07: Jungwon

1.4K 89 17
                                    

YOU POV

"Nuna, bangun sebentar yuk. Makan sup-nya dulu lalu minum obat. Setelah makan, nuna lanjutin lagi tidurnya." seorang lelaki berusaha membangunkan aku dari tidur panjangku. Berusaha aku kumpulkan kesadaranku dengan menggeliat pelan sambil menghembuskan napas kasar. Aku ubah posisi berbaring ku menjadi terlentang sebelum ku mendapati lelaki itu yang meletakkan tangannya di dahiku.

"Badan nuna, hangat." ungkap lelaki itu dengan suara yang sangat lembut, memancing diriku membuka kedua atensi ku. Tatapan kami bertemu yang sontak mengukir senyum manis di wajah lelaki tampan ini. Perhatianku sempat teralihkan pada lesung pipi yang berada di pipi kirinya sebelum akhirnya aku kembali fokus pada mata lelaki itu yang sangat indah. Matanya tajam dan bulat seperti kucing yang membuat lelaki itu sangat memikat bagiku.

Refleks aku mengusap wajah dan pinggiran mataku, takut ada belek yang masih menyangkut. Sangat memalukan jika lelaki setampan dirinya melihat penampakan ku yang sangat buruk rupa sehabis bangun tidur seperti ini.

Dengan sabar, lelaki itu tunggu sampai aku mengumpulkan seluruh kesadaranku sebelum ia bantu aku untuk mendudukkan diri di atas kasur ini. Lelaki itu bahkan mengatur posisi ternyaman dengan memberikan bantal sebagai sandaran untuk aku duduk di kasur ini. "Permisi ya nuna," ucap lelaki itu sebelum mengatur rambut panjangku agar terlihat lebih rapi dan berada di belakang tubuhku. Bahkan, aku sama sekali tak berkutik saat lelaki itu singkirkan helaian surai menuju belakang telingaku.

Jantungku? Rasanya ingin berhenti berdetak saat ini saking merasa campur aduknya atas momen yang lelaki itu ciptakan. Antara merasa gugup, bahagia bertemu lelaki setampan dirinya, sedih setelah mengingat aku terjebak dalam lingkungan porno bernama HARIUM dan rasa kantuk yang masih menyelimutiku.

"Siapa namamu? Sepertinya aku tak asing denganmu." aku bertanya yang malah mengembangkan senyuman di wajah lelaki itu semakin lebar. Sempat lelaki itu elus belakang tengkuknya sambil malu-malu memperkenalkan diri padaku, "Namaku Jungwon". Memancing diriku membalas senyuman manisnya dengan tawa pelan. Tawa yang tanpa sadar aku berikan untuk menutupi rasa gugup ku saat ini.

"Kau pasti salah satu anak muridku ya?" tanyaku berusaha menjawab sendiri pertanyaan mengenai hal itu. Jungwon pun langsung menggelengkan kepalanya sebelum mengatakan, "Kita tak pernah bertemu di kampus nuna. Maaf aku memanggil Saem dengan sebutan nuna. Supaya tak terasa canggung saja." jelas lelaki itu kembali memecah tawaku pelan sebelum aku menguap karena merasa begitu mengantuk.

"It's okay, panggil aku dengan sebutan apapun yang kamu inginkan." jawabku sambil memperhatikan Jungwon membawa nampan berisikan makanan untukku ke atas pahanya. "Sini, nuna bisa makan sendiri." ucapku, berusaha mengambil nampan itu dari Jungwon, namun lelaki manis ini menolaknya. "Gwenchana nuna, aku suapi aja. Keadaan nuna masih belum stabil." ujar Jungwon terdengar begitu perhatian.

Aku yang sedang malas berdebat pun mengikuti keinginan lelaki itu dengan membiarkan ia menyuapkan makanan tersebut padaku. Aku buka mulutku untuk setiap makanan yang Jungwon berikan sambil menatap lelaki di hadapanku tersebut penuh arti. Semakin aku perhatikan, semakin berusaha aku ingat pula pernah bertemu dengannya sebelumnya dan pertemuan itu sangat berarti yang membuatku tak bisa melupakannya begitu saja.

Tunggu dulu, wajahnya memang tak banyak berubah namun aku yakin lelaki ini adalah adik sepupu Bangchan yang pernah menjadi client ku dahulu. Aku dapat mengingatnya karena momen pertemuan kami yang terkesan sangat buruk bagiku.

Saat itu, Minho telah berulangkali menjual tubuhku pada kakak sepupu Jungwon tersebut. Kami melakukannya pada malam hari, namun bukan tengah malam karena Bangchan kepalang horny sepulang ia merayakan pengangkatannya sebagai karyawan tetap di sebuah perusahaan, sementara kami masih sibuk dengan tugas akhir yang membuat stress. Kami memang berada di kampus yang sama dengan Bangchan, namun kakak sepupu Jungwon itu lulus begitu cepat yang membuatnya mendapatkan gelar cumlaude dan mahasiswa paling berprestasi pada tahun tersebut.

Namun, setiap manusia pasti memiliki sisi gelap dalam hidupnya, sama seperti Bangchan yang ternyata memiliki sisi gelap berupa hawa nafsu yang begitu menggebu-gebu. Bangchan mengungkapkan kalau dulu ia sering melampiaskan hawa nafsunya dengan hanya menggunakan sex toy yang ia miliki, namun setelah merasakan tubuhku, Bangchan selalu repeat order hingga beberapa kali dalam seminggu yang membuatku sedikit kewalahan.

Bangchan adalah client pertamaku sebelum Mingyu dan Minho memang hanya menjual tubuhku pada mereka walaupun itu dilakukan secara berulang kali sebelum kejadian naas berupa pemukulan botol Vodka itu terjadi.

Sempat ku tatap mata Jungwon penuh arti sebelum membetanikan diri bertanya, "Kamu adik sepupunya Bangchan ya?" sukses membuat senyuman di wajah Jungwon perlahan memudar. Sama sepertiku yang mulai diliputi perasaan takut dan malu yang begitu dalam. Apalagi setelah mengingat bagaimana pertemuan kami dahulu!

"Iya nuna, aku adik sepupu Bangchan," jawab Jungwon terlihat tak nyaman walaupun berusaha ia tutupi dengan menyuapkaj makanan ke mulutku lagi. Dengan ragu aku buka mulutku untuk menerima suapan Jungwon tersebut.

"Kekasihmu sangat jahat, nuna." ucap Jungwon memecah kecanggungan antara kami. Berusaha aku telan makanan di mulutku sebelum meminta air putih pada lelaki itu, "Bagaimana keadaan Bangchan?" tanyaku berusaha mencairkan suasana di antara kami kembali. "Begitu saja, tak memiliki pacar karena sibuk dengan pekerjaannya yang padat." ungkap Jungwon membuatku terdiam. Tak lama, aku tutup wajahku menggunakan kedua tanganku saking merasa gugup dan malunya pada lelaki itu.

"Kenapa nuna?" tanya Jungwon meraih tanganku berusaha menghentikan kegiatanku yang menutupi wajahku sendiri. Aku yang masih merasa malu pun menjawab, "Rasanya aku tak ingin menampakkan wajahkh ini padamu, Jungwon. Aku malu sekali!" ucapku masih teguh pada pendirianku untuk terus menutup wajahku. Memancing tawa pelan Jungwon berikan, "Nuna masih mengingatnya?" tanya Jungwon yang langsung ku jawah dengan anggukan kepala.

"Sangat mengingatnya, bahkan sekarang aku harus melakukan hubungan seksual lagi di depanmu!" aku akhirnya luluh setelah mendengar tawa dari Jungwon tersebut. Namun, tetap tak menghilangkan rasa malu dalam diriku apalagi saat Jungwon terus menatap ke arah bibirku penuh arti. Aku teguk lagi air putih pemberiannya dan berencana meminum obatnya, namun sebelum aku buka bungkus obat yang berada di nampan itu.

Jungwon layangkan sebuah pertanyaan padaku, "Nuna, bolehkah aku merasakannya juga?" tanya lelaki itu perlahan meletakkan nampan di tangannya ke atas nakas lalu menuntun tanganku meletakkan obat tersebut juga di tempat yang sama. Aku yang bingung pun bertanya dengan sedikit gagap, "Me-merasakan apa, Jungwon?" tanyaku sambil menatap mata Jungwon yang terus tertuju pada bibirku. Semakin lama, Jungwon semakin mendekat ke arahku yang membuat jantungku seperti ingin copot.

Apalagi saat lelaki itu meminta, "Bibirmu nuna, please?".

Apalagi saat lelaki itu meminta, "Bibirmu nuna, please?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👉👈

HARIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang