Pada tengah malam, Younghoon membuka matanya, mendapati dirinya telah terbaring dalam dekapan Doyeon. Jaket yang tadi masih di pakainya kini sudah terlipat rapih di atas nakas. Pria itu berusaha bergerak tanpa membangunkan Doyeon.
Setelah sangat berhati-hati akhirnya ia berhasil. Pria itu terdiam menatap Doyeon. Baru kali ini gue gak perlu minum obat pas trauma itu datang. Wanita ini, hanya dia yang bisa dan mampu nenanganin gue dalam keadaan apapun.
Younghoon menatap Doyeon dengan lekat. Tangannya bergerak hendak membelai kepala wanita yang sedang tidur itu. Lalu ia tersadar dan mengepalkan tangannya, mengurungkan niatnya tadi.
Enggak. Gue gak bisa sama dia. Gak ada jaminan kalau pun dia nerima gue, dia gak akan ninggalin gue. Gak ada yang bisa menjamin itu. Seperti yang pernah terjadi sebelumnya
Wanita ini udah tau kelemahan gue dan itu membuat dia sangat berbahaya. Kalau gue ngelanjutin permainan ini, gue bakal kalah dan bergantung padanya. Dan itu gak bagus buat gue.
Pikir Younghoon. Dia berkata bergantung padahal maksudnya di sini adalah jatuh cinta. Ia menghindari kata-kata itu seolah itu kata-kata yang tabu.
Pria itu segera bangkit dari tempat tidur dan menyambar jaketnya lalu berjalan keluar dari kamar hotel tanpa bersuara. Ia memilih untuk tidak melanjutkan permainan berbahaya yang telah ia mulai.
Untuk pertama kalinya ia memilih mundur dari pertarungan yang selalu ia menangkan
Younghoon masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di basement hotel. Ia segera menutup pintu dan menghembuskan napas lalu menarik napas kembali.
Saat ia melangkah keluar dari kamar hotel itu, hatinya serasa mencelos. Hal itu membuatnya semakin yakin untuk meninggalkan Doyeon. Karena kata-kata yang sudah ia hapus dalam hidupnya kini muncul kembali karena wanita itu.
Dirinya tersadar kalau mungkin saja ia sudah jatuh cinta pada wanita itu. Mungkin bukan hanya hasrat seksual yang membuatnya tertarik pada wanita itu. Seakan ada sesuatu yang lain yang membuatnya mendekat, sesuatu yang tak pernah ia sadari apa. Hanya saja ia yakin, ia merasa sangat nyaman berada di dekat wanita tersebut sekaligus merasa khawatir.
Kekhawatiran yang terbentuk dari trauma masa lalu. Ketika dirinya kehilangan seseorang yang berharga baginya dengan terpaksa.
Younghoon mulai bernapas dengan teratur setelah beberapa saat ia merasa sangat sesak.
Ia pun segera menyalakan mobilnya dan pulang ke rumah.
Ketika masuk ke kamar ia segera mengambil sebuah figura berisikan seorang gadis berumur sekitar 11 12 tahun yang tersenyum dengan manis. "Aku sepertinya tidak bisa mengambil risiko itu lagi. Aku tidak mau ditinggal lagi seperti saat kau meninggalkanku, Clara."
Ia menaruh kembali foto tersebut dan segera berbaring di tempat tidurnya menatap ke arah langit-langit. Bayang-bayang riwayat chatnya dengan Clara kini bertebaran di langit-langit kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Agent
Fanfiction[NOT REGULARLY UPDATED] Ketika masing-masing dari mereka mempunyai sebuah tujuan, bisakah mereka mempercayai satu sama lain? Sebuah pertarungan yang bukan hanya menggunakan fisik dan taktik tapi juga pertarungan pikiran dan kepercayaan. Warning!! ⚠️...