Ruangan pengap dengan darah yang berceceran di mana mana. Entah yang sudah mengering ataupun yang masih basah menjadi pemandangan Luci selama tiga tahun ini.
Ia memang tidak langsung di bunuh malam itu, tapi ia selalu di siksa oleh Matteo. Entah di siksa secara fisik ataupun secara mental. Tubuhnya bahkan sudah remuk karena harus selalu melayani nafsu bodyguard milik Matteo.
Jika tau akan semenyiksa ini, lebih baik ia langsung di bunuh saja malam itu. Berkali kali ia memohon untuk segera di bunuh, berkali kali pula ia di siksa. Ia juga tidak di biarkan bunuh diri. Hidupnya hancur. Ia juga sudah tidak berharap untuk bisa bebas dari sini.
Memang siapa orang yang mau melakukan itu untuknya. Ia sudah tidak memiliki apapun untuk di banggakan. Wajahnya hancur. Tubuhnya juga penuh luka. Lantas apa yang bisa ia banggakan.
Tapi, kalaupun ia bisa bebas, ia berjanji akan membalas dendam pada semuanya. Terutama Agatha. Karena menurutnya, kunci dari masalah yang ia alami adalah Agatha.
Jadi, mana mungkin ia membiarkan Agatha bahagia sedangkan dirinya menderita seperti ini.
Ia tau, meski balas dendamnya pada Agatha berhasil, ia tetap kalah. Karena Agatha memiliki segalanya. Dan dapat dengan mudah mendapatkan apa yang dia inginkan.
Jadi, jika kehilangan sedikit, tidak akan berarti apa apa. Karena ia bisa mendapatkannya lagi. Atau justru mendapatkan yang lain. Yang lebih dari sebelumnya.
Tapi bagaimana jika yang ia hancurkan bukan Agatha tapi anaknya? Oh tentu saja itu akan mempengaruhi Agatha. Karena tidak ada ibu yang ingin terjadi hal buruk pada anaknya.
Jadi, jika ia punya kesempatan untuk balas dendam, ia akan menjadikan anak Agatha sebagai targetnya. Dengan cara apa? Memisahkan Sean dari Agatha.
Dengan begitu, anak mereka akan kehilangan sosok ayah dalam hidupnya. Orang tuanya tidak akan lengkap meski keduanya ada. Lalu, saat anak itu masuk sekolah, perlahan mentalnya pasti terguncang.
Mendengar pertanyaan 'mengapa ayahnya meninggalkan dia dan ibunya' atau spekulasi bahwa 'dia anak haram, makanya ayahnya meninggalkannya' terus menerus sudah pasti akan menghancurkan mentalnya secara perlahan.
Lalu dia akan mulai menyalahkan Agatha. Dan pada akhirnya ia akan membenci ibunya sendiri. Agatha akan hancur. Rencana balas dendam yang indah bukan.
"Agatha, andai gue bisa bebas dari sini, gue pastiin lo bakal hancur. Anak yang lo nanti kehadirannya, akan jadi alasan kehancuran lo sendiri." Tekad bulat Luci.
Dendam yang begitu membara. Rasa sakit yang begitu nyata. Ia pasti akan menuntut balas. Jika tidak bisa di dunia, maka ia akan berdoa sepenuh hati agar ia dan Agatha di satukan dalam neraka.
"Tiga tahun, apa lo udah puas Teo?" Tanya Agatha yang melihat kondisi Luci dari jauh.
"Gue gak akan pernah puas selagi dia belum mati. Tapi tiga tahun buat nyiksa dia gue rasa udah cukup." Jawab Matteo.
Hanya ada Agatha dan Matteo saja di ruangan itu. Karena ia ingin memastikan apakah Luci masih hidup atau sudah mati.
Masih ada satu kesempatan terakhir yang harus Luci ambil sebelum dia mati. Dan sekarang adalah waktunya. Sekarang, waktunya Luci untuk mengganggu dirinya. Bukan waktunya dua pemain utama akan berhadapan.
Luci, pemeran utama dalam novel, dan Agatha pemeran utama dalam kisah nyatanya. Sesuai dengan target Luci, maka sekarang adalah waktu yang tepat untuk dia balas dendam.
Karena sudah tiga tahun dia menyimpan dendam. Dan dua tahun umur putrinya. Iya, kali ini yang ia jadikan umpan adalah anaknya sendiri.
Dia gila? Apakah Agatha pernah bilang jika dia waras. Kenapa dia mau melakukan hal gila seperti ini. Kenapa dia tidak membiarkan Matteo langsung membunuh Luci saat itu juga. Kenapa dia harus melibatkan anaknya sendiri dalam rencana gila ini?
Karena membunuh Luci secara langsung adalah cara paling waras dalam kamus hidupnya. Karena ia orang tidak waras, maka cara balas dendam menurut nya ya seperti itu.
"Besok, orang gue bakal dateng buat bebasin Luci. Ngasih dia uang buat ngerubah penampilannya. Setelah itu, kita sambut dia dengan meriah."
"Lo gila Agatha. Dan gue lebih gila karena setuju sama rencana lo."
Agatha hanya menyeringai saja. Dia memang gila, sangat gila. Dia akan mengorbankan apapun untuk menuju ke tujuannya. Dia akan menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalannya.
Ia tidak perduli siapapun di dunia ini selain dirinya sendiri. Karena itulah, ia bisa mengorbankan siapapun demi untuk mencapai tujuannya saja. Bahkan anaknya sekalipun.
"Aku sudah pernah memperingatkan mu dulu. Sayangnya kau lebih memilih untuk menyusul bajingan itu bukan. Jadi, mengorbankan satu raga lagi tidak akan menjadi masalah untukku."
√√√
Sesuai dengan apa yang Agatha katakan kemarin, pagi ini ada seseorang yang membebaskan Luci dari penjara yang telah mengurungnya selama tiga tahun.
Luci tidak tau siapa dia. Dia hanya berkata, jika tuannya memerintahkan dia untuk membebaskan Luci. Tuannya juga memberikan begitu banyak uang untuk Luci agar ia bisa merubah penampilannya.
Dia berkata jika tuannya memiliki dendam dengan keluarga Shaquille. Dan ingin mengajak Luci untuk bergabung membalas dendam pada mereka.
Luci yang sangat di butakan oleh rasa benci, tanpa pikir panjang langsung mengiyakan ajakan itu. Tanpa mau berpikir jika itu bisa jadi jebakan Agatha untuk kedua kalinya.
Jadi, setelah bebas dari penjara, ia langsung pergi ke Korea untuk melakukan operasi plastik. Di temani oleh suruhan dari tuan Xander, ia pergi untuk merubah penampilannya.
Menjadi sebaik mungkin, sehingga tidak bisa di kenali oleh siapapun, termasuk orang di masa lalunya.
"Ingat nona Luci. Kau harus bisa menghancurkan nona Agatha. Karena dengan begitu, tuan Shaquille akan ikut hancur. Karena dia sangat menyayangi putrinya lebih dari dirinya sendiri." Peringat tangan kanan tuan Xander.
"Aku tau. Akan aku pastikan dia hancur, sama seperti apa yang aku alami selama ini."
"Bagus." Orang itu menyeringai puas karena tujuannya tercapai. Ikan sudah memakan umpannya. Hanya tinggal menunggu nelayan itu menarik kail nya agar ikan tersebut bisa ia tangkap.
"Pulanglah dua minggu lagi. Akan saya persiapkan semua keperluan anda di sana. Dan dalam dua minggu ke depan, anda akan datang sebagai sekertaris pribadi tuan Sean."
"Terimakasih karena sudah membantuku. Bilang pada tuan Xander aku tidak akan mengecewakannya." Orang itu mengangguk lalu pamit pergi.
Ia akan kembali ke Indonesia untuk menyiapkan segalanya. Sebelum itu, ia sudah menempatkan bawahannya untuk terus mengawasi Luci.
Ia tidak boleh melakukan kesalahan apapun. Jika tidak, maka nyawanya akan terancam hilang di tangan Agatha. Tidak hanya nyawanya saja, tapi nyawa keluarga serta semua keturunannya pun akan hilang.
Ia sedikit menyesal karena telah menerima tawaran dari perempuan itu. Perempuan yang lebih mengerikan dari iblis sekalipun.
Tapi mau bagaimana lagi, dia juga butuh uang. Dan bayaran yang akan ia dapat jika berhasil melaksanakan tugas ini sangatlah besar. Sepadan dengan apa yang dia kerjakan.
Nona Agatha
Saya sudah melaksanakan tugas yang anda berikan nona
Bagus
Pastikan dia berhasil mengusik putrikuBaik
"Semoga kau tetap aman nona kecil. Sangat di sayangkan, anak manis sepertimu harus mempunyai ibu iblis sepertinya."
.
.
.TBC
🐻🐻🐻
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT GIRL [END]
Teen FictionRexi Cecilia. Gadis pendiam yang menyukai novel transmigrasi. Selalu berharap dirinya bisa merasakan bagaimana transmigrasi itu. Agatha Dian Quinsha. Seorang Figuran yang bahkan tidak pernah memiliki dialog sama sekali. Hanya muncul sekali itupun ka...