O5 ; πέντε

100 8 0
                                    


Karena kelelahan dan rasa kenyang di perutnya, Ruley terlelap tanpa sadar. Tubuhnya menyamping, menyender pada dinding batu yang dingin. Kedua kakinya terlipat, bersembunyi dibalik gaun lusuhnya. 

Kedua kelopak mata gadis itu perlahan-lahan memejam, tak kuasa menahan kantuk yang menguasainya setelah kenyang mendapatkan asupan di perutnya. Tubuh mungilnya yang hanya berbalut gaun lusuh berwarna kelabu semakin meringkuk untuk menghangatkan diri.


-;-


Si surai perak melengkungkan bibirnya ke atas, menampakkan senyum tulus dan lembut melihat gadisnya yang meringkuk tenang di dalam ruangan berdinding batu. Kepalanya menoleh, menatap seorang ajudan dari ayahnya yang menunggunya untuk datang ke sebuah pesta.

Membenahi raut wajahnya agar senyum formal kembali terpasang, pemuda dengan rambut perak itu menepuk bagian bahunya sebanyak tiga kali, dan berbisik lirih. "Jaga dia."

Sebuah bulu gagak melayang menjauh dari bahu disertai bubuk-bubuk hitam yang berkilau, melayang sejenak di udara ketika si surai perak berlalu dari kamarnya. Ketika pintu di tutup, bunyi ledakan terdengar, seekor burung gagak muncul, mengepakkan sayapnya dan menghilang.

Ajudan yang diminta sang Raja untuk menjemput pangeran melirik pintu kamar pangeran yang tertutup berkali-kali dengan dahi berkerut. Ia merasa mendengar sebuah ledakan, namun ia tak dapat memeriksa kamar pangeran tanpa perintah dari Raja.

Iris kelabu yang tajam terus melirik ke belakang, mendengus mendapati raut wajah tegang sang ajudan. Seulas senyum lembut ia lukis paksa ke wajahnya, membentuk citra seorang pangeran yang lemah lembut. "Aaron, mengapa kau tidak memimpin jalan?" Tuturnya lembut menimbulkan sentakan kecil bagi Aaron, sang ajudan.

Pria paruh baya yang telah menjadi ajudan sang Raja dalam rentang waktu yang cukup lama itu berdeham, memperbaiki sikapnya dan membungkuk pada sang pangeran. "Baik tuan muda, izinkan saya memandu anda menuju aula pesta."

Dengan ringan, langkah kaki sang ajudan mendahului tuan mudanya yang menyampingkan tubuh memberi ruang untuk si pria paruh baya suruhan ayahnya. Selang tiga langkah, si surai perak yang berstatus sebagai pangeran itu menggerakkan kedua kaki jenjangnya.

Pintu ganda raksasa yang membatasi lorong tempat sang pangeran berdiri dengan aula pesta perlahan terbuka dari dalam. Ajudan sang raja membungkuk dengan telapak tangan terbuka ke depan, mempersilakan tuan mudanya memasuki ruangan.

Sang pangeran yang terkenal dengan rambut peraknya tersenyum, menganggukkan kepalanya kepada sang ajudan sebagai tanda hormat dan terima kasih. Seiring dengan langkah kakinya yang bergerak memasuki ruangan, seorang penjaga pintu meneriakkan nama dan statusnya di lingkungan Kerajaan Bulan Putih.


"Pangeran River Whitemoon, memasuki ruangan!"


-;-


Ruley tersentak, tidurnya yang semula nyenyak langsung menghilang. Memasang gestur waspada, gadis itu menatap gumpalan hitam penuh bulu burung sejauh lima langkah di depannya. Jemarinya terulur ragu, menusuk lembut gumpalan berwarna hitam yang membuatnya penasaran.

Suara koakan gagak mengejutkan gadis itu, membuat tubuh mungilnya berjingkat mundur ketika gumpalan hitam yang ternyata seekor burung gagak muda itu bergerak dan menggoyangkan tubuhnya. Manik mata Ruley menatap lekat bulu-bulu hitam yang terjatuh kala si gagak hitam menggoyangkan tubuhnya.

Kelereng kecil si gagak berwarna ungu, menyorot lugu kepada gadis di hadapannya. Kepala kecil si gagak meneleng, mengamati 'nona' baru nya.

Ruley menelan ludah, entah mengapa di matanya gagak kecil ini terlihat menggemaskan. Melawan rasa curiganya, jemari gadis itu kembali terulur, mengarah ke atas kepala si gagak kecil. Kelereng ungu itu beralih menatap jemari putih nona barunya yang sepertinya hendak mengusap kepalanya namun ragu-ragu.

Mengeluarkan koak kecil, si gagak bermata ungu meloncat kecil mendekati Ruley, mengusalkan pucuk kepalanya ke telapak tangan gadis itu. Netra bening Ruley membulat sempurna, jantungnya berdebar lembut, merasa senang karena gerakan kecil si gagak yang sepertinya menerimanya.

"Halo, siapa namamu manis?" Tanya Ruley lembut, jemarinya masih mengelus gemas pucuk kepala mungil si gagak kecil. Mengerti apa yang Ruley ucapkan, si gagak kecil bergerak sedikit menjauh, kemudian mengukir lantai batu yang gelap di bawahnya dengan cakar mungilnya.

Ruley memiringkan kepalanya dengan dahi mengernyit, mengeja huruf-huruf yang digoreskan dengan cakar.

"Ru...hah? Ru- vi? Ruvi?"

Koakan semangat terdengar ketika Ruley mengeja dengan benar, seulas senyum senang terbit di wajah gadis itu.

"Baiklah, salam kenal, Ruvi!"

Prisoner and The PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang