43 INI SEMUA TERPAKSA

49 5 0
                                    

LANJUTAN!!!

"Kamu ngerasa nggak  kalau  sikap Axel ke kamu itu lebih dari temen?"

"Nggak tuh biasa aja."

"Aduh Dina, Axel  itu  cinta sama kamu, sejak  pandangn pertama," ungkap Gina.

Dina agak terkejut  mendengnya, seperti tidak percaya.

"Tapi kan aku udah punya pacar."

"Din, kamu sama pacar kamu kan jauh ldr 4 tahun, jadi tolong banget kalau Axel nembak kamu terima ya?" Gina memohon.

"Kamu gila ya, aku udah pacar dan aku setia sama dia!!" tegas Dina.

"Tapi Din, plis kalau Axel nembak kamu, kamu terima dia. Soalnya dia punya penyakit kangker stadium akhir," jelas Gina.

Seketika Dina terdiam, Dina baru tau kalau Axel mempunyai penyakit yang serium hingga nyawa taruhannya.

"Aku mohon sama kamu, Dina." Gina memohon.

Dina merasa kasihan apalagi ini masalah nyawah seseorang, terpaksa Dina mengiyakan." Oke, aku mau."

Wajah  Gina seketika berseri-seri. "Makasih ya Dina." Gina memeluk Dina.

Keesokan harinya ...

Axel menembak Dina dan terpaksa Dina menerima itu semua, Axel memeluk Dina.

"Makasih ya sayang." Axel membelai kepala Dina, Dina membuang muka.

'Maafin aku mas Rizal,'  batin Dina.

Di Indonesia.

Prasaan Rizal entah mengapa, setiap  ia mengajar pasti selalu memikirkan Dina padahal baru saja kemarin dirinya ke Korea.

"Kenapa saya mikirin Dina terus sih?" tanya Rizal pada dirinya.

                              ***

Setiap hari Axel meratukan Dina layaknya seorang putri, Dina terpaksa menerima ini semua. Apakah Dina akan selalu seperti ini bersikap seolah-olah ia mencintai Axel, memangil dengan sebutan sayang.  Jalan bareng layaknya sepasang kekasih yang saling mencintai.

"Axel tolong dong jangan berlebihan kayak gini sama aku, jujur aku nggak nyaman."

Setiap malam Dina menangis di kamar. Baginya, dirinya itu wanita murahan, wanita penghianat, setiap Rizal telfon Dina pasti mematikannya. Dina tidak bisa berpura-pura bahagia.

"Maafin aku mas, maafin  aku." Dina memeluk kedua lututnya nenundukan  kepalanya.

Rizal  sangat khawatir Dina tidak  mengangkat telfonnya, padahal Rizal sangat merindukannya.

"Kenapa dia nggak angkat telfon saya sih?"

Esok  harinya  ...

Saat Dina keluar dari kamar, ia sudah di kejutkan dengan sebuket bungan mawar. Lalu Dina  mengambilnya dengan wajah kebingungan.

"Hai sayang!" sapa Axel.

"Gimana kamu suka nggak   sama bunganya?" tanya Axel.

"Kamu nggak usah repot-repot Xel."

"Ini nggak seberapa kok, sayang."

Kemudian mereka berangkat  kuliah bersama.

Semakin hari sikap Axel semakin romantis namun hati Dina tetap untuk Rizal seorang, ia hanya kasihan kepada Axel bukan cinta. Namun  dibalik  sikap romantisnya Axel terdapat sikap posesifnya sampai membuat Dina nggak  nyaman.

Saat mereka tengah berjalan-jalan ada seorang lelaki yang terus saja menatap Dina. Axel yang melihatnya langsung menghampiri lelaki itu  lalu memukulnya habis-habisan.

"Noe wae nae yeojachinguleul geuleohge chyeodabwa? geu salam-eun nae yeojachinguya, ihaehae!"
(Ngapain kamu  liatin pacar saya kayak gitu? Dia itu pacar saya, paham!)

Dina mencoba menahan Axel agar tidak memukuli pria itu lagi, namun Axel malah tidak sengajak menonjok pipi Dina.

Axel yang sadar langsung meminta maaf. " Sayang mafin aku, aku nggak sengaja, aku emosi."

"Axel, kamu keterlaluan banget sih, orang itu nggak  ganggu aku kamu malah mukul dia," gumam Dina  menahan rasa  sakit di pipinya.

"Maafin  aku sayang, aku khilaf."







My Teacher Is My Soul MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang