15

40 3 0
                                    


Hello👋
.
.
.
.
Suasana di meja mereka lengang, kai menatap freya terkejut. Ia pikir freya akan berhenti menindas orang seperti dahulu. Tapi tentu saja kai mengenal freya dengan jauh, gadis itu hanya ingin kesetaraan antara kakak kelas dan adek kelas di sekolah.

Maka ketika mereka---anak kelas satu tak dibiarkan menginjak lantai kakak kelas, seharusnya kakak kelas mereka pun melakukan hal yang sama.

Mai mendengus, menatap freya tak percaya "jadi apa bedanya kamu dengan mereka?"

"Cih. Dasar pembully, biar apa kayak gitu? Merasa keren huh?" Gadis itu meletakkan sendok besi dengan kasar di atas mangkuk.

Satu dua siswa mulai memperhatikan, freya menatap sebal "pikiran lo memang sempit." Dengusnya dan berlalu darisana. Kai mencoba memanggil freya, tapi freya terus berjalan menjauh, tak menghiraukan.

"Kai! Jangan mengejarnya..."

"Minggir."

"Astaga...di perempuan jahat! Kamu tau? Gara-gara dia aku jadi tenggelam! Freya yang menyuruh ku ke kolam renang."

Kai menepis kasar " I knew and I don't really care about it." Mai terdiam, menatap kaget, kai mendengus kasar dan berlalu meninggalkan sepupunya itu.

Mai masih bergeming. Jadi kai sudah mengetahuinya? Padahal jelas sekali perempuan jahat itu yang menyuruh nya ke kolam---mencoba mencelakainya. Mai bertanya-tanya dalam hati, apa yang membuat kai menjadi seperti ini? Apakah freya sepenting itu?

"Lebih baik aku mengadukannya ke om zidan."

"Eh! Eh neng! Dibayar dulu baksonya!" Mang ujang berseru, membuat Mai kembali berbalik seraya menatap kesal "mama saya gak kasih uang jajan! Saya bawa bekal."

Mang ujang mengusap wajah dengan handuk kecil yang terlampir di bahu "terus baksonya?"

"Freya yang traktir. Itu urusannya lah,"

Gak sopan banget teriak-teriak begitu

Dia juga panggil freya tanpa embel-embel 'kak'

Waktu masih kelas satu, kita gak separah ini.

Mai menyapu seluruh kantin dengan tatapan tajamnya, membuat mereka yang bergosip segera diam. Mereka tentu tau untuk tidak berurusan dengan keponakan kepala sekolah.

"Kalian lihat saja. Sebentar lagi nama kalian akan di umumkan hingga mengunjungi ruang guru." Mai menunjuk mereka.

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di koridor sekolah. Freya memberhentikan langkahnya ketika kai menghadang di depan "kamu masi marah?"

Freya mengangguk dengan wajah cemberut "sepupu lo resek." Kai mengusap wajah dengan senyum yang di paksakan "maaf ya, tadi gak bisa cegah dia untuk ejek kamu."

Wajah freya yang memandang ke taman langsung mengarah kai, anak cowok itu memasang wajah rasa bersalah "entah kenapa, kalo di dekat lo gue berasa kayak anak kecil."

Mata kai mengerjap "kamu kan memang masih remaja kecil frey,"

"Iya sih."

Kai tertawa, membawa freya menuju taman "kita main ayunan yuk?"

Freya mengangguk, mungkin bersantai menikmati sisa-sisa jam istirahat di taman akan seru. Apalagi jika bersama kai.

Kedua sahabat itu menginjak rumput hijau yang terpotong rapi, taman itu sangat luas. Berukuran seperenam hektar. Setiap tiga puluh meter terdapat kursi putih panjang dan tiga ayunan.

Mereka berjalan mendekat ke arah salah satu kursi taman, menurut freya ini adalah spot terbaik. Karena tak jauh dari kursi terdapat pohon besar dengan dahan panjang yang menjuntai, lalu di samping kursi terdapat sekaligus ayunan.

Transmigrasi FreyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang