09 Ciuman

1.4K 78 20
                                    

YOU POV

"Please nuna?" pinta Jungwon sukses menghambur lamunanku. Sadar atas diriku yang tak kunjung menjawab pertanyaannya, memancing Jungwon memohon lagi padaku dengan atensi yang berkaca-kaca. Menambah rasa gugup dalam diriku hingga berpuluh kali lipat yang membuat tubuhku menjadi lemas seketika.

Tuhan, aku malu sekali tapi aku harus bagaimana? Aku tak mungkin menolaknya karena ia juga merupakan bagian dari lingkungan ini.

Aku telan ludahku dengan susah seiring pandanganku yang turun menuju selangkangan Jungwon. Terlihat jelas selangkangan lelaki itu yang telah mengeras menandakan hasrat lah yang melandasi keinginan Jungwon mencium bibirku saat ini. Aku yakin, Jungwon tak hanya menginginkan ciuman saat ini.

Sadar atas perhatianku yang tertuju pada selangkangannya memancing lelaki itu angkat wajahku agar tatapan kami bertemu.

Tanpa kata, Jungwon dekatkan wajahnya ke arahku. Berniat mengambil langkah  karena aku tak kunjung memberinya izin padanya untuk mencium bibirku, namun dengan cepat aku tahan niat lelaki itu dengan meletakkan kedua tanganku di depan dadanya. "Nuna habis makan, Jungwon!" cegah ku yang malah mendapat reaksi manis dari lelaki itu.

"Gwenchana," jawab Jungwon seiring ia tangkup wajahku menggunakan sebelah tangannya, berniat kembali membawa wajahku mendekat padanya namun berusaha kembali aku hentikan. "Nuna sikat gigi dulu, sebentar aja!" pintaku tak bisa lagi menutupi kegugupan yang aku rasakan. Sadar atas diriku begitu salah tingkah, memancing tawa Jungwon pecah penuh kebahagiaan.

Aku yang malu pun berusaha bangkit dari kasur ini dan berjalan menuju kamar mandi yang berada dalam kamar. Namun di tengah perjalanan, kakiku terasa begitu lemas yang membuatku hampir terjatuh ke lantai jika tidak cepat Jungwon tahan tubuhku dari belakang. "Jangan gugup nuna." ucap lelaki itu sambil menuntun tubuhku bertumpu padanya dan melanjutkan langkahku menuju kamar mandi.

Apa dia bilang? Jangan gugup? Yang benar saja, Jungwon! Aku mengenalmu sebelum berada di lingkungan ini dan sekarang kamu menginginkan hal yang biasa kakak sepupumu itu inginkan juga dariku?

Aku merasa sangat tak berharga, namun bukankah lingkungan ini dibuat untuk memperlakukan objek wanitanya tak lebih dari sekedar bintang porno? Aku harus membiasakan diri, agar Minho tak mencelakai diriku lebih dari yang selama ini ia lakukan padaku.

Dengan tangan yang bergetar, aku sikat gigiku sambil sesekali melirik ke arah Jungwon yang begitu gigih menungguku. Jungwon tersenyum manis ke arahku yang membuat aku semakin salah tingkah sehingga setelah aku selesai menyikat gigiku, aku beralih menyipratkan air ke wajahku.

Jantungku rasanya ingin copot saking merasa gugupnya.

Setelah aku menyelesaikan seluruh urusanku di kamar mandi, Jungwon kembali menuntun langkahku ke arah tempat tidur sambil ia ucapkan, "Nuna lucu sekali saat salah tingkah!" aku tahu, Jungwon sedang menggodaku saat ini. Namun aku yang begitu gugup hanya bisa tertawa paksa seiring Jungwon dudukkan tubuhku kembali di pinggiran kasur ini.

Jungwon genggam kedua tanganku seiring ia cium kedua punggung tanganku tersebut dengan sangat lembut. Sukses membuat tubuhku bergetar hebat hingga ku rasakan lelaki itu yang perlahan membunuh jarak di antara kami. Tanpa sadar, aku tenggelam dalam tatapan intens yang Jungwon berikan untukku.

Suasana di ruangan ini begitu hening, mungkin Jungwon dapat dengan jelas mendengar degup jantungku saat wajahnya semakin mendekat ke arah wajahku. Jungwon sempat tertawa di depan wajahku yang ia tangkup menggunakan sebelah tangannya, sementara tangan yang lain ia letakkan di paha kiriku.

"Nuna sangat menggemaskan!" ucap lelaki itu dengan ekspresi wajah yang menggemaskan pula, bagaimana orang yang menggemaskan mengolok wajah orang lain lebih menggemaskan darinya?

Aku hembuskan napas begitu gugup sambil berusaha menjauhkan wajahku dari Jungwon. Tanpa sadar aku ucapkan, "Nuna gugup sekali, Jungwon." yang langsung Jungwon balas, "Sama aku kok gugup, sementara sama anggota lainnya tidak?" tannya Jungwon sambil menahan daguku agar terus menatap matanya.

Ingin sekali aku menjelaskan tetapi Jungwon tiba-tiba layangkan kecupan di bibirku yang sukses membuatku diam mematung. Sadar atas reaksi berlebihanku malah membuat tawa lelaki itu semakin menjadi-jadi.

Tak ku sangka, lelaki itu malah mencubit kedua pipiku pelan sambil bertanya, "Bagaimana keadaan nuna? Apakah sudah mendingan?" tanya Jungwon yang langsung ku jawab dengan gelengan kepala. "Rasanya tubuhku lemas sekali saat ini," yang langsung memancing Jungwon berikan pelukan hangat untukku. Jungwon elus punggungku dengan lembut seiring ia ucapkan, "Ya sudah, nuna istirahat lagi ya. Penyakitnya tadi sudah aku ambil melalui ini." Jungwon lepaskan sebentar pelukan kami untuk menyentuh permukaan bibirku yang sempat ia kecup secara tiba-tiba sebelum memelukku kembali.

"Semoga besok hari, keadaan nuna semakin membaik!" doa lelaki itu yang sukses melelehkan tubuhku dalam pelukannya. Lelaki itu juga srmpat mengatakan, "Maaf jika membuat nuna merasa takut atau gugup. Aku tak bermaksud melakukan itu." ucap Jungwon sangat bertolak belakang dengan apa yang aku pikirkan tadi.

Jungwon lepaskan pelukan kami lalu membawa helaian surai ke belakang telingaku. "Aku kembali ke kamarku ya nuna, aku tak boleh lama-lama karena yang sekamar sama nuna malam ini adalah bocil Niki." ucap Jungwon sambil menyimpun bekas makanku yang sebelumnya ia antarkan.

Ada satu perubahan yang aku rasakan dari diri anak itu, wajahnya terlihat semakin merah setelah mencium bibirku, detak jantungnya bahkan dapat aku rasakan berdegup sangat kencang, seiring tubuh Jungwon yang terasa begitu hangat dari sebelumnya. Bahkan senyuman tak lekang dari wajah lelaki itu saat mengatakan, "Aku kembali dulu ya nuna, semoga mimpi indah!".

Langsung aku jawab, "Terima kasih, Jungwon!" ucapku yang dibalas sanggukan kepala oleh lelaki itu. Setelah itu Jungwon keluar dari kamar ini seiring jemariku yang tanpa sadar menyentuh permukaan bibirku sendiri.

Rasanya jantungku tak bisa berhenti berdegup sangat kencang saat ini. Anak itu membuatku sangat gugup namun penasaran atas segala hal yang ada pada dirinya. Mulai dari pertemuan kami yang sangat mendadak, hingga seluruh sikapnya yang mampu aku salting setengah mati. Oh tuhan, kenapa anak sebaik dirinya bisa terjebak dalam lingkungan ini? Aku jadi tak tega tapi di satu sisi aku juga merasa sangat penasaran dengannya.

Krettt!

Pintu ruangan terbuka dengan perlahan seiring seorang lelaki memasuki kamar ini dengan wajah yang sangat mengantuk. Lelaki itu berdiri sambil menatapku sebentar sebelum bertanya, "Nuna tidur, lampunya dimatiin atau ngak?" dengan suara berat yang sangat tak cocok dengan visualnya saat ini.

"Lampu mati!" setelah menjawab itu, sedetik kemudian lelaki itu mencari tombol saklar lampu dalam ruangan untuk mematikannya lalu berlari ke arah kasur dan membaringkan tubuhnya di sebelahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lampu mati!" setelah menjawab itu, sedetik kemudian lelaki itu mencari tombol saklar lampu dalam ruangan untuk mematikannya lalu berlari ke arah kasur dan membaringkan tubuhnya di sebelahku.

Aku yang tak bisa melihat lelaki itu pun hanya mendengar ucapan lelaki itu yang mengatakan, "Good night, nuna!".

Sungguh, tingkah semua anggota dalam HARIUM sangatlah menggemaskan!

HARIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang