𓆩⟡𓆪
Sudah berapa lama {Name} menghilang? Entahlah, tidak ada yang mengingatnya kecuali sang pemilik raga.Rencananya berjalan dengan lancar, tetapi ada sedikit kendala, entah hanya untuk pamer atau tidak, dia harus ikut Stellaron Hunters sementara.
"Jadi? Maksudmu aku harus ke sana?" Ia pun bertanya kepada pria disampingnya.
Sang pria mengangguk. "... Begitulah yang Kafka katakan."
"Cukup merepotkan, tapi baiklah." Ia mengenakan tudung jubahnya, agar sosoknya tak terlihat.
Ya, dia harus menjadi barang langka yang akan dipamerkan ke semua orang—lebih tepatnya kepada sang jenderal, dan reinkarnasi Vidyadhara itu.
Selama perjalanan, perempuan itu memegang lehernya terus, meskipun tak terasa sakit ataupun nyeri, itu tetap mengganggunya. Dia melirik kearah 'pelaku' yang melakukan itu.
"Leherku jadi sakit nih, banyak tanda aneh," keluh sang wanita, dirinya yang dulu selalu berucap sopan dan hangat berubah drastis.
Yang di tatapan tak begitu memperdulikannya, masih memandang lurus kedepan jalan. Lagipula sejak awal, tanda cinta itu bukan untuk sang pemilik raga, melainkan cinta pertamanya yang kini hilang jejak.
Tak selang lama kemudian mereka pun sampai di lokasi, yang katanya tempat yang telah diramalkan oleh Elio untuk bertemu sang reinkarnasi Vidyadhara. Sejujurnya perempuan itu tak begitu memperdulikannya, dia hanya fokus ke tujuan utamanya; kembali ke planet asalnya dan menciptakan kehidupan baru.
Tentu, tidak lupa dengan balas dendamnya.
Tetapi ada hal yang mengganggunya, bertahun-tahun tubuhnya digunakan oleh gadis itu, ingatan di kepalanya hanya diisi oleh ingatan milik gadis tersebut. Semua kenangan suka dan duka bercampur, itu mengganggunya sekali, sangat mengganggunya.
Benang merah dirajut dengan berantakan, menandakan rasa bencinya kepada gadis itu, {Name}.
Bagaimana bisa tubuh yang merupakan tubuh aslinya kini lebih terbiasa dengan jiwa seseorang yang tak dikenal asal usulnya?
Mungkin inilah sebuah pertanda, bahwa dia akan di singkirkan.
Tidak tidak, mengapa dia harus berpikir seperti itu? Dialah sang Aeon, pemilik jalur bintang, tak ada siapapun yang bisa menandinginya kecuali sang Aeon itu sendiri.
Terdengar suara langkah kaki, berasal dari pria bersurai coklat tua tersebut yang baru saja keluar dari kapal. Jadi itu tamunya. Ia pun menutupi wajahnya kembali menggunakan tudung jubahnya.
Perannya disini sebagai penonton, namun nanti.. siapa tahu akan berkebalikan, bukan?
Melihat kedua pria tersebut saling adu mulut, membicarakan tentang 'bayaran' dan 'dosa', entah mengapa sesuatu dihatinya memberontak, seakan perasaan masa lalu tak bisa lepas darinya.
Mengapa bisa begitu? Bukankah ini raga aslinya dengan jiwa aslinya, mengapa raganya masih terbiasa dengan gadis itu??
'apa yang terjadi kepadaku.. tubuh ini.. terus menerus menolak ku.'
Muncullah sosok ketiga, seorang laki-laki remaja berambut pirang, terjadilah sebuah pertarungan mendadak. Sang wanita dengan perempuan tersebut hanya bisa menonton.
'ternyata pria yang mengaku sebagai 'pedang' itu ahli bertarung... Kukira hanya ahli dalam bermain.'
Pedang meluncur, menusuk tepat didada pria bersurai coklat tersebut. Seketika air mengelilinginya, bercahaya, wujudnya berubah menjadi sosok naga agung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Star Path - HSR x Readers .
Fanfiction"siapa kau?" tanya nya. "... hanya seorang bintang yang tersesat, maukah kamu menuntunku?" [Rank #2 - Honkai star rail] [Rank #1 - March 7th] [Rank #1 - Yanqing] [Rank #1 - Himeko] [Rank #1 - Stelle] [Rank #1 - Welt Yang]