River menaiki kuda hitamnya, mengulurkan tangannya pada Ruley yang mendongak menatapnya. gadis berkepang satu itu memiringkan kepala, "apakah aku tidak memiliki kuda sendiri?" Pertanyaan gadis berkepang itu hanya dibalas gelengan kepala oleh River. Meski mempertanyakan tentang kuda, Ruley tetap menerima uluran tangan laki-lakinya dengan lembut.
Kedua tangan itu bertaut, salah satunya menarik tangan yang lebih kecil. Seketika tubuh mungil Ruley tertarik dengan sedikit dorongan dari kedua kakinya. Berhasil duduk di atas kuda dengan posisi di depan River, Ruley mendongakkan kepalanya menatap dagu laki-laki di belakangnya.
"Kau tadi menggunakan sihir bukan, agar kakiku bisa terdorong?" Kekehan lembut Ruley dapatkan, diringi usakan dagu pemuda bersurai perak pada puncak kepalanya ketika Ruley mengalihkan pandangannya ke depan.
Kuda yang menjadi tunggangan keduanya meringkik, melangkahkan keempat kakinya bergantian. Angin sepoi-sepoi menyapu wajah Ruley, membuat gadis itu memejamkan mata menikmati dengan tubuh yang disandarkan nyaman ke permukaan bidang dada lelaki di belakangnya
Cukup lama mereka berkuda dalam keheningan, menikmati suasana nyaman yang mereka ciptakan. Iris hitam miik Ruley melebar dipenuhi binar, sebuah danau cantik tersaji beberapa meter di depan mereka. Kepala gadis itu menoleh cepat, mempertemukan netranya ke netra pemuda di belakangnya yang ternyata juga tengah memandanginya dengan seulas senyum di wajah rupawannya.
"Kenapa?" Suara lembut itu mengalun keluar diiringi sebelah alis yang naik, Ruley melebarkan senyum. Gadis itu mengembalikan pandangannya ke depan, membenturkan bagian belakang kepalanya lembut ke dada bidang River, mengusaknya gemas, dan tertawa. "Mengapa kamu membawaku kesini? Tidak mau berburu?"
Sebelah tangan yang terbalut sarung tangan putih melepaskan diri dari tali kekang kuda, mengusap puncak kepala Ruley. "Aku malas berburu, itu melelahkan. Bukankah lebih baik aku menghabiskan waktu berdua denganmu?" Goda pemuda dengan surai perak. Ruley tertawa, menikmati belaian tangan River di puncak kepalanya dan mengulurkan sebelah tangan untuk ia tangkupkan ke tangan River yang masih menggenggam tali kekang kuda.
"Apakah tidak apa-apa? Bukankah akan memalukan jika tuan rumah tidak mendapatkan hasil buruan?" Mendengar kecemasan yang melanda gadisnya, River hanya menghela napas dan memeluk gadisnya, omong-omong mereka masih di atas kuda. "Tenang saja, lelakimu ini tidak akan memalukanmu." Bukan sekedar hiburan, melainkan sebuah janji yang akan ditepati.
Kuda berhenti satu meter di depan danau. Ruley yang hendak menjatuhkan dirinya ke rumput tebal dan lembut di bawah dicegah oleh sebuah tangan kokoh yang melilit pinggangnya. Ketika gadis itu menoleh, sosok River tersenyum lemah dan menggeleng. "Tidak, tunggu aku turun dulu." Sedetik kemudian, pemuda bersurai perak itu melompat turun dari kuda.
Ruley memandangi surai perak yang berkilau tertimpa cahaya matahari, pemiliknya kini tengah mengulurkan kedua tangannya, meraih pinggang Ruley, dan mengangkatnya tanpa kesulitan. Tubuh berbalut gaun putih selutut itu melayang sejenak, sampai kedua kakinya menapak rumput tebal yang diincarnya sedari tadi.
Melihat gadisnya yang melebarkan senyum dan mulai mendekati danau, River yang kini tengah mengikat tali kekang kudanya ke sebuah pohon memandang pemandangan di depannya penuh nostalgia. Masa kecilnya yang bahagia ada disini, bersama gadisnya tentu saja. Namun, gadis itu tampaknya melupakannya, sesuatu pasti mengacaukan ingatannya, namun tidak dengan hatinya.
"River, mengapa hanya diam saja disana? Air danau ini segar!" Baru sebentar River mengalihkan pandangan, tapi gadis itu kini sudah melepas sepatunya dan menceburkan kakinya ke danau. Air di tepi danau memiliki kedalaman sekitar lutut Ruley, membuat gaunnya sedikit basah di bagian bawah. River menggelengkan kepala dengan senyuman di bibirnya.
"Kemari, akan ku ceritakan sebuah kisah menarik." Sebuah jemari tanpa sarung tangan terlepas, River melepasnya tadi. Ruley memandang jemari cantik yang terulur dengan pandangan kosong, tanpa sadar melamun. Mendapati gadisnya nyaris melepas kesadaran, River menginjak air danau tanpa tenggelam. Pemuda itu berjalan di atas air dengan tenang, meraih pinggang Ruley yang masih terpaku pada ingatan pecahnya, dan menggendongnya ala pengantin.
Tersentak, Ruley menggelengkan kepala dan spontan mengalungkan kedua lengannya ke leher River. Kepala gadis itu refleks menyender ke bahu River, mengusaknya sedikit. "Cerita apa yang mau kau ceritakan?" River dengan pandangan ke depan berhasil keluar dari area danau, memilih area rumput yang menurutnya bersih, dan mendudukkan dirinya dan Ruley di pangkuannya.
"Kakimu nanti pegal, biarkan aku turun. Aku mau duduk di sebelahmu." Menurut, River membiarkan gadisnya turun dari pangkuannya dan mendudukkan diri di sampingnya. Gadis berkepang satu itu menyenderkan tubuhnya ke tubuh yang lebih besar dengan nyaman.
"Jadi, apa yang akan kamu ceritakan?"
Menyempatkan diri untuk mengusap puncak kepala Ruley, River akhirnya memulai sebuah kisah yang tidak ia sangka akan ia ceritakan pada salah satu tokohnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prisoner and The Prince
NouvellesRuley hanya bisa mengikuti alur yang membawanya ketika ia tiba-tiba terbangun di dalam sebuah penjara. Start: O7 November 2023 Finish: 25 November 2O23 Publish: 25 November 2O23 -;- Short story yang setiap chapnya hanya tertulis 200-500 words. Tidak...