Bulan sudah naik menggantikan posisi matahari. Setelah aktivitas padat yang telah di lakukan, malam adalah waktu yang tepat untuk mengistirahatkan tubuh yang lelah.
Mempersiapkan diri untuk hari esok yang mungkin lebih melelahkan daripada sekarang. Tapi hal itu tidak berlaku untuk Agatha.
Setelah makan malam dan mengobrol sebentar dengan mertuanya, Sean langsung menggendongnya ke atas. Bukan untuk istirahat. Tapi melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh suami istri.
Sean benar benar mewujudkan apa yang ia ucapkan dengan Eve tadi. Dia benar benar kewalahan memghadapi suaminya itu. Ia jadi menyesal sekarang.
Niat hati ingin menjahili Eve malah berujung balik kepadanya. Benar benar senjata makan tuan ini. Lain kali ia tidak akan mengulangi hal yang sama. Cukup sekali ini saja.
"Berhenti mas, aku capek. Besok aku masih sekolah." Dengan nafas tersengal senggal, Agatha meminta Sean untuk berhenti.
Dia sudah tidak kuat lagi. Jika besok adalah minggu, ia dengan senang hati akan menuruti kemauan suaminya. Tapi sayang, besok masih selasa.
Bisa gawat nanti kalau anak sekolah bertanya tentang jalannya yang berbeda. "One more girl."
Agatha menggeleng dengan tenaga yang tersisa. Tubuhnya benar benar sudah lelah. Bisa bisa ia pingsan nanti jika kegiatan ini di teruskan.
Sean akhirnya mengalah. Kasihan juga istrinya jika ia masih memaksa lanjut. Istrinya itu pasti benar benar kelelahan.
Setelah beraktivitas seharian, ia masih harus melayaninya. Belum lagi dia harus sekolah besok. Sean turun dari atas tubuh istrinya.
Berganti berbaring di samping sang istri dan membawa Agatha kedalam pelukannya. Membiarkan tubuh mereka tanpa sehelai benangpun.
Selimut pun masih tergeletak di atas lantai. Sepertinya kali ini ia benar benar brutal. Tapi hebatnya sang istri juga bisa mengimbangi aksinya tadi.
"Tidurlah girl." Sean tau Agatha belum juga tidur. Meski matanya terpejam, tapi wanitanya itu masih bangun.
Mendekap semakin erat tubuh polos sang istri untuk memberikan kehangatan padanya. Tak lupa satu tangannya mengusap punggung Agatha agar wanita itu segera terlelap.
Tapi tidak berhasil. Agatha masih tidak bisa tidur. Entah kenapa ia malah tidak mengantuk. "Lepas dulu mas. Aku mau duduk."
Sean merenggangkan pelukannya. Ia membiarkan istrinya itu duduk. Entah apa yang akan dilakukan istrinya itu. "Mas duduk deh." Perintah Agatha pada Sean. Ia ingin melakukan hal gila pada suaminya itu.
"Tidur girl! Bukankah tadi kamu bilang ingin berhenti."
"Ayolah mas, sebentar aja kok. Ya?" Sean akhirnya luluh dengan puppy eyes yang di keluarkan Agatha.
Sean kembali duduk dengan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Melihat suaminya sudah duduk, Agatha secara tiba tiba duduk di atas pangkuan Sean.
Belum reda rasa terkejut Sean atas tindakan Agatha, istrinya itu kembali berulah dengan menyatukan inti mereka lagi.
Lenguhan kembali keluar dari bibir mereka berdua saat Agatha berhasil menyatukan inti mereka. Ini lah yang Agatha inginkan. Ia ingin milik suaminya ada di dalam tubuhnya.
Tanpa bergerak. Hanya diam di dalam sana. Sean berusaha tidak menggempur Agatha lagi. Miliknya benar benar terasa sesak di dalam sana.
"Girl." Sean hanya bisa mengerang merasakan kenikmatan ini.
"Peluk mas." Menurut. Sean memeluk tubuh Agatha membuat miliknya bergesekan dengan inti Agatha.
Mendekap tubuh polos sang istri dengan posisi seperti itu membuatnya sedikit tersiksa. "Bergeraklah girl." Pinta Sean. Dirinya benar benar ingin bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT GIRL [END]
Teen FictionRexi Cecilia. Gadis pendiam yang menyukai novel transmigrasi. Selalu berharap dirinya bisa merasakan bagaimana transmigrasi itu. Agatha Dian Quinsha. Seorang Figuran yang bahkan tidak pernah memiliki dialog sama sekali. Hanya muncul sekali itupun ka...