DUA JAM YANG LALU
"Huhu, pasti Tania bakal suka sama yang aku bawa ini." Sembari mententeng tas persegi empat berisikan oleh-oleh khas Ssmarang. Nala pun segera pergi ke rumah sakit, seperti biasa ia akan menjenguk ibu Tania. Nala belum tahu apa yang terjadi selama ia pergi.
Setelah beberapa waktu akhirnya Nala sampai di rumah sakit, namun, ketika sampai di ruangan ibu Tania, kamar itu kosong.
"Permisi, suster saya mau tanya, pasien yang ada di ruangan ini di mana, ya? apa sudah dipindahkan?" tanya Nala pada seorang yang dipanggil suster itu melewatinya.
"Orangnya sudah meninggal, Bu," jawab suster itu.
"INNALILLAHI!" kejut Nala. "Kapan meninggalnya, Sus," tanya Nala sekali lagi.
"Sekitar satu minggu yang lalu. Namun, sepertinya anak dari pasien yang meninggal di ruangan ini jatuh sakit dan sekarang berada di ruang anggrek kalo tidak salah, tadi saya dengar dari suster lain." jelas suster itu, "sepertinya mbak belum tau," sambungnya lagi.
"Ya, sudah sus terima kasih." Nala segera pergi menuju ruang yang di maksut tadi.
TOK TOK TOK
"Biar aku aja yang buka," ucap Dafa kala mendengar suara ketukan pintu.
"Nala?" gumam Dafa kala melihat siapa yang datang.Tania pun menoleh ke arah pintu, seketika itu ia memalingkan wajahnya dari Nala.
Nala berjalan dengan santai menghampiri Tania.
"Tan, gimana kabar, Lo? gue tadi ..." Belum sempat melanjutkan pertanyaanya, tiba-tiba Tania mengambil vas bunga yang ada diatas meja, lalu dilemparnya ke arah Nala.
PYAAR ...
Nala yang terkejut melihat prilaku Tania, apalagi ekspresi Tania berubah menjadi marah, "lo, kenapa, Tan?"
"Pergi, Lo, dari sini!!" teriak Tania, ia tak bisa menyembunyikan amarahnya.
Tania terus mencari barang yang bisa ia arahkan ke Nala, namun yang dilempari tak paham dengan sikap Tania.
"Pergi!!"
"Pergi dari sini!!"
Dafa segera menarik Nala keluar, agar keadaan tidak semakin parah.
Nala pun menangis kebingungan, ia tak percaya dengan apa yang dilakukan sahabatnya kepada dirinya.
"Apa yang terjadi kenapa Tania sampai bisa semarah itu padaku? padahal aku aja nggak tahu kalau ibunya udah meninggal!" Tania berusaha menjelaskan pada Dafa.
"Jadi kamu belum sadar apa kesalahan kamu?" Daffa meninggikan suaranya, ia tidak habis pikir dengan Nala yang tidak mengakui kesalahannya.
"Kesalahan apa? yang mana? gue nggak tahu?" Nala benar-benar belum mengetahui apa yang dimaksutkan.
"Lebih baik kamu pikirkan dulu kesalahanmu apa, baru kamu bisa menemui Tania lagi!" tegas Dafa. Ia pun segera masuk meninggalkan Nala dan mengkunci pintunya dari dalam.
Kini tubuh Tania makin melemah dengan tangis yang tiada henti karna kedatangan Nala tadi. Dafa pun langsung memeluk erat Tania agar ia bisa tenang. Sedangkan Nala masih berkutat pada pikirannya, ia bingung dengan apa yang terjadi saat dia pergi ke luar kota. Padahal sebelum pergi hubungannya dengan Tania baik-baik saja.
"Apa jangan-jangan Tania tahu pernikahan Kevin? tapi kenapa aku yang dibenci?" Pertanyaan itu masih berputar di kepalanya. Nala memustuskan untuk pulang karena ia merasa kedatangannya sangat tidak tepat. Namun, setiap langkahnya, ia masih memikirkan apa kesalahannya hingga Tania semarah itu padanya.
Setelah lama Nala memikirkan, tetap saja ia tak mengetahuinya. Akhirnya Nala pergi ke rumah Tania, ia ingin mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya. Ia ingin bertanya kepada tetangga Tania siapa tahu mendapatkan petunjuk.
Setelah turun dari motornya yang berjalan menuju sekumpulan ibu-ibu yang berada di teras rumah.
"Assalamualaikum ibu-ibu, saya Nala temennya Tania." Nala memperkenalkan diri.
"Oh, kamu, ya, yang namanya Nala!" ketus salah satu ibu-ibu itu.
"Katanya sahabat tapi kok nikung sahabatnya sendiri!"
"Emang Tania punya salah apa sama kamu sampai kamu setega itu sama dia!"
"Apapun kesalahan Tania sama kamu, tapi kamu nggak boleh merebut pacarnya!"
"Dasar pengkhianat!"
"Pergi kamu dari sini!"
Semua ocehan dan hinaan itu tiba-tiba terlontarkan pada Nala, padahal ia belum sempat bertanya apapun pada mereka.
Nala segera pergi dari sana untuk menghindari kekacauan yang lebih parah.Di dalam kamarnya, Nala hanya mondar-mandir dengan pikiran yang semrawut karena perkataan ibu-ibu tadi.
"Kenapa ibu-ibu tadi nuduh gue nikung Tania, ya? padahal, kan, gue nggak ngapa-ngapain, terus mereka tahu itu dari mana?" Pertanyaan-pertanyaan itu hanya membuat Nala semakin pusing. Ia mengacak-acak rambutnya sendiri karna kesalnya.
"Apa jangan-jangan Tania juga berpikir seperti itu, ya? dia mikir kalau gue nikung dia, tapi apa yang dia ketahui?" sekali lagi ia bertanya pada dirinya sendiri tanpa menemukan jawaban.
Setelah berlama-lama berfikir, Nala terfikirkan satu orang. Ia langsung bergegas untuk pergi lagi, entah siapa lagi yang dia tuju.
TOK TOK TOK
Ternyata yang dituju adalah murni, ia tahu bahwa Murni juga dekat dengan Tania.
Murni terkejut saat tau Nala yang telah mengetuk pintunya. Murni sangat kecewa pada Nala, ia merasa tak terima dengan apa yang dilakukan Nala pada Tania.
"Ngapain kamu ke sini!" ketus Murni.
"Boleh saya masuk?" ucap Nala dengan memberanikan diri, "banyak yang ingin saya tanyakan kepada bu," sambungnya sekali lagi.
"Baiklah, silahkan masuk." Walau bagaimana pun juga Murni tak bisa begitu saja mengusir Nala, ia juga ingin mendengar penjelasan langsung dari Nala.
Kini mereka berdua sedang duduk di ruang tamu.
"Apa yang ingin kamu tanyakan?" Murni mengawali pembicaraan.
"Saya langsung pada intinya saja ya bu. Setelah kepergian saya dari luar kota, kenapa sikap Tania jadi benci pada saya? padahal saya tidak tahu apa-apa. Namun setelah saya mendatangi tetangga Tania, mereka bilang kalo saya merebut Kevin dari Tania. Memangnya Tania tau dari mana itu bu?" Nala langsung pada intinya.
"Kenapa kamu tidak tahu? Memangnya kamu tidak merasa melakukanya? atau memang pura-pura tidak tahu aja?" pekik Murni.
"Saya tidak merasa melakukanya, Bu. Maka dari itu saya ingin bertanya, Tania tahu dari mana?"
Murni pun menjelaskan apa yang terjadi satu minggu yang lalu.
"Apa? jadi Tania melihat saya dan Kevin di masjid itu?" sontak Nala tak menyangka jika Tania akan ada disana.
"Bukan itu yang terjadi bu! ini salah paham!" pekik Nala.
"Lalu apa yang sebenarnya terjadi?" Murni jadi penasaran.
"Saya harus jelaskan sendiri ke Tania. Terima kasih atas pemberitahuanya bu. Saya akan menemui Tania untuk menjelaskan apa yang terjadi." Nala segera berpamitan pada Murni.
Dengan tergesa-gesa ia datang ke rumah sakit untuk menemui Tania. Nala melajukan motornya dengan kencang hingga tak sadar handphone nya terjatuh. Sesampainya di rumah sakit, Nala dikejutkan dengan Tania yang jatuh pingsan dibawah ranjangnya.
"Tania!!"
******
Apa yang terjadi ya😱😱😱
Ikuti kisah selanjutnya dan jangan lupa vote dan komenya😉ig:haroh_01
KAMU SEDANG MEMBACA
(Hiatus)Bukan Salah Takdir Jika Kamu Bukan Jodohku
RomantikHiatus.... Kevin dan Tania adalah sepasang kekasih yang bahagia. Kebahagiaan itu bukan didapat dari romantisnya, melainkan dari sifat mereka yang saling memahami dan mau mengerti satu sama lain. Walaupun kisah mereka terlihat sempurna, cinta mereka...