Love Is You | 7

144 17 2
                                    

Happy reading and please give me your Vomment 🤍

🦋🦋🦋

Liliana tahu, bahwa pria yang seharusnya dia panggil dengan sebutan 'Ayah' tidak pernah sekalipun mencintainya. Pria itu tidak pernah sekalipun menyayanginya layaknya dia menyayangi kedua putranya yang lain. Karena kehadirannya adalah sebuah aib yang harus dia kubur dalam-dalam.

Namanya telah menjadi satu di dalam kartu keluarga Anderson, mengubur fakta bahwa dia bukanlah putri dari Jack Anderson bersama Ana White, melainkan putri Jack dan Patricia.

Lalu jika kalian bertanya mengapa Lili selama ini hanya diam? Kenapa dia tidak melaporkan semua perbuatan Anderson kepada publik?

Jawabannya adalah sudah. Liliana sudah melakukannya, tapi yang terjadi selanjutnya adalah Ana lah yang menjadi korban atas keegoisan Lili. Saat tahun pertama Lili memasuki Anderson dan menerima segala kekerasaan mereka, dia melaporkannya pada pihak berwajib.

Tapi siapa dia? Seorang wanita muda tanpa kekuatan ingin melawan keluarga sebesar Anderson? Konyol.

Bagi para polisi itu, dia hanya sedang memasuki masa pubertas dan sedang memberontak, karena nyatanya mereka sama sekali tidak mempedulikan laporan Liliana.

Setelah mengetahui perbuatan Lili yang melaporkan mereka pada pihak berwajib, para Anderson membuat Ana menderita. Lili masih ingat dengan jelas bagaimana dia menatap tubuh Ibunya yang kejang-kejang, sedangkan dia hanya bisa berdiri di luar ruangan perawatan dan terus melihat para Dokter sibuk menyelamatkan Ibunya. "Lihatlah, itu semua karenamu."

Lili merasakan pundaknya di genggam oleh telapak tangan besar, dia bisa merasakan hembusan nafas Jack yang berdiri di belakangnya dan mensejajarkan kepalanya dengan telinga Liliana. "Jika suatu hari kau berani mengambil langkahmu sendiri, maka bersiaplah untuk menerima kabar kematian Ibumu."

Liliana menangis tanpa suara, air matanya turun dengan deras dan tangannya yang saling menggenggam bergetar, tapi Jack tidak peduli dan genggamannya pada pundak kecil Lili mengerat. "Jangan lagi menguji kesabaranku Liliana Anderson."

Setelah mengatakan kalimat itu, Jack berdiri dengan tegak dan melepaskan genggamannya pada pundak Lili, berdiri di belakang putrinya dia bahkan tidak peduli jika gadis muda berumur enam belas tahun itu terguncang akan kalimatnya yang penuh ancaman.

Sejak saat itu, Liliana memilih bungkam.

Setidaknya demi Ana dia akan bertahan, demi Ibunya dia akan memilih menerima penderitaan ini. Setidaknya sampai Ibunya kembali membuka matanya.

Setidaknya.

Tapi beberapa hari ini para Anderson terkesan mengabaikannya. Mereka tidak memanggilnya untuk melakukan beberapa pekerjaan rumah, mereka juga tidak memanggilnya untuk melampiaskan amarah mereka padanya.

Tampaknya Lili harus berterima kasih pada seseorang bernama Alaric Martinez. Karena sejak nama pria itu disebutkan, Patricia dan Steve tidak memukulinya. Lili kini dapat dengan tenang melakukan hal yang dia sukai, selama dia tidak melangkah keluar dari mansion.

Tatapannya terfokus pada ponselnya yang tengah memutar penampilan seorang pianis profesional, dengan earphone yang terpasang, membuat orang luar tidak tahu apa yang tengah dia tonton, saat dia duduk di pojok ruangan yang ada di dalam dapur.

Terlalu asik dengan ponselnya membuat Lili tidak menyadari seseorang mendekat dan menyodorkan segelas susu padanya.

Melihat itu Lili mengernyit bingung dan mematikan ponselnya seraya melepaskan earphonenya. "Apa ini?" Tanya Lili pada wanita yang beberapa waktu lalu memanggilnya saat Steve akan memukulinya--Amel.

"Kau buta? Ini susu." Ketus Amel dengan paksa menarik tangan Liliana untuk menerima gelas berisi susu itu.

"Habiskan dan segera temui Tuan besar. Dia memanggilmu di ruang kerjanya." Setelah mengatakan kalimatnya, Amel berlalu dari hadapan Lili yang masih bingung.

Lili menatap cairan putih di dalam gelas itu selama beberapa detik, sebelum dia meminumnya dan menghabiskan susu itu tanpa curiga. Setelahnya Lili keluar dari area dapur dan pergi untuk menemui Jack.

"Kau peduli padanya bukan?" Pertanyaan itu mengejutkan Amel yang diam-diam melirik kepergian Lili.

Amel diam, dia tidak menjawab pertanyaan Maria--pelayan yang membantu Lili saat dia dipukuli Patricia. "Hidupnya memang malang. Tapi kita hanyalah seorang pelayan rendahan yang tidak memiliki kekuatan untuk menariknya keluar dari lubang hitam itu."

Amel mendengarkan setiap kata yang diucapkan Maria, tapi dia terus diam dan bersikap menggabaikannya. Hampir tiga tahun ia telah bekerja di mansion Anderson dan Amel hampir menyaksikan semua ketidak adilan yang dirasakan oleh Liliana. Tapi seperti kata Maria, dia hanyalah pelayan tanpa kekuatan.

Setidaknya seperti itu.

🦋

"Untuk sementara waktu kembalilah ke kamarmu di manison utama. Besok kau akan menghadiri sebuah pesta, bersikaplah yang baik dan menurutlah. Aku akan memberi perawatan yang lebih baik pada Ibumu tergantung bagaimana sikapmu." Itu adalah kalimat yang diucapkan Jack saat Liliana berdiri di hadapannya dan terpisah oleh sebuah meja kerja.

Liliana terus diam, dia menunduk menatap jemari kakinya dan tidak membalas Jack. Melihat itu, Jack mengernyitkan dahinya sesaat sebelum ekspresi tenangnya kembali. "Mengerti?"

"Mengerti Tuan." Jawab Lili dengan pelan.

Dengan cepat Jack berujar, "Ayah."

"Saat pesta, panggil aku dan Patricia layaknya orang luar menganggapmu putriku. Kau lupa?" Lanjut pria itu dan bertanya di akhir kalimatnya. Lili yakin bahwa pada kalimat terakhirnya, pria paruh baya itu pasti menunjukkan ekspresi tidak sukanya, seolah mneyadari bahwa wanita di hadapannya bodoh hingga melupakan aturan yang diberikannya.

Padahal Lili tidak pernah lupa. Dia selalu ingat bahwa saat berada di hadapan orang lain dia harus memanggil mereka dengan sebutan yang begitu akrab, layaknya keluarga normal lainnya.

Ayah, Ibu dan Kakak.

Bahkan Lili hampir menertawakan dirinya sendiri setiap kali dia memanggil orang-orang gila itu layaknya mereka adalah keluarga yang harmonis.

"Tidak." Jawab Lili dan masih menunduk, seolah jemari kakinya lebih menarik daripada wajah pria paruh baya yang masih terlihat gagah itu.

"Keluar." Perintah Jack dengan dingin dan Lili segera melakukannya. Dia tidak ingin berlama-lama berada dalam satu ruangan dengan Jack Anderson.

Liliana melangkahkan kaki rampingnya di lorong mansion, sampai dia berhenti di depan ruangan yang berada di paling ujung. Liliana mendorong pintu itu dan masuk ke dalam kamar yang terlihat besar dengan ranjang besar berada di tengah ruangan. Ruangan itu diisi dan dihias layaknya kamar seorang putri dari keluarga terpandang, ini adalah kamarnya.

Kamar yang digunakan hanya untuk diperlihatkan pada orang luar, bahwa Anderson memperlakukan putrinya dengan baik.

Liliana tersenyum miring dan mengasihani dirinya.

"Malangnya kau Liliana White." Ujarnya pelan saat dia mendengar pintu kamarnya kembali dibuka, Lili berbalik dan menemukan Patricia yang menatapnya dengan penuh hinaan dan berdiri di sana dengan angkuh.

Dia selalu seperti itu. Memandang semua orang dengan rendah seolah hanya dirinya yang patut untuk di puja.

"Di lemari baju itu ada dress berwarna merah kenakan itu untuk besok." Wanita itu melangkah mendekat ke arah Lili.

Dia mencengkram rahang Lili dan membuatnya menatapnya. "Ingatlah ini jalang. Kehadiranmu hanya untuk membuat rencana suamiku berhasil."



TBC | 1 Desember 2023

Udah bulan baru aja nih. Jangan lupa tinggalkan jejak ya ❣

Love | Bell's 🤍🖤

Love Is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang