21 ; Είκοσι ένα

63 9 0
                                    


"Apakah kedua orang tuamu sudah mengetahuinya?" 

Ruley kini tengah mengenakan gaun putih selutut dengan korset hitam memeluk pinggangnya, mencondongkan tubuhnya agar bibirnya bersebelahan dengan telinga River yang juga sedikit merendahkan tubuhnya untuk mendengar bisikan dari gadisnya.

Seulas senyum River sematkan, pemuda berambut perak itu memandang gadisnya yang menatapnya antusias. Pemuda itu mengangguk, melegakan himpitan di dada Ruley. Gadis itu menyelipkan helai rambutnya yang mengusik wajahnya karena belaian angin.

"Apakah mereka menyetujuinya? Putranya menikah dengan gadis dengan asal-usul tidak jelas sepertiku?" Gadis beriris hitam itu memandang langit, merasa rendah diri. Di sekelilingnya terdapat gadis bangsawan lain yang begitu memesona, baik penampilannya maupun statusnya. Bukankah Pangeran Kerajaan Bulan Putih akan lebih baik menikahi gadis-gadis emas ini?

River menghela napas, kedua lengannya mencengkram lembut kedua bahu gadisnya, menghadapkan Ruley kepadanya. Iris kelabunya menyorot lembut, "jika mereka emas, maka kau berlian." Hiburnya.

Ruley tertawa kecil, memandangi iris kelabu laki-lakinya dan mengerling nakal. "Oh, jadi karena aku berlian kamu mau denganku?" Godanya. Bukannya ikut tertawa, River malah terlihat gelagapan dan panik, terlihat sekali pemuda itu takut jika gadisnya tersinggung dengan kalimatnya.

Gadis yang kini mengepang rambutnya dengan pita hitam senada dengan irisnya itu tersenyum, mengulurkan tangan mengusap pipi lembut laki-lakinya. "Bercanda. Aku tau, seburuk apapun statusku kau akan tetap datang kepadaku, benar?" River mengangguk kuat, satu tangannya terangkat untuk menggenggam erat tangan lembut yang mengusap hangat pipinya.

"Ya, aku tidak peduli apapun asalkan itu kamu." Ruley tersenyum mendengar penegasan dari laki-lakinya, beralih memandangi sekitarnya yang mulai dipenuhi oleh bangsawan dan ksatria. "Begitu pula sebaliknya, siapapun kamu, aku tidak peduli. Apapun yang terjadi, aku tetap akan memilihmu." Balasan yang tiba-tiba Ruley lontarkan membuat hati River berbunga-bunga, terlihat dari binar cantik di iris kelabunya.

Festival berburu kali ini diadakan di Kerajaan Bulan Putih. Peserta dari festival ini umumnya ksatria dan para bangsawan lelaki saja karena mengingat medan yang berbahaya bagi gadis-gadis bangsawan. Tentunya sebagai tuan rumah, Kerajaan bulan Putih harus turut memeriahkan festival berburu. Karena itulah River disini, berdiri disamping Ruley dengan pakaian berburu khas Kerajaan Bulan Putih berwarna kelabu.

Bisik-bisik gunjingan tak berhenti sedari tadi ketika River keluar menunjukkan diri. Pasalnya, perwakilan Kerajaan Bulan Putih seharusnya mengenakan warna pakaian yang menyimbolkan kerajaan mereka, namun sang Pangeran pertama malah mengenakan pakaian abu. Ketika ditanya, pangeran bersurai perak itu menjawab jika ia lebih nyaman menggunakan warna kelabu.

Dengusan kasar keluar dari bibir mungil Ruley, gadis itu tak ada hentinya menyorot tajam sekelilingnya. Berani sekali mereka menggunjing laki-lakinya. Bukannya terlihat garang, wajah manis gadis itu malah terlihat makin memesona. Kilatan marah di matanya bukannya menyeramkan, tetapi malah menggemaskan.

Menyadari kekaguman bangsawan dan ksatria lelaki di sekitarnya, River melebarkan kedua matanya dan mendengus. Pemuda bersurai perak itu mengulurkan tangannya, menutup kedua mata Ruley. 

"Sudah cukup melihatnya. Aku tidak mau orang lain jatuh cinta karena mata indahmu, cukup aku saja." Telapak tangan hangat yang sedikit kasar menutupi pandangan Ruley, bukannya memberontak, gadis bergaun putih itu malah tersenyum lebar diselingi kekehan kecil.

Kedua jemari lembut itu meraba-raba tubuh River, merambat naik hingga berhasil meraih pipi pemuda itu. Sedetik kemudian, jemari lentik Ruley menutupi pandangan River.

"Kalau begitu, aku juga tidak mau orang lain jatuh cinta padamu karena mata indahmu. Cukup aku saja untuk selamanya!" Ruley membalas, tak mau kalah. Mereka berdua tak mempedulikan pekikan kaget dari orang lain, sibuk melarutkan diri dalam dunia yang mereka bangun sendiri.

Kekehan serak dan lembut mengalun sopan ke rungu Ruley, membuat telinga gadis itu memanas. Lagi-lagi warna merah menghiasi kulit pucatnya, jantungnya berdegup cepat. Tak mau kalah, ribuan kupu-kupu di perutnya mengepakkan sayap mereka. Dasar, cinta ternyata semenyenangkan ini.

Di sisi yang tak Ruley lihat, wajah River bahkan lebih merah sampai ke leher dan kedua telinganya. Pemuda dengan surai perak itu benar-benar cinta mati pada gadis di depannya, begitu pula sebaliknya.

Mereka menyelami cinta sama dalamnya, seakan keduanya telah tercipta untuk saling mencinta.

Prisoner and The PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang