"Jojo, Nyai... Hiks... Hiks... Jojo sepertinya sakit." Tangan kecil Kasmirah yang bebas menyeka lelehan air matanya. "Apa... Hiks... karena Nyi Datu sakit lalu... Hiks... Jojo ikut sakit, Nyai?"
Braaaak.
"NYI DATU SAKIT?!" teriak Pangeran Mas Jolang setelah membuka sebelah pintu gebyok--Nyi Pradni tadi memang hanya membuka sebelah sisi pintu--agar bisa melihat lebih jelas. Termasuk melihat anak kecil yang menangisi Jojo. Si anak juga terlihat kaget saat melihat Pangeran Mas Jolang.
Mungkin tadi dia sibuk menangis jadi tak sepenuhnya sadar. Sebaliknya, Pangeran Mas Jolang panik mendengar kabar bahwa Sedayu sedang sakit. Walau sebagian dirinya jadi salah fokus dan agak terperangah sebab ternyata si Jojo-Jojo yang ditangisi anak perempuan itu ternyata bukan manusia tapi ayam... Hadeeeh.
Nyai Pradni memejamkan mata sesaat. Setelahnya, memberi isyarat pada Sarti untuk membawa Kasmirah pergi. Kasmirah yang sepertinya mulai sadar telah berbuat salah jadi tidak lagi bersuara bahkan menggigit bibir guna menahan isak. Anak kecil itu juga tak melawan saat digiring masuk ke area dalam oleh Sarti.
"Nyai Pradni, benarkah Nyi Datu sedang sakit?" tuntut Pangeran Mas Jolang.
"Iya, jadi sebaiknya Pangeran kembali besok jika memang benar-benar ada keperluan dengan Nyi Datu!" balas Nyai Pradni sambil menekan kata 'benar-benar' sebagai sindiran.
"Aku mau melihat dia dulu!" tolak Pangeran Mas Jolang keras kepala.
"Pangeran bukan tabib jadi melihatpun percuma," balas Nyai Pradni telak.
"Aku akan panggilkan tabib agar bisa memeriksa Nyi Datu."
"Tidak ada tabib yang boleh masuk ke keraton selatan."
"Benar. Maka dari itu izinkan aku melihat keadaan Nyi Datu. Setelahnya aku bisa minta ramuan dari tabib sebagai obatnya."
Nyai Pradni tersenyum. Rupanya Pangeran Mas Jolang cukup cerdas untuk mencari jalan agar tujuannya tercapai. "Sayangnya, Nyi Datu tidak butuh ramuan obat, Pangeran," balas Nyai Pradni telak.
"_____" Rahang Pangeran Mas Jolang mengetat walau tak bersuara.
Pangeran Mas Jolang sadar bahwa Nyai Pradni berusaha membuatnya pergi. Namun, dirinya tidak mungkin pergi saat kekhawatiran terhadap Sedayu masih membayangi. Sakit macam apa hingga tidak butuh ramuan obat? Apa jangan-jangan___
"Sebaiknya Pangeran segera pergi. Maaf, kebetulan hamba juga sedang tak enak badan." Nyai Pradni mengalihkan pandangan ke arah Tantri--abdi dalem--yang berada di belakang. "Antarkan Pangeran keluar!" memberi perintah. Setelahnya, Nyai Pradni berbalik badan. Dirinya ingin berbaring di ranjang sebab kepalanya makin pusing. Percayalah, jadi jompo itu amat tidak enak.
"Aku akan menunggu di sini," ucap Pangeran Mas Jolang yang membuat Nyai Pradni menghentikan langkah. "Aku dengar, Ayahanda kerap berada di ruang pertapaan. Anggap saja kali ini aku juga melakukannya."
"____" Nyai Pradni diam walau tentu tak lupa mengumpat di dalam hati.
Mata Pangeran Mas Jolang memandang punggung renta Nyai Pradni. "Aku janji tidak akan membuat keributan. Aku cuma ingin memastikan dia baik-baik saja sekaligus berjaga siapa tahu Nyai Pradni berubah pikiran dan butuh ramuan obat." Berbalik badan untuk bersiap duduk di kursi yang memang tersedia di ruang depan keraton selatan.
Nyai Pradni baru tahu jika bukan hanya darah serta paras yang bisa diwariskan dari orang tua pada anak, ternyata sifat juga. Sialnya, bukan sifat disiplin melainkan sifat keras kepala. Seperti Panembahan Senopati, sang putra juga sama keras kepalanya jika menyangkut urusan perempuan.
Tak pikun hingga Nyai Pradni masih ingat jelas betapa keras kepalanya Panembahan Senopati yang ingin menikahi si Adisara-Adisara itu. Si perempuan berderajat rendah yang adalah abdi dalem keraton. Tidak ada satupun larangan ataupun nasihat yang mau didengarnya kala itu. Bahkan kemarahan Ki Juru Martani dianggap angin lalu dan tak mampu mengurungkan niat Panembahan Senopati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Calon Arang (Tamat)
Ficción históricaBukan cerita tentang Ratu dan Raja. Bukan juga cerita tentang Putri dengan Pangerannya. Bukan pula cerita tentang persaingan Ratu dan Selir untuk mendapat hati sang Raja. Ini cerita tentang seorang dukun perempuan yang tersembunyi di dalam bangunan...