik. Aku bersama kalian."


Broken [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang