Hello, I'm Star Girl
.
.
.
.
Hari sudah sangat sore, hujan mereda menjadi gerimis. Freya tak berniat melepas jas hujannya, tak cukup tempat untuk meletakkan nya di keranjang sepeda.Gadis itu mengayuh sepeda, ini sudah pesanan terakhir. Hari ini paket komplit sudah lelahnya, pesanan yang ia antarkan mencapai puluhan. Membuat freya mengantar pesanan itu sampai sore.
Bahkan ia tak sempat untuk menjemput Revan, nasib adiknya itu yang mungkin saja akan naik kereta atau berjalan kaki pulang ke rumah.
Linda yang diberikan mobil sama sekali tak berguna, manusia satu itu hanya menjemput amel dan tak membiarkan freya dan Revan menaiki mobil itu.
Gadis itu termenung memikirkan ibu tirinya, bagaimana bisa Linda hidup seenak itu? Kerjanya cuma pergi ke salon, berdandan, tak memasak, dan berkeliling kota menaiki mobil.
Hidupnya seperti cinderella, yang di tarik dari tempat kumuh dan menjadi ratu di rumah Nasution.
Apakah di cintai laki-laki kaya akan membuat freya tak bekerja lagi? Benarkah semudah itu?
Brak!
Sebuah kecelakaan motor terjadi membuyarkan lamunan bocah 13 tahun itu, freya memperhatikan dari kejauhan. Satu kendaraan menabrak kendaraan yang lain. Kedua pengemudi saling menyalahkan, mengabaikan seorang anak di bawah mereka yang butuh pertolongan.
Mereka saling melempar argumen, tentang siapa yang harus di salahkan. Membuat kehebohan.
"Gila, itu anaknya kehimpit motor.."
Mobil dan motor yang berada di belakang berhenti ikut melerai, membantu anak kecil dan istri dari salah satu yang kecelakaan. Kemacetan pun terjadi. Kedua pria berumur 40-an itu masih terus ribut meskipun di tarik beberapa meter oleh beberapa orang.
Freya mengedikkan bahu tak acuh, apa susahnya meminta maaf jika memang salah? Ego mereka terlalu tinggi untuk mempertahankan harga diri di depan orang-orang.
Freya tak perlu berhenti untuk menolong mereka, gadis itu tetap mengayuh sepeda. Mengantarkan pesanan terakhir.
Beberapa saat kemudian freya sampai di depan gerbang besar yang menjulang, gadis itu memencet bel.
Tak sampai dua detik suara pintu seolah di dobrak dari kejauhan, seorang anak perempuan berlari di atas rumput tanpa alas kaki. Mendekati gerbang "siapa pun yang meraih kue itu duluan, maka hanya ia yang mendapatkan pie!"
Freya melongo, mendapati Tiara yang memakai baju rumahan di balik pagar. Hingga Tiara pun ikut menghentikan langkah, berjarak 3 meter di depan pagar menatap freya terkejut.
"Bagaimana kau bisa mengetahui rumahku?!" Seperti biasa, Tiara dengan suara nyaringnya.
Rasanya telinga freya berdengung, gadis itu mengusap telinganya pelan di balik plastik jas hujan "gue antar pesanan, apa benar ini rumah Nugroho nomor 301?"
Tiara mematung, menatap freya dari bawah ke atas. Bahkan pagar yang terbuka secara otomatis telah bergeser pelan, dan sebuah tangan kecil merebut bungkusan dari tangan freya. Dia adik Tiara.
Anak berusia 7 tahun itu bersorak pelan "aku mendaptkan pie-nya!"
Tiara menggigit pipi dalamnya, menatap ragu presensi gadis berjas hujan itu "K-kau mau masuk frey?"
Freya sontak melambaikan tangannya pelan "makasih kak, tapi lain kali, gue capek. Mau pulang,"
Freya tak bohong, setelah sampai ke rumah ia akan menghempaskan tubuhnya ke kasur. Betisnya terasa kebas akibat bersepeda selama berjam-jam. Gadis itu pun pamit, di balas Tiara dengan melambaikan tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Freya
FantasiFreya Ellena mengalami kejadian yang sangat tidak masuk akal. Ketika ia berumur 17 tahun, freya dengan saudara laki-lakinya mengalami kecelakaan yang membuat gadis itu meregang nyawa. Freya pikir itulah akhir dari kisahnya. Namun sebuah keajaiban...