Hello, I'm Star Girl👋
.
.
.
.
Kai tertawa kecil, lagi-lagi freya memperhatikan bibirnya. Bayangan akan kejadian di kolam renang kembali terlintas."Benarkah?" Kai mengusap rambutnya yang ia sudah potong sampai ke tengkuk. Kantong plastik yang berisi baju kaosnya ia masukkan ke dalam loker, membiarkan hoodie freya membungkus tubuhnya.
"Btw, Mai beneran sepupu lo?" Freya menggunakan 'mai' mengikuti panggilan Revan untuk sepupunya.
Kai menjawab malas, membuat freya mengernyit "dia orang nya sembrono, suka menyusahkan orang. Aku yakin sepulang sekolah papa pasti akan memarahiku." Bibir kai mengerucut, lagi-lagi kejadian tadi terlintas di otak freya.
Lo punya masalah apa sih? Gak bisa kompromi banget. Freya berteriak dalam hati, menyalahkan otak karena terus memutar kejadian tadi. Mereka juga bersepupu, jadi wajar saja jika kai melakukan itu. Jika pun teman gadis itu ada di kerumunan, mereka mungkin akan ragu menolongnya.
Ini juga salahnya sih, jika ia mengikuti anak perempuan tadi. Maka pasti Mai tidak tenggelam, freya pikir jika kai tau bahwa ia melihat Mai pergi menuju kolam renang pasti dia akan marah padanya.
"... Dari papa."
"Hah?" Kai tersenyum kecil "daritadi melamun terus frey, kamu gak papa?" Kai maju beberapa senti membuat freya reflek mundur. Sekarang tinggi kai sudah setara dengan gadis itu.
"Gak ada." Cicit freya. Hingga suara toa kembali terdengar, freya dengan cepat menyuruh kai bergegas, bergabung ke barisan di lapangan sana.
Dari kejauhan, freya menatap punggung kecil itu dengan dahi terlipat "sejak kapan ini dimulai?" Gadis itu memegang dadanya "ah... Masa gue suka sama bocil!"
Di umur freya yang ke lima belas tahun, ia sadar betul bahwa perasaan ini tak wajar dikatakan dalam hubungan 'adik-kakak' seperti di kepalanya, sebab rasa asing ini tak pernah ia dapat bersama revan.
Apalagi melihat kai bersama gadis lain, yang terlebih dengan sepupunya sendiri. Freya menelan ludah, mencoba menerima kenyataan bahwa kata sayang untuk kai tidaklah cukup.
Maka seperti bulan untuk bumi, freya rela jika harus dihantam berbagai meteorit dari berbagai arah. Membiarkan lubang kawah memenuhi permukaannya, menjalani rotasi kehidupan seumur hidupnya. Agar bisa dekat dengan bumi.
Gue gak mau ini berakhir, biar gue yang tahan semuanya agar bisa bersama lo.
***
Jam 11.45
3 nama siswa di kumandangkan, mereka diperintahkan untuk masuk ke ruang guru. Merasa terpanggil, Tiga siswa yang berbalut jas berlambang osis itu saling menatap satu sama lain, berseru panik.
"Aku gak tau kalau dia keponakan kepsek!"
"Matilah kita..leslie apa kau punya solusi?"
Si pemilik nama hanya terdiam, tangannya gemetar "kita bisa membela diri, tak ada yang tau bahwa kolam renang itu kembali rusak kan?"
Mereka berdua mengangguk serempak.
Sekali lagi pengumuman kembali terdengar, semua peserta mos bisik-bisik menatap tiga orang anggota osis itu.
Mereka bertiga menghela napas pasrah, segera berdiri dan bergegas ke ruang guru. Melewati tatapan-tatapan aneh yang di lemparkan.
"Kai, bagaimana kondisi mai?" Dengan wajah yang tenggelam pada tudung hoodie, kai menjawab pendek "ga tau."
"Seharusnya kamu jaga Mai di uks kai, tanya dia mau makan apa aja, pasti dia shok karena hampir tenggelam.." Kai menegakkan tubuh nya, menyibak kain di kepala hingga tatapan nya yang malas terlihat. Kenapa dia berceramah sih? Jika memang peduli kenapa pada saat kegiatan meminta tanda tangan osis sebanyak tujuh buah, gadis itu yang memiliki 9 buah tanda tangan malah tak memberikan Mai yang hanya memiliki 5.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Freya
FantasyFreya Ellena mengalami kejadian yang sangat tidak masuk akal. Ketika ia berumur 17 tahun, freya dengan saudara laki-lakinya mengalami kecelakaan yang membuat gadis itu meregang nyawa. Freya pikir itulah akhir dari kisahnya. Namun sebuah keajaiban...