Sorry Kawan, aku sengaja publish ulang soalnya pas aku baca kok ada bagian cerita yang hilang.
(Efek publish sambil sibuk ngerumpi jadi fokus-Ku terbelah 🤭)Silahkan dibaca ulang chapter ini, udah LENGKAP!
-----------------------------------------------
Pangeran Mas Jolang berbalik badan saat dirinya sudah berada di teras samping rumah. Tadinya ingin bicara di ruang dalam tapi takut didengar orang maka memilih ruang terbuka. Selain itu, sungguh dirinya butuh udara segar sebab kemungkinan pembicaraan akan alot.
"Kita bicara di sini saja!" ucap Pangeran Mas Jolang tegas.
"Sebenarnya apa yang Pangeran rencanakan, haah?" cecar Sedayu. Emosinya masih tinggi. Sebenarnya, dibanding bicara, Sedayu lebih ingin mencekik Pangeran Mas Jolang sekarang juga.
Pangeran Mas Jolang dan segala kelakuan tak terduganya... Aaarrgghh.
"Penikahan kita tentu saja," jawab Pangeran Mas Jolang lugas. Menunggumu minta dilamar duluan itu sepertinya tidak akan pernah kejadian walau kita sudah berambut putih, memakai tongkat sebab bongkok, serta gigi ompong semua! Lanjutnya misuh-misuh di dalam hati.
Sedayu tercenung. Memang Pangeran Mas Jolang di Gedong Trapus pernah mengutarakan hal serupa. Pernikahan. Ah, kata itu terlalu tak masuk akal dengan kondisi mereka yang seperti ini. Sedayu tidak benar-benar memikirkan ajakan itu dan hanya menganggapnya bualan semata. Tapi ternyata laki-laki ini serius.
"Kita?" Sedayu mendengkus sebelum berkata, "Tidak pernah ada 'kita'. Semua hanya khayalan Pangeran saja!"
Silahkan sebut Sedayu munafik, pendusta, atau apapun. Terserahlah. Akan tetapi sungguh dirinya ciut nyali jika benar-benar memutuskan bersama dalam ikatan pernikahan dengan laki-laki di hadapannya ini. Takut. Teramat takut makan hati tepatnya.
Berbagi cinta dengan perempuan lain itu sudah pasti sebab jelas-jelas Pangeran Mas Jolang punya dua istri lain di masa depan. Sedayu juga tidak akan diakui sebagai istri di hadapan khalayak umum. Status Sedayu tak beda jauh dari perempuan simpanan alias gundik yang biasanya dipiara oleh para bangsawan.
Apa Sedayu sanggup? Entahlah. Tapi hanya membayangkannya saja, badannya sudah bergidik duluan.
Ngenes tenan!
Memang cinta itu tak selamanya menjanjikan hal-hal indah. Siap bahagia artinya kau juga harus siap bersedih karena realita hidup tidak akan selalu berisi kesenangan tapi justru masalah. Masalah satu muncul disusul masalah yang lain lagi. Terus menerus begitu hingga ajal menjemput.
Jika... Jika saja Sedayu tidak mengetahui kepingan-kepingan kilasan masa depan mungkin dirinya tak setakut dan segamang ini dalam menentukan pilihan. Kata orang jalani hidup bagai air sungai. Ikuti alirannya ke manapun takdir bermuara. Tapi apa semudah itu? Bukannya kita harus berpikir dulu, baru bertindak. Bukan sebaliknya.
Mata Pangeran Mas Jolang memincing memandang lekat Sedayu. Perlahan dirinya melangkah memangkas jarak. Untungnya, perempuan cantik yang dicintainya ini bukan tipe perempuan lemah sehingga alih-alih ikut mundur teratur, Sedayu tetap berdiri di tempat dengan dagu terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Calon Arang (Tamat)
Historical FictionBukan cerita tentang Ratu dan Raja. Bukan juga cerita tentang Putri dengan Pangerannya. Bukan pula cerita tentang persaingan Ratu dan Selir untuk mendapat hati sang Raja. Ini cerita tentang seorang dukun perempuan yang tersembunyi di dalam bangunan...