O9 ; εννέα

91 10 0
                                    


Thalia mendekati River yang kala itu tengah menatap Lukaes dari jauh. Gadis itu turut menatap Lukaes yang saat ini tengah memamerkan ular kecil kepada ibunya, memutar bola mata, dan mencibir. "Hanya ular saja? " Remehnya. Gadis itu langsung memoles senyum anggun ketika iris kelabu incarannya mengarah padanya.

River menggertakkan rahangnya, berupaya menahan senyuman lembut di wajahnya. "Sudahkah kau urus apa yang ku perintahkan?" Pemuda itu berbisik ke samping dengan iris kelabu yang masih terpaku pada Thalia. 

"Sudah tuanku, laki-laki itu saat ini tengah berbincang bersama keluarga Tuan Putri Thalia." River mengulas senyum, ia bukanlah pria kejam yang melemparkan Thalia ke pelukan pria lain secara asal. Rencana pemilik iris kelabu untuk Thalia adalah menyadarkan gadis itu dari ambisi anehnya dengan menyatukannya dengan pria yang mencintai Thalia sepenuh hati.

"Kita bertemu lagi, Pangeran River." Sapa Thalia lembut yang hanya dibalas anggukan kecil oleh si pemuda. "Saya sarankan kepada anda untuk tidak memberikan minuman tersebut kepada saya, Tuan Putri Thalia. Atau anda lebih ingin melihat keburukan yang akan saya lakukan pada hidup anda?" Tukas River sebelum gadis bergaun biru itu membuka mulutnya.

Wajah cantik Thalia memerah, gelas minuman yang ia pegang bergetar karena rematan tangannya. Senyum yang hendak luntur ia paksakan tetap ada di wajah cantiknya. Gadis dengan iris biru itu hendak mengatakan rayuannya lagi, namun kembali gagal karena kedatangan adik laki-lakinya. 

"Kakak, apa yang kau lakukan disini, ayah dan ibu menunggumu." Potong Theodore tanpa ampun, pemuda yang lebih kecil itu memberi hormat sejenak pada River sebelum menyeret lengan kakaknya menjauh.

Iris kelabu River mengikuti kepergian dua sosok dari Kerajaan Bulan Biru dengan tenang, senyuman formal di wajahnya tak luntur sedikitpun. "Semoga bahagia dengan cintamu sendiri." Gumam si surai perak dengan nada tulus.


-;-

Thalia yang terseret adiknya hanya bisa menggertakkan giginya sembari terus melempar senyum pada gadis bangsawan lain yang melihatnya. Theodore menggulir bola matanya, mencari keberadaan keluarganya dan semakin menyeret kakaknya.

"Ah, itu dia Thalia kami." Mendengar namanya disebut, Thalia menolehkan kepala dan iris birunya bertubrukan dengan iris hitam seseorang. Gadis itu tertegun, gelas di tangannya meleset jatuh, beruntung Theodore berhasil menangkap gelasnya. Sayangnya cairan di dalamnya tumpah membasahi gaun cantik Thalia.

"Ramon?" Ragunya. Pemuda dengan nama Ramon itu tersenyum, menampakkan lekukan di salah satu pipinya. "Yap, aku kembali untuk menepati janji." Jawabnya tulus. Thalia yang tadinya mematung menukikkan alisnya, menggigit pipi bagian dalamnya dan menatap kedua orang tuanya.

Sang Ratu menganggukkan kepala, tersenyum. "Dulu, Ramon berjanji untuk menjagamu ketika ia kembali ke sini dari urusan bisnisnya di luar sana." Dengan sorot mata yang sulit diartikan, Thalia hanya bisa diam. Kepalanya menoleh ke belakang, iris birunya memaku iris kelabu yang menatapnya dingin. Thalia terdiam.

"Bisakah kau lupakan saja Pangeran River? Dia benar-benar tidak mencintaimu dan telah menolakmu tiap kita bertemu." Bisikan dari Theodore membangunkan lamunannya, Thalia menghela napas. River adalah cinta pertamanya yang tak akan pernah mencintainya. Sekalipun mereka menikah, pastinya tak akan ada kejadian yang diharapkan Thalia.

Thalia menarik napas dan menghembuskannya lembut, "baiklah." Seketika iris biru gelapnya memudar, tergantikan dengan biru cerah meski tak secerah Adiknya.

Diam-diam, River mendesah lega. Ia menatap kepulan asap hitam yang menguap dari tubuh Thalia. "Ambisinya lenyap, rencananya untuk menjebakku dan melukai Lukaes tidak akan pernah terjadi." River memejamkan matanya lelah, begitu banyak orang yang ingin mencelakai adiknya entah demi keruntuhan kerajaan mereka atau demi mendapatkannya.

Iris kelabu kembali menampakkan wujudnya, "aku hanya untuk dirinya seorang, tak ada gadis lain yang boleh menginginkan miliknya." 

Prisoner and The PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang