26 ; Είκοσι έξι

49 9 0
                                    


"Pangeran pertama Kerajaan Bulan Putih, Pangeran River Moonwhite telah kembali dari berburunya!" 

Seruan dari sang penyeru itu membuat kerumunan yang tadinya tenang menjadi heboh. Terutama kerumunan gadis-gadis bangsawan yang tadi melihat dengan tatapan cemburu pada gadis bergaun putih di atas kuda sang pangeran.

Kedua mata sang Ratu melebar ketika melihat putra pertamanya yang kembali dengan keadaan basah. Tak hanya itu, bukannya membawa buruan yang mengangumkan untuk mengharumkan derajat kerajaan mereka, putra pertamanya itu malah membawa segenggam ikan segar berukuran cukup besar. Amarah menguasai sang Ratu, wanita bergaun putih itu melepaskan tautan tangannya dengan sang Raja yang masih terpaku.

"Apa yang kamu lakukan, River!" Sebelah tangan sang Ratu melayang, hendak menampar putra pertamanya sendiri yang menurutnya memalukan karena membawa segenggam ikan sebagai hasil buruan, bukannya membawa makhluk yang mengangumkan.

Iris hitam Ruley berkilat, auranya berubah. Gadis itu mendorong tubuh lelakinya ke belakang tubuhnya, sementara tangannya menangkap pergelangan tangan sang Ratu. "Mohon maaf karena saya ikut campur. Namun alangkah baiknya anda memperhatika dimana anda berada saat ini, bukankah anda yang lebih memalukan?"

Kalimat tajam Ruley membisukan keadaan. Semuanya hening, tegang memandang Ruley yang memiliki asal-usul tidak jelas berani menentang sang Ratu Kerajaan Bulan Putih. Sang Raja yang tersadar dari terpakunya mendatangi keluarganya. 

"Istriku, sudahlah." Cengkraman Ruley di pergelangan tangan sang Ratu dilepaskan, iris hitam dengan semburat biru pudar memandang tajam kedua penguasa kerajaan. "Jangan pernah macam-macam dengan lelaki saya, atau kerajaan ini akan saya hancurkan."

Desisan yang Ruley bisikkan membuat bulu kudung sang Raja meremang. Ayah dari River itu melirik putranya yang menunduk, "River, kembalilah ke kediamanmu dengan calon istrimu."

Ruley memandang tajam kedua penguasa Kerajaan Bulan Putih, membiarkan tubuhnya di tarik lembut oleh lelakinya untuk kembali menuju kediaman mereka. Meninggalkan kerumunan bangsawan yang berbisik-bisik dan sang Raja yang sibuk menenangkan Ratunya.

Dirasa cukup jauh dari arena festival berburu, River tiba-tiba mengangkat tubuh mungil Ruley, membuat gadis bergaun putih itu memekik kaget. Wajah merona yang ada di gendongan ala pengantinnya membuat River ikut merona. Keduanya saling merapatkan tubuh masing-masing dalam keheningan.

Mendekati kediaman River, sosok bocah dengan rambut putih dan iris hitam berlari mendekati keduanya, sesosok gadis bergaun biru turut membuntuti Lukaes. Thalia, keberadaannya membuat River menggeram kesal. Menyadari sesuatu, Ruley menepuk-nepuk bahu lelakinya lembut, berbisik agar lelakinya menenangkan dirinya dan membiarkannya turun.

Menurut, kedua kaki Ruley menapak halaman kediaman calon suaminya, seulas senyum terulas di wajahnya ketika Lukaes melebarkan manik kecilnya dan berhambur memeluknya duluan. River yang sudah mengulurkan tangan untuk menyambut pelukan adiknya mengerucutkan bibirnya, kedua matanya memincing pada Lukaes yang kini bergelung di gendongan ala koala Ruley.

"Oh, jadi begitu, hm?" Lukaes memekik girang, tertawa riang ketika River menggelitik perutnya. 

"Thalia, Kerjaan Bulan Biru memberikan salam kepada Pangeran Pertama Kerjaan Bulan Putih." Gadis bergaun biru itu menekuk lutut, memberikan salam sewajarnya kepada Pangeran dari Kerjaan Bulan Putih. River melangkah maju, menutup tubuh Ruley dan Lukaes dari pandangan Thalia.

"Apa yang kau lakukan di kediamanku? Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk tidak mengusikku lagi?" Rahangnya mengeras, membuat Thalia sedikit takut. Gadis itu menggigit bibirnya dan menundukkan kepala.

"S-Saya hanya ingin berpamitan kepada Pangeran karena saya akan mengikuti tunangan saya ke benua seberang untuk menikah." Suara gadis itu bergetar, sebelah alis Ruley terangkat. Gadis dengan Lukaes di gendongannya itu mendekati calon suaminya dan mengulas senyum formal.

"Maafkan saya atas kelancangan saya Tuan Putri Thalia, namun alangkah baiknya jika anda mengirimkan lewat surat saja, alih-alih mendatanggi calon suami saya secara langsung di kediamannya. Itu hanya akan menimbulkan skandal untuk calon suami saya." Selorohnya tajam, sempat dilihatnya tubuh gadis biru di depannya menegang.

Puas dengan perkataannya, Ruley melenggang pergi dengan Lukaes meninggalkan River yang memasang wajah melas. "Urusi dulu gadis itu, baru kau boleh mengikutiku."

Kelabu River memandang kesal gadis bergaun biru di depannya. "Cepat, apa yang ingin kamu sampaikan?"

Thalia mendongakkan wajahnya, mempertemukan iris birunya dengan iris kelabu pemuda di hadapannya, "gadis tadi.. Peri bunga bukan?"

Iris kelabu melebar.

Prisoner and The PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang