Love Is You | 5

149 11 4
                                    

Karena perkataan Lukas yang terus terngiang di dalam kepala Alaric, entah bagaimana membuat pria itu merasa tidak nyaman, karena bahkan dia sendiri mulai meragukan keputusannya.

Memang benar apa yang dikatakan Lukas, sampai kapan dia akan bersembunyi? Sampai lukanya sembuh?

Memangnya lukanya akan sembuh?

Jawabannya tentu tidak. Luka ini tidak akan pernah sembuh dan mungkin akan semakin memburuk saat dia memutuskan untuk kembali.

Dan tentu saja tidak ada yang mampu menyembuhkan lukanya.

Menghela nafasnya dengan lelah, Alaric menatap ke arah luar jendela pesawat pribadinya, "Ada masalah boss?" Pertanyaan itu tidak mampu membuat Alaric mengalihkan tatapannya dari gumpalan awan putih.

"Apakah kau butuh sesuatu?" Kini pertanyaan lain terlontar dari orang yang sama. Namun dia tetap diam dan kebisuannya itu telah mampu membuat seseorang di hadapannya bergerak gelisah.

Menyadari bahwa diamnya berhasil membuat seseorang di hadapannya menjadi tidak tenang, Alaric melirik padanya. "Berhenti khawatir. Aku sedang tidak ingin apapun." Balasnya, namun dia tetap memusatkan pandangannya pada gumpalan awan putih yang terlihat mulai membosankan.

Dia pikir dengan menatap awan putih itu, setidaknya pikirannya akan teralihkan, nyatanya tidak.

Bodoh.

"Beri aku pekerjaan." Ucap Alaric yang kini menoleh pada Ken yang menatapnya dengan alis terangkat tinggi.

"Seriously?" Tanya Ken dengan tatapan tidak percaya, padahal dia sudah bekerja dengan pria itu selama bertahun-tahun, tapi dia masih tidak percaya bahwa pria gila ini akan tetap bekerja bahkan saat mereka berada di atas awan.

"I'm serious." Jawan Alaric dengan tenang dan tanpa ekspresi. Namun itu tidak mampu untuk membuat asistennya segera menuruti kalimatnya.

"C'mon man, kita sedang berada di atas awan, tidak bisakah kau istirahat saja?" Bujuk Ken sekali lagi dengan harapan bahwa atasannya itu akan terbujuk.

Tapi lagi-lagi siapa dia? Dia hanya seorang asisten dan tangan kanan pria workaholic yang nampaknya bekerja merupakan oksigennya. "Ken." Panggilan penuh penekanan serta tatapan yang tajam dan dingin itu berhasil membuat Ken mengakui kekalahannya.

Bahwa tidak ada seorangpun yang mampu membuat pria gila kerja itu berhenti sejenak dari pekerjaannya.

"Okay fine." Memangnya apa yang Ken harapkan dari seorang workaholic? Sejak awal pemikiran untuk membuat pria itu berhenti sejenak dari pekerjaan, merupakan pikiran yang konyol.

Akhirnya Ken memberikan setumpuk dokumen yang entah disimpan dimana, tapi bekerja dengan Alaric membuat Ken mempelajari bahwa ada dua hal yang harus selalu dia bawa kemanapun mereka berada.

Pertama adalah pekerjaan dan kedua adalah pekerjaan.

Semua hanya pekerjaan, karena untuk keamanan, mereka telah memiliki beberapa pengawal yang menjaga.

Dengan cepat Alaric akhirnya tenggelam pada pekerjaannya, sesekali tangannya dengan lihai membolak-balikan dokumen dan terkadang sibuk di atas laptop, manik matanya bergulir membaca setiap kalimat yang tertulis.

Sedangkan Ken? Tentu saja dia tidak menganggur, hanya saja dia tidak sesibuk Alaric.

Inilah yang dibutuhkan Alaric untuk mengalihkan pikirannya yang kacau, dia hanya butuh setumpuk dokumen dan pekerjaan. Dan dia akan lupa apa yang dia pikirkan tadi, selama bertahun-tahun Alaric melakukan hal ini, dia hanya tahu bekerja, bekerja dan bekerja.

Love Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang