Tak lama dari itu makanan yang Dina pesan sudah datang, Dina langsung melahap makanannya. Teman-temannya menggeleng-geleng-geleng kepala melihat cara makan Dina seperti orang yang sangat kelaparan.
"Lo lapar atau doyan?" tanya Intana.
"Gue laper banget," jawab Dina.
"Pelan-pelan Din."
"Dina!" panggil seseorang yang membuat makan Dina berhenti.
"Rifqi!"
Rifqi yang tak lain pacar Dina menghampiri Dina yang tengah makan.
"Kamu lagi makan ya?"
"Iyah."
Temen-temennya Dina pindah ke tempat duduk lain, mereka mengerti pasti Rifqi dan Dina akan mengobrol.
"Makasih ya kalian udah paham," ucap Rifqi.
"Iyah Qi!" balas mereka serentak.
"Din kalau makan pelan-pelan dong." Rifqi mengusap makanan yang menempel di bawah bibir Dina menggunakan tisu.
"Makasih ya."
"Iyah sama-sama."
"Kamu mau makan nggak?" tanya Dina.
"Enggak udah kenyang."
Saat Dina tengah makan, ia melihat guru baru itu ke kantin dan memesan makanan.
'Orang itu lagi dan lagi,' batin Dina.
"Kamu liatin apa sih Din?" tanya Rifqi menoleh ke belakang.
"Nggak papa." Dina mengarahkan kepala Riqki ke arahnya.
"Selamat pagi Mang!" sapa guru baru itu.
"Pagi Pak!"
"Mau makan apa?" tanya Mamang Kantin.
"Saya mau kopi susu aja ya Mang, nanti anterin ke meja nomer 08!" tita Pak Rizal.
"Siap!"
Pak Rizal beranjak duduk ke meja nomer 08, jarak meja Pak Rizal dan Dina tidak jauh. Dina duduk di meja nomer 10 dan Pak Rizal 08. Pak Rizal tidak menghiraukan siapapun, sembari menunggu pesanannya ia asyik bermain Hp.
"Selamat pagi!" sapa seorang siswi mendekat ke arah meja Pak Rizal.
"Pagi!" Pak Rizal meletaka Hp nya ke meja.
"Apa aku sama temen-temen boleh gabut?" tanya siswi itu yang tak lain Geng anak Mipa.
"Iyh."
Mereka duduk di sampingnya Pak Rizal.
"Pak, lagi pesen apa sih?" tanya Keyla ketua Geng.
"Saya lagi pesen kopi, kalau kalian mau pesen apa?" tanya Pak Rizal balik.
"Kalau aku mau pesen mie ayam," jawab Clarissa.
"Aku pesen kebab," sambung Vania.
"Kalau kamu?" tanya Pak Rizal ke Keyla yang sembari tadi menatapnya.
"Aku nggak usah pesen apapun, liatin Bapak aja udah kenyang," jawabnya.
Pak Rizal hanya tersenyum.
Tak berselang lama pesanan merekapun sampai.
Dina dan kawan-kawannya setelah makan merek kembali ke kelas, Pak Rizal sempat melihat Dina dan kawan-kawannya tengah membayar makanan mereka.
'Sejak kapan dia disini?' tanya Pak Rizal dalam hati.
***
Kini Dina dan Riqki ada di rooftop sekolah tempat biasa mereka berdua. Riqki tengah memotrer pemandangan Langit yang indah dengan kamera barunya.
"Itu kamera baru ya?" tanya Dina.
"Iyah, kamera ini dari abang ku sebagai hadiah ulta," jawab Riqki.
"Oh gitu, pasti Abang kamu sayang banget ya sama kamu."
"Iyah lah kan cuma aku sama mamah aja sekarang dan abang ku."
"Kamu duduk dan senyum yang manis ya aku fotoin kamu," ujar Rifqi memfoto Dina.
"Gimana hasilnya?" tanya Dina melihat hasilnya.
"Cantik, kayak orangnya," jawab Rifqi.
"Gombal terus." Dina mencubit tangan Rifqi.
"Ting ....... ting ....!!"
Bel masuk sudah berbunyi, Dina dan Rifqi beranjak turun dan kembali ke kelas mereka masing-masing.
Sesampainya di kelas, Dina melihat Alea tengah melamun di tempat duduk mereka. Dina mendekatinya dan mulai bertanya.
"Lo kenapa, Lea?" tanya Dina.
"Nggak papa."
"Yang bener?"
"Din, kayanya dia nggak suka deh sama gue," ucap Alea mulai bercerita.
"Siapa?" tanya Dina.
"Siapa lagi kalau bukan dia."
"Maksud lo Tristan?" tanya Dina pelan.
"Iyah."
"Yang sabar ya, gue yakin kok pasti Tristan juga suka sama lo entah itu kapan tapi gue percaya," ucap Dina menyemangati Alea.
"Oh ya, sekarang pelajaran apa?" tanya Dina.
"Pelajaran Sejarah," jawab Alea.
"Elmira, kita ke kanti yuk!" ajak Alea.
"Loh, kan ini udah jam masuk," sambung Dina.
"Din, lo tau kan gue tuh lagi sedih gue butuh es crim," jawab Alea.
Elmira mengiakan permintaan Alea, lalu mereka pergi ke kantin.
Warning!!!
Ada seorang pepatah mengatakan 'Tak kenal maka tak sayang' maka agar kita saling kenal dan sayang, setelah membaca jangan lupa vote and komen ya, agar Author lebih semangat lagi buat update!! 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher Is My Soul Mate
RomanceDina kesal dengan guru barunya di sekolah yang mengajar bahasa Indonesia. Sebab karenanya Dina hampir tertabrak olahnya, bukannya minta maaf dia malah pergi. Setiap hari Dina harus bertemu dengan guru baru itu yang bernama Rizal yang selalu membuatn...