Ҡìʂâɦ 28

918 149 46
                                    

Pembayun duduk bersandar di kepala ranjang sambil memijit pelipisnya pelan. Sungguh, perasaannya campur aduk hingga kepalanya pening bukan main. Ingin rasanya mati saja namun nanti bagaimana dengan calon anaknya. Amat tidak lucu jika setelah menderita hidup di dunia lalu mati menjadi sundel bolong sebab bunuh diri saat tengah mengandung.

Ngénes tenan!

Hari berganti hari namun kesedihannya tetap tidak berkurang. Matanya kian bengkang karena terus-menerus menangis. Memang tangis tak menyelesaikan masalah tapi paling tidak, itu dapat mengurangi rasa sesak di hatinya.

Tangan Pembayun berpindah untuk mengelus perut besarnya. Terpejam saat terasa tendangan pelan dari dalam. Sekitar dua bulan lagi anaknya akan lahir... lahir sebagai anak yatim tapinya.

Yatim sebenarnya bukan aib, toh Rasulullah juga terlahir yatim. Yang menyedihkan adalah fakta bahwa keyatiman disebabkan sang ayah dari anaknya itu dibunuh oleh kakeknya sendiri. Iya, itu fakta yang tidak dapat terelakkan.

Miris bukan?

Segala kerunyaman hidup Pembayun bermula sekitar dua setengah tahun lalu. Manusia punya rencana namun Sang Pencipta ternyata punya rencana lain. Pilihan yang Pembayun ambil dulu ternyata kini harus dibayar mahal.

Sebagai seorang perempuan, Pembayun memang tidak terlibat... ralat, sengaja tidak dilibatkan dalam pemerintahan Mataram. Layaknya bunga, putri di suatu kerajaan hanya sebagai penghias. Tugasnya hanya perlu merias diri hingga waktu pinangan tiba.

Akan tetapi, bukan Pembayun namanya jika mau tunduk dan mengikuti aturan kolot tersebut. Maka saat mendengar Ayahandanya membutuhkan perempuan untuk misi penaklukan wilayah Mangir, dirinya tak pikir dua kali untuk mengajukan diri. Sebelumnya, calon yang digadang-gadang untuk melakukan misi ini adalah Nyi Datu, dukun yang ada di keraton Mataram.

Awalnya, misi ini hanya butuh perempuan. Perempuan biasa malahan. Namun, Panembahan Senopati takut perempuan itu malah berbalik mengkhianatinya. Oleh karena itu, Nyi Datu dipilih sebab kesetiaannya pada Mataram tidak perlu dipertanyakan. Belum lagi, sebagai dukun maka dirinya bisa melakukan ajian pengasihan alias ilmu pelet untuk memikat laki-laki.

Target dari misi ini memang sudah menjadi musuh lama Mataram. Beliau bukan seseorang yang ingin merebut Kesultanan Mataram tapi justru dia tidak ingin masuk ke dalam wilayah kekuasaan Mataram. Orang yang dimaksud adalah Bagus Wanabaya atau lebih dikenal dengan nama Ki Ageng Mangir Wanabaya. Beliau juga masih keturunan Prabu Brawijaya V dari Kerajaan Mahapahit.

Seorang penguasa di daerah Mangir yang waktu itu berada di wilayah Kesultanan Mataram. Namun Ki Ageng Mangir Wanabaya tidak mau tunduk pada Mataram karena baginya, wilayah Mangir merupakan tanah perdikan dari Majapahit. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perselisihan antara Ki Ageng Mangir Wanabaya dengan Panembahan Senopati.

Di satu sisi, Panembahan Senopati sebagai sultan telah beberapa kali mengirim utusan ke Mangir untuk membujuk Ki Ageng Mangir Wanabaya agar mau menghadap ke Mataram. Namun, Ki Ageng Mangir Wanabaya tetap pada pendiriannya, yaitu tidak mau menghadap ataupun tunduk pada Mataram. Bahkan karena sikapnya yang keras, ia berani menantang untuk berperang.

Panembahan Senopati yang marah karena disepelekan sempat akan bersiap melakukan penyerangan besar-besaran ke tanah Mangir. Namun dihalangi oleh Ki Juru Martani. Maha Patih Mataram itu tidak setuju kalau Ki Ageng Mangir Wanabaya dihadapi dengan cara peperangan karena akan menyebabkan banyak korban.

Apalagi Ki Ageng Mangir Wanabaya tidak hanya gagah berani namun juga sakti mandragun. Laki-laki itu juga memiliki senjata pusaka berupa tombak bernama tombak Baru Klinting. Atas saran dari Maha Patih yaitu Ki Juru Martani, akhirnya diputuskan kalau Ki Ageng Mangir Wanabaya dihadapi dengan tipu daya secara halus.

Bukan Calon Arang (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang