VII. The darkness of the past.

788 87 18
                                    

𓆩⟡𓆪

    Kamu tenggelam dalam lautan ingatan masa lalu, semakin dalam kamu jatuh semakin gelap memori itu kembali.

    Pengkhianatan, perpisahan, pemberontakan, kematian, rasa sakit itu kembali. Luka lama kembali terbuka, tangisan mu tak kunjung berhenti.

    Kegelapan itu mengingatkan mu kembali dengan masa lalumu, tubuhmu semakin jatuh kedalam dasar lautan itu.

    Sakit.
    Sakit.
    Sakit.

    Suara-suara familiar saling beradu, kamu ingat jelas kejadian dari tragedi tersebut.

    Kematian Baiheng, pemberontakan Dan Feng dan Yingxing, Jingliu yang membunuh Yingxing, perpisahan teman-teman mu, kematian mereka serta dirimu. Dadamu terasa sakit, cahaya kuning tersebut mulai bersinar, rasanya semakin sakit bagaikan seribu jarum mulai menusuk jantung mu.

    "{name}!! Bangunlah!!"

    "Jenderal, dia sudah tidak bernafas!!"

    "Cobalah lagi! Aku yakin... Aku yakin dia tak mungkin pergi lagi.."

    Suara itu mengisi telingamu, tetapi kamu tak dapat terbangun, tubuhmu menolaknya. Menyuruhmu untuk terus tenggelam kedalam lautan ingatan tersebut, seakan mereka ingin kamu mencari kebenaran.

    "Liúxīng!"
    "Liúxīng!!"

.
.
.

    Di sisi lain, pada malam hari yang gelap, tak ada cahaya sama sekali melainkan awan hitam yang menutupi.

    Alam seakan mengetahui bahwa bintang mereka tak kunjung bangun dari tidurnya, maka dari itu cahaya bintang dan bulan tak muncul. Pria tersebut bersembunyi dibelakang bangunan yang sepi, hanya ditemani lampu jalanan dan angin dingin yang menghembuskan surai biru tuanya.

    Ia nampak tengah menunggu seseorang, kelopak matanya terbuka lalu mendongak keatas untuk melihat langit. Suara gadis tersebut kembali mengisi benaknya, membuatnya selalu merasa pusing dan nyeri.

    "Sepertinya aku tahu siapa nama asliku.."

    "Oh, bukan berarti aku tak menyukai namaku sekarang! Aku hanya ingin memberitahu."

    "Namaku {name}... Tapi tidak apa, aku lebih suka nama Liúxīng karena itu nama pemberian kalian."

    Dahi Blade mengerut, ia memegang kepalanya sambil menahan rasa sakit tersebut.

    Suara langkah kaki mulai terdengar, ia berhenti memegang kepalanya lalu menoleh kearah wanita tersebut yang tengah berjalan kearahnya.

    "Kafka.." gumamnya. Wanita tersebut tersenyum, ia menatapnya dengan lekat-lekat.

    "Maaf sudah membuatmu menunggu lama, Bladie~" sapanya, Kafka berdiri disampingnya lalu bersandar didinding bangunan tersebut.

    Pria tersebut tak bereaksi apapun, hanya memejamkan matanya lalu menyilang kedua tangannya. Sang wanita menatap keatas langit, dengan senyumannya yang memiliki seribu makna.

Star Path - HSR x Readers .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang