04

127 8 0
                                    


Hello, I'm Star girl 👋
.
.
.
.
.
Di internasional school, tepatnya di ruang aula. Semua murid telah terkumpul dan duduk di kursi, letak kursi duduk siswa yang bertingkat seperti bioskop. Membuat para guru yang di bawah sana mampu melihat keseluruhan siswa yang hadir sampai di pojok atas.

Freya duduk di tengah, bersandar bosan pada kursi.

Semua murid telah di kumpulkan, pengumuman seperti ini sudah biasa terjadi di sekolah freya, dan itu terjadi setiap semester. Tak terasa semester awal akan berakhir.

Dimana selama bulan November ini, seluruh murid harus menambah jam belajar. Mereka belajar mandiri di sekolah, dan materi pun bebas di pilih.

Ini untuk persiapan ujian bulan Desember nanti.

Meskipun ini tahun pertama freya di SMP. Ia sudah mengikuti kegiatan tersebut mulai dari SD kelas 6, mereka melakukan persiapan sebelum ujian tiba.

Bedanya, waktu di SD para murid mendapatkan guru pembimbing setiap sesi belajar tambahan. Dan kali ini siswa harus lebih aktif, untuk bisa belajar mandiri dan memanfaatkan berbagai fasilitas sekolah untuk memudahkan mereka.

Kepala sekolah di depan sana memberikan kata-kata semangat untuk para siswa, memberikan nasehat-nasehat untuk kelas 3 agar lebih giat lagi dan tetap konsisten di dekat menjelang kelulusan.

"Kamu freya kan?" Gadis yang di sebut namanya itu menoleh malas. Ia mengangkat satu alisnya "kenapa?"

Seorang anak lelaki tampan, dia kakak kelas freya. Sudah kelas 2, anak berumur 14 tahun itu tersenyum ramah.

"Nanti, di Olimpiade semester 2. Kamu mau jadi pasangan aku gak?"

Freya terdiam.

"Oh, iya. Namaku  Dika." Cowok itu menggantungkan tangannya di udara, dan di sambut oleh freya.

"Freya." Jawab gadis itu singkat.

Tersenyum kecil "aku tau," Siapa tak mengenal freya? Bocah nakal di sekolah mereka. Meskipun tahu mengapa ia ingin merekrut freya? Faktanya Dika itu pengamat yang baik, dia tahu bahwa freya punya potensi. Gadis itu jenius.

Gadis 13 tahun itu mengangguk kecil, pembuat onar sepertinya memang dikenal di seluruh sekolah "aku tak terbiasa dengan gaya bicaramu. Sangat jarang di sekolah ini." Freya tak menanggapi, bergaul dengan orang-orang jalanan membuat gaya bicara freya berubah drastis.

Dika pikir mungkin saja freya berasal dari wilayah yang kumuh, yang lingkungannya tak menggunakan bahasa baku seperti mereka.

"Kenapa lo mau rekrut gue jadi pasangan  lomba? Lo tau reputasi gue di sekolah ini, masih banyak anak-anak lain yang lebih dari gue." Freya bertanya panjang, keheranan.

Dika menyedikkan bahu dan bersandar pada kursi. Tak terasa penyampaian kepala sekolah telah selesai, para murid berbondon-bondong keluar dari aula "aku memilihmu, itulah yang terjadi."

Freya menatap Dika, dibalas tatapan datar khas cowok itu. Entah kenapa Dika terlihat berwibawa di usia yang masih 14 tahun, dan freya mengakui itu "aku tau kau bersekolah sambil bekerja..." Dika terdiam sejenak memperhatikan reaksi freya.

"Dengan menjadi partner lomba ku, kau tak hanya mendapat hadiah. Namun aku juga akan membayarmu,"

Benarkah?

Freya menatap tertarik pada Dika, kedua bocah itu berjalan keluar aula. Freya itu cerdas, niatnya memang ingin mengikuti lomba-lomba individu di sekolah mereka. Dan hadiahnya akan ia terima sendiri.

Dan pasangan tim lomba mendapat hadiah yang lebih besar. Tapi freya tak ingin berbagi dengan yang lain, dia butuh uangnya bukan penghargaan lomba.

"Aku dari kelas C, ingin mengalahkan kelas A agar kami bisa naik ke kelas unggul itu." Freya terkekeh membuat Dika terdiam "terus kenapa pilih anak yang dari kelas F kayak gue?"

Transmigrasi FreyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang