ADUHH
"Tania!" Teriak Dafa kala melihat istrinya jatuh. Dafa pun mengesot, ia berusaha menghampiri istrinya. Tania yang melihat kaki Dafa berdarah karena terkena pecahan beling, ia segera menghampirinya lebih dahulu untuk mencegah keluarnya darah yang terlalu banyak. Dengan penuh usaha ia berdiri sebelum sang suami menghampirinya lebih dulu. Hal itu membuat Daffa semakin kawatir karena Tania menghampirinya dengan kesusahan.
"Mas, kakimu terluka!"
"Udah, jangan hiraukan aku dulu gimana keadaanmu? kamu, kan, habis jatuh!"
"Aku nggak apa-apa, kok, Mas. Cuma kepleset sedikit," ucap Tania meyakinkan suaminya. Tania mengambil tisu basah yang berada di atas meja untuk membersihkan pendarahan yang ada di kaki Dafa. "Sementara begini dulu, ya. Habis ini aku ambil sapu sama kotak obat." Sembari membersihkan kaki Dafa.
Dengan perlahan Tania berdiri, namun, ia tak bisa bergerak dengan cepat, karena perutnya yang besar membuat geraknya menjadi kewalahan. Setelah beberapa waktu Tania selesai membersihkan pecahan beling.
"Tadi aku niatnya mau kembali ke kasur, tapi nggak sengaja kursi rodanya terlepas membentur meja hingga aku terjatuh dan piringnya jatuh mengenai kakiku," jelas Dafa dengan pandangan lurus ke depan.
"Mas ...." Tania memegang lembut tangan Dafa. "Kalau butuh apa-apa panggil aku aja. Jangan lakukan sendiri, takutnya, kan, terjadi apa-apa sama kamu." Ia melanjutkan mengobati kaki Dafa.
"Aku pikir setelah kita menikah aku bisa jagain kamu, namun, nyatanya aku malah nyusahin kamu. Aku malah jadi beban hidup kamu," ucap sendu Dafa.
"Ihh, kamu jangan bilang gitu, ah. Selama ini kamu udah membantu aku dan ngejagain aku. Ini, kan, cuma musibah, sifatnya sementara, jadi kita harus bersabar. Nggak ada orang yang mau di posisi ini, tapi namanya juga takdir, ya, mau bagaimana? kamu yang sabar, ya, aku bakal selalu nemenin kamu baik susah maupun duka." Daffa langsung memeluk Tania.
KEESOKAN HARINYA
TOK TOK TOK
Seorang wanita paruh baya yang sudah menunggu di depan pintu.
"Pagi ... saya asisten rumah tangga yang direkomendasikan oleh teman, Ibu," ucap wanita itu kala Tania membuka pintu.
"Oh, iya, silakan masuk."
"Mas, ini asisten rumah tangga yang aku bicarain kemarin." Tania memperlihatkan wanita itu.
Dafa meletakan secangkir kopi yang telah ia minum. "Oh, iya, boleh perkenalan dulu mungkin."
"Nama saya Jumi, Pak, saya tinggal di desa. Sebelumnya saya bekerja di luar negri, namun, kali ini saya ingin cari yang lebih dekat sama kampung," jelas wanita yang menyebut dirinya Jumi.
"Baiklah, kalo begitu, Bu Jumi bisa bekerja mulai hari ini," ucap Dafa.
"Baik, Pak, terimakasih."
"Mari, Bu Jumi, saya tunjukin kamarnya."
Tak berselang lama, seorang laki-laki paruh baya datang, ia adalah Pak Parto seorang ahli kemudi yang ingin melamar pekerjaan juga. Pak Parto adalah seorang yang direkomendasikan oleh Nala sama seperti Bu Jumi. Kini Tania sudah memiliki seseorang yang dapat membantu pekerjaan Tania. Hal itu juga membuat Dafa merasa lega, karna istrinya tak kan kesusahan lagi.
"Pak Parto, tolong antar saya ke butik, ya," seru Tania.
Hari ini Tania akan pergi butik dan TOSERBA, seperti biasa pengecekan langsung harus dilakukan setidaknya dua kali dalam satu bulan. Pakaian tunik putih panjang dan dilapisi kardigan panjang warna coklat merupakan setelan yang biasa ia pakai. Saat perjalanan pulang, mereka terkena macet, hingga Parto harus memilih jalan lain untuk bisa segera pulang. Jalan yang dipilih Parto yaitu jalan yang melewati danau dekat persawahan.
"Loh, inikan ...." gumamnya. Ia teringat danau itu dan kenanganya. "Pak, berhenti dulu," ucap Tania secara tiba-tiba.
"Ada apa, Bu?"
"Kok, ada bekas-bekas kertas tas plastik, ya, Pak?"
"Ooh, kayaknya kemaren abis ada acara ulang tahun, Mbk. Kemaren saya lewat rame banget," jelas Parto.
"Pak, saya mau turun kesana, Pak Parto tunggu sini aja, ya," ucap Tania.
"Baik, Bu."
Tania menyusuri jalanan yang pernah ia lewati dulu. Sebelum ibu Tania sakit, ia masih sering kesini kala rindu mulai melanda. Tania mengedarkan pandanganya, ia melihat di sekelilingnya, semua tampak sama, hanya saja terlihat kotor karna plastik dan kertas yang berserakan. Memorinya seakan terbuka secara otomatis, dimana masa-masa indah bersama Kevin kerap terjadi disini.
***********
ENAM TAHUN YANG LALUDitepian danau, menikmati senja, bisa-bisanya Kevin berkata, "Tan, kayaknya aku suka sama kamu, deh," ucapnya. Ia menggigit bibir bawahnya, malu.
Tania pun sontak tertawa, "nah, terus?"
"Ihh, malah ketawa, sih! nanya-nya juga gitu lagi," sebel Kevin.
"Abisnya, sih, gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba bilang kayak gitu." Tania masih berusaha menahan tawanya.
"Aku, tuh, udah usaha memberanikan diri buat bilang kayak gini!" Mukanya semakin ditekuk.
"Iya-iyah, maaf. Ya, udah lanjutin deh." Tawa kecilnya masih belum ketinggalan.
Kevin mempersiapkan dirinya, ia menata lagi bajunya. "Gimana kalo kita pacaran," ucap Kevin dengan senyum menyeringainya.
Sontak Tania semakin tertawa terbahak-bahak, "kamu kayak ngajak maen aja,sih , wkwkwk."
Kevin menggaruk kepalanya yang tak gatal itu, ia salah tingkah karna grogi tak pernah menyatakan perasaan pada seorang wanita.
"Coba ngomong yang jelas dulu, biar aku bisa jawabnya." Tania memegang bahu Kevin.
Kevin memejamkan matanya sekejap, menghela napasnya panjang, "ok, deh. Tania ... aku suka sama kamu, aku pingin hubungan kita berlanjut." Kevin mengerutkan keningnya, harap cemas, ia menggigit bibir bawahnya, merunduk.
Tania juga memejamkan matanya sekejap bukan untuk berkonsentrasi, melainkan untuk menahan tawa.
"Apa, sih, Tan ...." Nada kesal Kevin malah membuat Tania semakin tertawa.
Tania mencoba mengatur napasnya, "Iyah, maap." Masih pada tawa kecilnya. "Vin ...." Tania menatap wajah Kevin, "aku juga suka sama kamu." Tania tersenyum menyeringai.
"Hah?" Kevin membulatkan matanya, tak percaya. "Ihh, jangan bercanda!"
"Nggak. Aku suka sama kamu sejak pertama kita ketemu, tapi aku diam sampek hari ini karna aku takut cintaku tak berbalas. Tapi setelah kamu bilang tadi, aku jadi semakin pede." Tania menampakan senyum kudanya.
"Ihh, tau gitu aku gak usah malu-malu, ya."
"Padahal biasanya aku yang pemalu sampek pipiku merah." Mereka tertawa lepas.
**********
Sayangnya, kebersamaan itu hanya bisa di kenang dan tak bisa diulang. Tania mendekati tepian danau, ia ingin beristirahat disana sejenak. Namun, langkahnya terhenti kala melihat seseorang yang berada disana juga. Tania perlahan mendekati orang itu, ia bersembunyi dibalik pohon besar yang tak jauh dari danau. Dari dekat terdengar suara isakan seorang laki-laki dan benar saja, laki-laki itu adalah Kevin. Kevin yang terbaring di tepian mengahadap danau dengan mata terpejam, namun, mengeluarkan air mata disertai dengan isakan yang tak henti-hentinya menggema membuat Tania terhanyut dalam suasana. Bagaimana tidak, Kevin pasti memikirkan hal yang sama dengan yang di pikirkan oleh Tania.
KRAKK
********
Huhu, detik2 bab akhir nih ... Aku kasih spoiler dikit, yah. Di bab terakhir akan ada Natalie. Hmm, sudah bisa menebak kah apa yang akan terjadi? atau masih penasaran kok tiba2 dia muncul? yuk ikutin jalan ceritanya dan jangan lupa vote dan komenya🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
(Hiatus)Bukan Salah Takdir Jika Kamu Bukan Jodohku
RomanceHiatus.... Kevin dan Tania adalah sepasang kekasih yang bahagia. Kebahagiaan itu bukan didapat dari romantisnya, melainkan dari sifat mereka yang saling memahami dan mau mengerti satu sama lain. Walaupun kisah mereka terlihat sempurna, cinta mereka...