33

15.6K 1.2K 141
                                    

"Tentu saja, baiklah aku akan pulang dengan pesananmu."

Telepon ditutup olehnya, ia kembali pada sang Tuan yang harus ia berikan kenyamanan.

"Maaf Tuan, saya telah menyita waktu Anda karena dihubungi orang rumah," ucap James tak enak, Saga hanya terkekeh.

"Apa sangat penting?" Entahlah Saga hanya reflek menanyakan itu, walau nyatanya tak ingin tahu juga.

"Iya itu putraku merengek ingin permen dan tak bisa ditenangkan alhasil submisifku menghubungi agar membujuknya, sungguh maaf Tuan," jelas James ia takut jika Saga melaporkan perbuatannya.

"Kupikir kau masih lajang," cetus Saga. "Ini sudah pukul sembilan malam, mereka pasti menunggu. Pulanglah, aku bisa berjalan di Ottawa bersama sekertarisku," sambungnya.

James terbelalak tak menyangka dengan kebaikan Saga, ia pikir Saga akan marah karena ia tak profesional.

"Tuan saya ... "

"Aku mengerti, jangan membuat submisif dan anakmu menunggu mereka akan khawatir," sela Saga.

"Terima kasih Tuan, tapi saya tak mau sampai Tuan Connor kecewa karena saya mengabaikan tamunya." James tak ingin sampai menerima teguran dari bossnya. Terdengar helaan napas dari Saga.

"Aku tak akan mengadukan hal ini, jika kau berpikir begitu," ucapnya.

James tampak berpikir, selain takut oleh atasan ia juga memiliki tata krama dan tak mau ingkar untuk mengajak Saga melihat Ottawa di malam hari.

"Bagaimana jika Anda ikut bersama saya Tuan, itupun jika Anda tak keberatan. Saya akan jamin Anda akan menyukai masakan buatan submisifku, dia sangat ahli," tutur James.

Saga menimang tawaran James, diliriknya Ziron yang hanya diam seakan setuju dengan apapun yang diputuskan sang empu.

"Apa tak merepotkan?" Saga bertanya.

"Tentu tidak, dia akan merasa senang. Saya akan menghubunginya dari sekarang agar dia bersiap."

Saga hanya mengangguk dengan keantusiasan James, ia tak bisa menolak jika begini. Walau nyatanya tak seharusnya ia bertamu malam begini terlebih tiba-tiba. Saga memerintahkan Ziron untuk membeli sesuatu sebagai buah tangan, James awalnya menolak tapi tetap saja Saga mendesak sebagai tanda terima kasih.

Selama perjalanan pulang James sedikit menceritakan keluarganya, Saga dapat melihat betapa James menyayangi keluarganya, mendengar rentetan kata James mengingatkan Saga pada Sean, mungkinkah jika masa lalu bisa di ubah ia akan memiliki keluarga seperti James? Anak dan submisif? Saga sangat merindu saat ini, saking tenggelamnya ia dalam lamunan ia tak sadar jika mobil yang ditumpangi sudah parkir dihalaman rumah ber cat putih.

"Silahkan Tuan, maaf jika kediaman saya tak begitu besar." James mempersilahkan Saga keluar, sang empu keluar kedua matanya mengedar melihat pekarangan rumah yang ter-urus.

James membuka pintu, saat itulah bocah laki-laki memekik menyambut kedatangannya.

"Ayah!" Gavi memeluk kaki kanan sang ayah.

"Sayang lihat ada tamu, beri salam pada tamu ayah."

Gavi melepas pelukannya, ia mendongak melihat pria dewasa asing yang disamping sang ayah.

"Hallo Tuan ... saya Gavi, selamat datang." Gavi menunduk malu, tingkah si bocah membuat segaris senyum tipis diwajah Saga.

"Hai ... senang disambut olehmu," sahut Saga, "sekertaris Ziron berikan apa yang tadi dibeli," sambungnya pada Ziron.

Ziron memberikan beberapa mainan dan makanan cemilan yang ia bawa pada Gavi, sontak bocah itu kegirangan.

"Papa! Aku diberi hadiah!" Gavi berteriak senang memanggil sang papa yang tadi masih sibuk didapur.

"Iya sayang!"

Suara itu mengalun tampak familiar dan akrab ditelinga Saga, si empu mendongak melihat siapa gerangan yang telah lancang menyamai suara yang sangat ia rindukan. Di sana pria manis dengan langkah pelan menghampirinya larat menghampiri James.

"Ah, kau sudah datang. Maaf aku tadi di dapur, silahkan masuk Tuan-Tuan." Sean mempesilahkan tamunya masuk.

Saga membeku, itu Seannya? Lantas mengapa pria itu bertingkah seakan tak mengenalnya? Sean dan James? Tangan Saga mengepal, napasnya tercekat saat memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan Sean, suara James yang menceritakan submisif kesayangannya seakan menjadi belati beracun yang menancap perutnya, membuat rasa mual mendesak ditenggorokan terlebih sesak yang mendera dadanya.

"Mari Tuan, perkenalkan ini Sean submisif yang telah saya ceritakan."

Napas Saga memberat mendengarnya, ditelisik kedua bola mata kelam yang masih menatapnya santai seakan keduanya tak pernah saling mengenal.

"Sean?" Saga berucap berat bagai tercekik dengan susah payah, itu submisifnya. Sean miliknya, kenapa bisa bersama dominan lain?

"Sean ... " Lagi suara itu tercekat saat menyebut nama si empu manis.

"Ya Tuan salam kenal, silahkan saya sudah membuat hidangan untuk malam ini. Sebuah kehormatan kedatangam tamu perusahaan," sahut Sean.

Saga membuang pandangannya, jelas yang dihadapannya ini Seannya. Tangannya semakin mengepal membuat buku-buku tangannya memutih, ada rasa tak terima saat Sean bertingkah abai padanya, seolah keduanya orang asing yang hanya bertemu antara istri dari sekertaris perusahan dan dirinya seorang tamu perusahaan.

Ziron seakan sadar akan situasi saat mendengar napas berat sang Tuan, terlebih melihat bagaimana tubuh tegap itu seakan merosot.

"Maaf menyela ... sepertinya ini sudah terlalu malam. Saya meminta maaf, kami harus kembali, Tuan Saga memiliki jadwal lain," ucap Ziron terlalu peka akan keadaan.

James mengerutkan keningnya, heran dengan ucapan Ziron yang tiba-tiba.

"Sekali lagi maaf." Ziron tak peduli di anggap lancang saat menarik tangan sang Tuan, ia sungguh khawatir apalagi melihat wajah Saga yang sudah pucat, tak mau sampai Tuannya meledak dan mengacau. Ziron segera menghubungi Ray selaku dokter pribadi Saga, tak peduli dengan ekspresi atau anggapan lain dari James maupun submisif yang bernama Sean itu.

"Kenapa orang banyak uang itu selalu seenaknya, padahal jika tadi tak mau dia tinggal menolak," cetus James kesal, saat mobil Saga sudah meninggalkan pekarangan rumah.

"Kau pasti kelelahan sudah masak, tak apa. Kita simpan sebagian untuk besok pagi, maaf membuatmu lelah." James beralih pada Sean yang masih terdiam seakan kesadarannya menguap saat kepergian Saga.

"Sayang ... " tegur James, membuyarkan lamunan Sean.

"Maaf James, aku hanya terlalu terkejut. Mungkin saja tamunya ada jadwal mendesak," ucap Sean gugup.

Ia tersenyum kaku, lalu menutup pintu dengan pelan. Rasanya berat untuk melangkahkan kaki saja, tadi itu Saga. Ia tahu itu, hanya saja ia berhasil memerankan seakan ia istri baik James, banyak pertanyaan yang singgah dikepalanya. Kenapa dunia begitu sempit? Sampai mempertemukan Saga dan James? Bagaimana jika James tahu, jangan sampai kekasihnya ini tahu, siapa Saga sebenernya.

"Maaf sayang telah merepotkanmu, petinggi perusahaan terkadang memang menyebalkan." James mengecup pipi si empu sekilas tanpa tahu jika baru saja ia sudah mempertemukan dua orang yang pernah hidup satu atap dengan ranjang yang sama. James tak tahu baru saja ia seakan sudah mempertemukan cintanya dengan cinta masa lalu si manis.

"Semesta sangat suka mepermainkanku, bagaimana bisa bajingan itu kembali menampakkan diri dihadapanku."


Broken [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang