Hello, I'm StarGirl 👋
A Little long🤏
Happy reading!
.
.
.
.
.
.
Hari merangkai minggu, minggu merangkak perlahan menjadi bulan-bulan yang genap menjadi setahun, berkat ketekunan Revan dalam belajar berbuah hasil. Adiknya menjadi salah satu lulusan terbaik di sekolah.Tak ada yang sudi berteman dengannya, membuat Revan tak punya teman bermain. Tak ada yang bisa ia lakukan kecuali menghabiskan waktu dengan belajar.
Mengikuti Olimpiade-olimpiade mewakili sekolah. Eskul, dan juga organisasi pramuka.
Revan kerap menjadi perwakilan ketika ramah tamah sekolah diadakan di sekolah lain, workshop, dan sebagainya.
Sebulan yang lalu Perlombaan terakhirnya ketika ia menang juara tiga membuat robot di Singapura.
Revan menikmati penghargaan-penghargaan itu ketika freya menatapnya puas, memeluknya erat dan mengucapkan kata-kata sayang. Namun, hanya ketika dirinya menang. Tapi sebaliknya, sorot mata freya berubah. Membuat Revan berkali-kali merutuk diri, mem-push dirinya untuk lebih giat lagi.
Suatu malam, freya menyadari itu. Maka ketika hari perpisahan sudah berdiri di depan mata.
Gadis itu meminta maaf, mulut manisnya memang kerap menguntaikan kata-kata semangat untuk Revan. Namun semua itu tak sinkron dengan ekspresi wajah dan sikapnya.
Revan tau.
Ia ingat, ketika ulangan matematikanya dibawah 90. Freya memang tak marah, bahkan memberikan kata-kata penenang untuknya. Namun ekspresi yang freya tunjukkan, mata yang memancarkan kekecawaan..
Freya hanya ingin menjaga perasaannya, yang malah membuat Revan semakin gagal karena tak memenuhi ekspektasi freya.
Maka kemarin malam, freya menangis. Tiba-tiba masuk ke kamarnya dan meminta maaf. Berjanji akan menjadi seorang kakak yang lebih baik lagi.
"Kak, udah. Aku bisa pasang dasi
sendiri."Freya tersenyum lembut, senyum yang mengingatkan Revan dengan almarhum mama. Oh tidak, sanggupkah ia meninggalkan negara ini? Bersama freya?
"Ini mungkin terakhir kalinya gue pasangin dasi.." Ah! Freya teringat waktu berumur delapan tahun, mengajari Revan basic manner dan hal sepele seperti ini untuk pertama kali. Membuat adik laki-lakinya itu berdiri dengan penuh hormat, dan besok-besok Revan akan menjadi adik yang mandiri.
"Belajar yang baik van, lo bakal dapet temen di singapur, dan mereka pastinya gak kayak orang-orang kita. Lo akan baik-baik aja di sana." Gadis itu mendongak menahan sesuatu, sepertinya dari kemarin freya terlalu banyak mengeluarkan air mata.
Perasaannya sangat sensitif belakangan ini, ketika Revan dinyatakan lulus di salah satu sekolah menengah pertama di Singapura. Kedua adik kakak itu menangis bahagia, keringat freya terbayar, kerja keras revan beserta doa yang ia kumandangkan terjawab sudah. Usaha memang tak mengkhianati hasil.
"udah kak..ya ampun, hidungnya merah banget kayak badut." Revan menahan tawa, mengapit hidung mancung freya.
Setelah drama kecil itu, mereka bersiap-siap turun ke lantai bawah. Di depan pintu sana, Linda, amel, dan ravi tampak sudah rapi dan berdiri di daun pintu.
Kedua adik kakak itu saling pandang, tersenyum satu sama lain dan menghampiri mereka. Hari ini saja, freya berharap agar tidak ada keributan di hari spesialnya.
"Bagus nak, setelah ini berjuanglah ke singapur. Jangan lalai dan melupakan tujuan awalmu." Ravi menepuk bahu kanan Revan, merasa bangga dengan anak keduanya.
Freya menyikut lengan adiknya yang tampak terdiam, anak cowok itu pun tersenyum kecil "iya pah,"
Mereka berlima berjalan ke mobil, menuju gedung sekolah yang tampak ramai dengan siswa yang berbaju formal beserta orang tua mereka. Memberikan buket dan hadiah, juga berfoto.
![](https://img.wattpad.com/cover/355961091-288-k843403.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Freya
FantasíaFreya Ellena mengalami kejadian yang sangat tidak masuk akal. Ketika ia berumur 17 tahun, freya dengan saudara laki-lakinya mengalami kecelakaan yang membuat gadis itu meregang nyawa. Freya pikir itulah akhir dari kisahnya. Namun sebuah keajaiban...