Saat ini, semua inti Lion King ada di salah satu ruang rawat di sebuah rumah sakit. Kedatangan mereka ke sana tidak lain dan tidak bukan untuk menyelamatkan nyawa Gavin.
Sebelum drama menjijikan tadi selesai, mereka langsung membawa Gavin ke rumah sakit atas perintah Matteo. Jika bukan karena itu, mereka bertiga tidak akan mau repot repot menolong Gavin. Biarkan saja dia kehabisan darah. Kalau perlu sampai meninggal sekalian.
Tentu saja orang yang mencetuskan ide gila itu adalah David. Atas ide gilanya itu, David harus rela mendapat hadiah istimewa dari Matteo. Sudah ia bilang kan, jika ia masih membutuhkan Gavin di geng nya. Jadi, ia tidak akan membiarkan Gavin mati begitu saja. Setidaknya untuk saat ini.
"Gue bener bener gak ngerti sama jalan pikiran tu anak. Masih aja gak paham paham sama penjelasan kita waktu itu." Jovan mengupas buah jeruk yang ia bawa tadi. Niat hati ingin membawakan untuk Gavin tidak jadi. Gavin saja masih tidak sadar sampai sekarang. Jadi, ia makan saja. Sekaligus sebagai teman untuk menjaga Gavin.
"Resiko ngomong sama orang goblok ya gitu." Gilang ikut memakan jeruk yang sudah di kupas Jovanka.
"Diem diem bae lo Vid. Kesambet baru tau rasa." Jovan melempar satu buah jeruk ke arah David yang bisa dia hindari dengan mudah.
David tidak memperdulikan kedua temannya yang asik berkomentar itu. Ia lebih fokus melihat tubuh Gavin yang terbaring lemah dia atas ranjang rumah sakit. Ada rasa puas tersendiri di hatinya saat melihat kondisi Gavin seperti itu.
Gavin pantas mendapat hal itu. Semua yang terjadi padanya adalah hasil dari apa yang sudah dia lakukan. Berulang kali mereka mengingatkan Gavin untuk berhati hati dengan Luci, tapi berkali kali juga Gavin mengabaikan ucapan mereka.
Lihatlah sekarang, apa yang ia peroleh dari perbuatannya sendiri. Sengsara. Hidup Gavin benar benar sengsara sejak Luci mengganggu Eve dan Agatha. Sudah berapa pukulan yang Gavin terima dari dua gadis itu karena percaya dengan tuduhan Luci? Berapa kali juga Gavin di permalukan oleh Agatha dan Eve?
Jawabannya adalah sudah tidak terhitung. Ingin sekali ia menukar tambah Gavin dengan orang lain. Kemana otak pintarnya itu. Kenapa dia dengan bodoh mencari masalah dengan orang yang lebih kuat darinya?.
"Oyy, kira kira siapa ya suami Agatha?" Pertanyaan Jovan kembali menarik kesadaran David. Ia ikut penasaran dengan sosok yang bisa menaklukkan hati Agatha dan tuan Raka, ayah dari Agatha.
Rumor mengatakan jika tian Raka adalah ayah yang sangat posesif dengan anaknya. Ia tidak akan membiarkan satu pria pun mendekati Agatha. Lalu, siapa pria yang berhasil meluluhkan hati ayah tersebut. Pasti bukan orang sembarangan.
"Yang pasti sih bukan orang sembarangan ya. Lo tau sendiri kan siapa itu keluarga Shaquille?" Sahut Gilang menimpali. Ia juga ikut kaget saat mendengar berita itu.
Tidak ia sangka, gadis yang anti laki laki itu ternyata sudah menikah. Apa sikap cuek Agatha selama ini karena dia sudah memiliki pendamping?
"Gue curiga suaminya Agatha tuh tuan Sean, abangnya Eve." Sontak Gilang dan David menoleh ke arah Jovan.
"Kenapa lo berdua? Kompak bener. Jangan jangan kalian jodoh. Hahaha."
Pukkkkk
"Jangan ngalihin pembicaraan njir." Kesal David setelah berhasil melemparkan jeruk ke arah kepala Jovan. Ia sudah penasaran.setengah mati laki laki itu malah bercanda.
"Biasa aja kali, gak usah pakai lempar lempar segala. Kalau kepala gue sampai bocor gimana?" Sewot Jovan. Kepalanya terasa sangat nyeri akibat lemparan tak terduga tadi.
"Lebay lo. Baru juga gue lempar sama jeruk, bukan sama batu bata. Sok sok an bocor tu pala." Sinis David tak mau kalah.
"Panggilan kepada anak monyet, dimohon untuk diam, biarkan anak babi ini menjelaskan dugaannya tadi. Okey"
KAMU SEDANG MEMBACA
SILENT GIRL [END]
Teen FictionRexi Cecilia. Gadis pendiam yang menyukai novel transmigrasi. Selalu berharap dirinya bisa merasakan bagaimana transmigrasi itu. Agatha Dian Quinsha. Seorang Figuran yang bahkan tidak pernah memiliki dialog sama sekali. Hanya muncul sekali itupun ka...