Setelah makan siang bersama, Rifqi menghantarkan Dina sampai ke halte lalu ia pulang kerumah. Di rumah sudah ada Rizal dan Mamah sedang bersantai di ruang tv.
"Selamat ya sayang!" Mamah memeluk Rifqi.
"Makasih, Mah."
"Gue bangga sama lo," ucap Rizal memberi pelukan untuk Rifqi.
"Makasih Bang."
"Nih ada hadiah buat lo," ujar Rizal memberikan paper beg itu.
Lalu Rifqi membukanya, isinya ialah sepatu futsa yang Rifqi inginkan selama ini.
"Wah, makasih Bang." Rifqi kegirangan.
"Semoga anak-anak Mamah pada akur terus ya." Mamah memeluk keduanya.
Esok harinya ...
Hari ahad jalan-jalan kemana ya? Di hari libur ini pastinya anak-anak sekolah berjalan-jalan dengan sahabat, pacar ataupun keluarga. Namun tidak dengan Dina, ia malah belajar lagi dengan Rizal. Kali ini mereka ini belajar di taman dekat rumah Dina.
Pak Rizal melihat Dina seperti tidak serius belajar, wajah Dina selalu di tekut cemberut.
"Ada apa, Din? Kenapa muka kamu cemberut gitu?" tanya Pak Rizal.
"Ya gimana nggak cemberut ya Pak, seharusnya saya itu jalan-jalan hari libur ginikah harusnya jalan-jalan, ini malah belajar," ungkap Dina.
"Oh jadi kamu mau jalan-jalan. Baik kalau giti."
Muka Dina yang tadinya cemburut menjadi sumringa seperti mendapatkan kesempatakan untuk tidak belajar.
"Bapak bolehin saya nggak belajar?"
"Enak aja, rugi dong saya. Maksudnya kamu harus ngerjain tugas dulu baru kamu boleh lakukan sesuatu yang kamu suka," jelas Rizal.
Wajah Dina yang tadinya berserih-serih berubahlagi menjadi cemberut.
"Mau nggak?" tanya Pak Rizal.
"Mau deh."
"Kamu kerjakan halaman 125-127, setelah selesai kamu stor ke saya baru deh kamu boleh jalan-jalan sesuka hati," jelas Pak Rizal.
Dina pun mengerjakan tugas yang di perintah oleh Pak Rizal, kali ini Dina harus benar-benar fokus.
Setelah selesai mengerjakan tugas selama 20 menit, Pak Rizal mengireksi tugasnya, setelah itu membolehkan Dina untuk berjalan-jalan.
Pak Rizal mengajak Dina di kota tua Jakarta, awalnya Dina sangat senang namun ternyata Pak Rizal mengajak Dina kesana ada tujuan yang lain, Pak Rizal mengajak Dina ke kota tua jakarta bukan hanga untuk berjalan-jalan saja, namun ingin mengamati musium yang ada disana, sama halnya Pak Rizal menyontohkan kepada Dina tentang teks observasi mengenai pengamatan.
Disana mereka melihat pertunjukan ondel-ondel Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan seni khas Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta rakyat, tapi ondel-ondel juga sering kita lihat di acara pertunjukan di pinggir jalan ataupun di tempat-tempat wisata contohnya di kota tua.
"Dina, kamu tau nggak ini dinamainnya ondel-ondel?" tanya Pak Rizal.
"Mungkin lucu jadi di namainnya ondel-omdel," jawab Dina asal.
"Salah, berawal dari ukuran boneka orang-orangan yang sangat besar. Untuk membawa orang-orangan ini, tentunya perlu dipikul oleh beberapa orang yang mengakibatkan boneka seakan berjalan dengan menggeleng-gelengkan kepala," jelas Pak Rizal.
"Jadi maksudnya ondel-ondel ini raksasa?" tanya Dina.
"Bisa jadi."
Bukan hanya ondel-ondel mereka juga masuk kedalam musium nya. Terdapat di dalamnya seni rupa, wayang dan lain sebaginya.
Pak Rizal menyuruh Dina untuk mengamati benda-benda sejarah lalu Dina memfotonya sebagai dokomentasi.
Setelah melihat benda-bemda di dalam, mereka mensewa sepeda untuk berjalan-jalan di kota tua jakarta.
Saat mereka berjalan-jalan, Clarissa dan kawan-kawan yang julid itu melihat Pak Rizal dan Dina."Clarissa, lo liat deh, itu Pak Rizal bukan sih?" tanya Eva.
"Iyah bener itu Pak Rizal, kok dia sama Dina sih?" sambung Vania.
"Dina siapa sih?" tanya Clarissa.
"Itulah Dina, anak Ips yang jago dance itu," jelas Eva.
"Oh, ada hubungan apa ya dia sama Pak Rizal."
"Ini nggak bisa di biarin, kit harus beri belajaran sama Dina biar ia tau rasa, berani-beraninya dia deketin Pak Rizal incara gue selama ini," ucap Clarissa.
Setelah asyik mengunjungi kota tua Jakarta mereka mencari makan, mereka berdua makan bakso yang ada di pinggir jalan dekat kota tua Jakarta.
"Bang pesen Baksonya dua ya!"
"Baik Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher Is My Soul Mate
RomanceDina kesal dengan guru barunya di sekolah yang mengajar bahasa Indonesia. Sebab karenanya Dina hampir tertabrak olahnya, bukannya minta maaf dia malah pergi. Setiap hari Dina harus bertemu dengan guru baru itu yang bernama Rizal yang selalu membuatn...