"sialan. Kenapa Bintang gak bisa di hubungi. Ini udah satu minggu dia pergi karena urusan bisnis. Tapi kenapa dia belum balik balik juga."
Luci frustasi karena Bintang tidak bisa di hubungi sejak tadi. Di saat kondisi genting seperti sekarang, ia membutuhkan sosok Bintang. Satu satunya orang yang bisa ia andalkan hanya Bintang. Jangan berharap pada Gavin lagi. Karena laki laki itu sudah tidak bisa ia gunakan. Gavin sudah tidak berguna untuknya. Dan hanya Bintang yang berguna sekarang.
Tapi, permasalahannya adalah, Bintang tidak bisa ia hubungi sama sekali. Sudah berkali kali ia menelfon laki laki itu. Tapi sampai sekarang belum ada respon sama sekali. Andai situasi nya tidak genting seperti sekarang, mungkin ia tidak akan repot repot mengganggu waktu Bintang seperti sekarang.
Tapi, situsnya sekarang berbeda. Dia dilanda ketakutan akibat ucapan Eve saat itu. Ia di bayang bayangi rasa takut pada orang yang siap membunuhnya untuk balas dendam. Orang yang sampai saat ini tidak ia ketahui siapa. Seberapa bahaya nya dia. Bahkan Bintang juga masih belum bisa melenyapkan orang itu. Kenapa ia tau? Karena Eve sendiri yang mengatakan jika orang itu masih hidup dan siap untuk membunuhnya.
"Arghhhhh. Gak, gue gak mau mati. Gue harus secepatnya nyari tau siapa dia. Terus gue bunuh. Sama seperti Erika dulu. Yah, gue pasti bisa ngebunuh orang itu seperti Erika. Mereka sama sama lemah. Hahahaha." Tawa yang begitu menggelegar terdengar di telinga orang orang yang menyaksikan kejadian itu.
Tidak banyak, hanya empat orang. Yang sudah pasti itu Sean, Agatha, Matteo dan Eve. Siapa lagi memangnya. Tinggal menghitung hari, maka Luci akan tamat. Dan mereka bisa bersantai. Ughhhhh membayangkannya saja sudah membuat mereka senang. Apalagi Agatha dan Sean. Jika masalah ini selesai, maka waktunya untuk mereka berdua menghabiskan waktu bersama. Semakin mempercepat pembuatan anak.
Oke, yang terakhir tadi ide Sean. Dia memang sudah tidak sabar untuk memiliki anak dengan Agatha. Ia tidak bisa membayangkan akan selucu apa anaknya nanti. Yang pasti dia akan cantik dan tampan sepertinya juga Agatha. Pasti hari harinya akan semakin indah.
"Lusa kita berangkat liburan. Jadi mohon kepada kalian para perempuan segera menyiapkan keperluan kalian selama di sana." Sean memberi tau jadwal keberangkatan mereka.
Sesuai rencana, tiga hari sebelum membongkar kedok Luci, mereka akan pergi liburan. Dan tempat yang akan mereka tuju adalah Bali, sesuai request dari Eve.
"Gak usah ribet deh. Orang gue bawaannya cuma dikit bang. Sisanya bakal gue beli di sana. Apa gunanya punya pacar sama abang kaya kalau gak di porotin." Sinis Eve menyahuti ucapan Sean yang penuh kata sindiran untuknya. Tidak mungkin juga untuk Agatha. Karena di antara mereka, cuma dia yang selalu ribet sendiri dengan barang bawaannya.
"Enak banget lo minta jajanin lakik gue. Gue aja gak minta jajanin lakik lo." Agatha ikut sewot seperti Eve. Tidak terima jika Sean harus menjajankan Eve juga. Eve kan bisa minta Matteo.
"Kenapa emang, dia kan abang gue." Tantang Eve. Pokoknya dia harus bisa porotin abangnya itu. Tidak perduli Agatha akan ngamuk atau tidak. Yang penting ia bisa menguras isi dompet Sean yang sudah meluber kemana mana karena tidak muat.
"Dia suami gue, mau apa lo. Lagian Matteo juga gak bakal bangkrut buat jajanin lo doang. Kalaupun bangkrut lo sama Matteo bisa ngepet bereng. Entar gue bantuin haga lilinnya."
Eve yang tidak terima dengan ucapan Agatha pun melemparkan sofa bantal ke arah mukanya. Sayang bantal itu melesat, malah mengenai Sean. Sean yang melihat tingkah kedua perempuan itu hanya mendengus. Kenapa mereka aktif sekali sih. Dan bisa bisanya ia mendapat istri yang sama gilanya dengan adiknya. Bahakan kabar baiknya adalah mereka bersahabat. Indah dan tenang sekali hidupnya.
"Luci kita biarin gini aja? Gak kita apa apain lagi?" Tanya Matteo menghentikan aksi gila Agatha dan Eve. Sean yang melihat itu pun menghembuskan nafasnya lega. Untung ia memiliki calon adik ipar yang waras.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT GIRL [END]
Teen FictionRexi Cecilia. Gadis pendiam yang menyukai novel transmigrasi. Selalu berharap dirinya bisa merasakan bagaimana transmigrasi itu. Agatha Dian Quinsha. Seorang Figuran yang bahkan tidak pernah memiliki dialog sama sekali. Hanya muncul sekali itupun ka...