01: Pelayan

1.8K 108 18
                                    

YOU POV

Terus aku tarik tangan mahasiswa bernama Sunoo untuk mengikuti langkahku menuju parkiran kampus. Aku sebenarnya juga tak mengerti, mengapa ingin sekali menolong lelaki berwajah cantik tersebut. Aku paham benar atas rasa takut yang Sunoo rasakan, itulah sebabnya berusaha aku kabulkan keinginan lelaki itu untuk pergi sejauh mungkin dari kampus ini. Mungkin para mahasiswa/i yang melihat kami berpikir, aku merupakan dosen yang genit dan sangat tak terpuji. Itulah sebabnya aku lepaskan genggaman tanganku pada lengan lelaki itu saat menyadari semakin banyak mahasiswa/i yang menaruh perhatian pada kami.

Sesampainya aku di parkiran motor untuk dosen, langsung aku naiki motor besar milikku berwarna hitam untuk memanaskan mesinnya sebentar. Setelah aku pasang helm di kepalaku, aku menoleh ke arah Sunoo yang terlihat begitu bingung menatap ke arahku. Langsung aku bertanya, "Tunggu apa lagi? Naiklah!" perintahku sedikit berteriak karena memang suara motor ini lumayan memekakkan telinga. Padahal, kendaraan seperti dilarang keras untuk dibawa oleh para mahasiswa/i, namun untuk diriku? Siapa yang ingin marah? Toh hanya sesekali saja aku menggunakannya, hanya di saat seragam tak mengharuskan aku menggunakan rok, seperti hari ini.

Sadar atas Sunoo yang tak kunjung bergerak mengikuti perintahku pun memancing diriku menarik tangan lelaki itu, aku bawa tangan kirinya ke pundakku sambil mengatakan, "Naiklah, tak usah ragu! Pegangan padaku!" memancing lelaki itu naik dengan susah payah ke tempat duduk di motor ini. Setelah lelaki itu ku pastikan duduk di bangku belakang motor ini, aku menoleh ke arahku untuk mengucapkan, "Kau ingin saem membawamu jauh dari mereka kan? Pegangan! Jika kau tak ingin jatuh!" ucapku. Sambil menunggu Sunoo peluk tubuhku untuk berpegangan. Aku naikkan standar motor ini untuk bersiap.

Sadar atas Sunoo yang begitu pasif, aku bawa dengan sedikit paksaan tangannya melingkar di pinggangku sebelum aku tancap gas motor ini untuk pergi menjauh dari kampus kami. Setelah kami keluar dari area kampus ini, aku tertawa pelan saat menyadari pelukan Sunoo yang begitu erat di perutku sampai hampir membuat isi perutku keluar. Aku elus tangan Sunoo yang memelukku sambil berteriak, "Kau terlalu kencang memeluknya!" berharap Sunoo dapat mendengarnya walau suara angin hampir mengalahkan bunyi motor ini.

60, 80, 100 Km. Rencananya aku ingin membawa lari motor ini pada kecepatan segitu. Tapi kenyataannya Sunoo malah berteriak lirih di belakang tubuhku sambil terus mengeratkan pelukannya di pinggangku. Seolah rasa takut begitu memenuhi lelaki ini yang membuatku semakin penasaran atas alasannya mengajakku kabur sejauh mungkin. Entahlah, aku merasa begitu penasaran hingga nekat ku bawa Sunoo berkunjung ke kedai ramen langgananku. Letak restoran itu yang cukup terpencil, di tengah pemukiman cukup untuk membawa lari mahasiswa ini sementara dari masalah yang ia hadapi.

Sesampainya kami di depan kedai ramen tersebut. Aku elus tangan Sunoo sambil menurunkan standar motor ini. Sunoo yang akhirnya tersadar pun dengan perlahan melepaskan pelukannya sambil berusaha ia turun dari motor ini tanpa bantuanku. Setelah ia berhasil turun, aku ikut turun lalu menanggalkan helm di kepalaku. Sempat aku menoleh ke arah Sunoo dan mendapati rambut lelaki itu yang telah acak-acakan ditambah lagi ekspresinya yang penuh dengar mata. Memancing diriku tertawa pelan karena lelaki ini sangatlah menggemaskan.

Tanpa aku sadari, jemariku terulur untuk menghapus air mata di wajah cantik Sunoo sambil mengucapkan, "Kau baik-baik saja?" dengan suara yang lemah lembut, mampu membuat Sunoo menaruh seluruh perhatiannya padaku. Aku suka sekali melihat atensi Sunoo yang berkaca-kacau saat menatapku walau lelaki ini memiliki tinggi yang lebih dariku beberapa centi. Aku tahu lelaki ini sedang berusaha menyembunyikan napasnya yang sesenggukan sehingga saat ia kembali menarik napas susah payah memancing diriku semakin menaruh iba padanya.

"Ayo masuk dulu, kamu ceritakan semuanya pada saem di dalam ya. Okay?" ucapku yang langsung Sunoi jawab dengan anggukan kepala. Aku bawa mahasiswaku ini masuk ke kedai ramen tersebut yang ternyata dalam keadaan yang telah terisi beberapa pelanggan. Semua pelanggan itu menaruh perhatian padaku, namun aku tak peduli karena semua orang disini pasti tak mengetahui status antara diriku dengan Sunoo. Namun, Sunoo yang melihat keadaan kedai ini cukup ramai terlihat begitu terkejut sampai membuatnya mematung di depan pintu ramen tersebut.

Aku yang sadar atas ketakutan yang Sunoo rasakan pun nekat menarik tangan lelaki itu untuk duduk bersamaku di sebuah meja. Aku ajak lelaki cantik memesan apapun yang ia inginkan, namun Sunoo terus melihat ke arah beberapa pelanggan laki-laki yang terus memperhatikan kami. Aku pun meminta Sunoo untuk menukar posisi kami agar lelaki itu hanya dapat memandangku seorang sementara pelanggan lain hanya dapat memandang punggung Sunoo. Ya, duduk di ujung ruangan dalam kedai ini.

"Ada apa Sunoo? Apa yang terjadi dan tolong jelaskan semuanya pada saem sejak awal?" pintaku berusaha mengalihkan Sunoo dari rasa gelisah yang ia rasakan. Aku tahu Sunoo merasa tak nyaman, sehingga aku perhatikan balik beberapa pelanggan di kedai ini yang semakin terang-terangan menaruh perhatian pada kami berdua. Sialnya, Sunoo malah semakin bungkam sambil memberikan aku tatapan ketakutan penuh arti. Aku yang bingung pun berusaha meminum air putih yang telah disediakan di meja ini. Aku tuang air putih ke dalam gelasku sebelum ku rasakan Sunoo yang menahan tanganku untuk tidak meminum air tersebut.

"Ada apa Sunoo-ya? Saem bingung dengan seluruh sikapmu. Kau dirundung  oleh beberapa temanmu? Kau beritahu saem apa yang mereka lakukan padamu, sebisa mungkin akan saem bantu jalan keluarnya agar mereka tak menggangu dirimu lagi." ucapku sambil mengelus permukaan tangan lelaki itu, ingin sekali aku elus punggung Sunoo lalu membawa tubuhnya ke dalam pelukanku tapi aku tahu keadaan tak mendukung momen manis tersebut. Dia mahasiswaku dan aku merupakan dosen yang harus mengayomi dan melindungi Sunoo sepenuh hati.

Dengan ragu, Sunoo menatapku sambil balik menggenggam tanganku. Sunoo utarakan isi hatinya yang mampu membuatku terkejut setengah mati, "Aku menyukaimu saem. Ah, tidak! Lebih tepatnya, aku mencintaimu saem. Tolong maafkan aku, aku benar-benar tak sanggup menahan gejolak ini terus menerus." sukses membuatku terdiam dengan wajah yang terasa panas. Ritme jantungku berdegup sangat kencang hingga ke batas yang memancing ribuan kupu-kupu memenuhi perut dan dadaku.

Semenjak berat badanku turun sebanyak 20 kilo, aku mendapat banyak sekali ucapan pernyataan cinta dari banyak lelaki tampan. Namun, tak ada yang mampu membuat wajahku panas seperti yang Sunoo lakukan saat ini. Tuhan, kenapa aku tak bisa berpikir jernih saat ini? Aku benci berada dalam momen yang membuatku tak berdaya seperti ini, persis seperti saat aku terjebak dengan mantan kekasihku, Minho.

Berusaha aku tutupi wajah memerahku dengan meminum air putih yang sebelumnya aku ambil. Namun, setelah ku minum beberapa teguk, Sunoo berusaha hentikan diriku untuk menghabiskan air yang telah aku ambil. Semakin membuatku menaruh curiga pada lelaki ini, kenapa sikapnya seolah tak menginginkanku meminum air putih ini.

"Saem, maafkan aku.." lirih Sunoo begitu pelan. Aku yang tiba-tiba merasa pusing pun berusaha menumpu tubuhku pada meja tersebut, namun dengan cepat Sunoo ubah posisi duduknya untuk lebih dekat denganku sebelum seorang pelayan datang membawa dua mangkok kosong. Pelayan itu berusaha menahan tubuhku agar tak terjatuh ke lantai seiring ku rasakan semakin berat mata dan pikiranku. Aku mengantuk hebat hingga di batas yang tak sanggup lagi alu tahan rasa kantuknya. Hanya senyuman pelayan muda dan tangisan Sunoo yang semakin kencang yang kuingat sebelum diriku kehilangan kesadaranku seutuhnya.

Namun disela-sela gelapnya pandanganku dapat ku tanggap suara pelayang tersebut yang mengatakan, "Kau milik kami, saem!" setelah itu. Aku tak sadar lagi atas segala yang terjadi. Wajah pelayan itu sangat tampan dan aku baru sadar kalau wajah itu tak pernah aku lihat di kedai sebelumnya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Ini wajah pelayan itu,

Sangat tampan bukan? Tak mungkin ada pelayan setampan dirinya, lalu siapa mereka dan kenapa Sunoo terlihat begitu ketakutan? Apa yang sebenarnya terjadi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sangat tampan bukan? Tak mungkin ada pelayan setampan dirinya, lalu siapa mereka dan kenapa Sunoo terlihat begitu ketakutan? Apa yang sebenarnya terjadi?

TBC

HARIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang