Bab 4 Musibah

32 13 39
                                    

"Tania!" seruan Nala itu membuat Tania terjingkat kaget.

"Apaan sih, Nal?" ngagetin aja ih," ucap Tania agak kesal.

"Lagian sih, Lo ngelamunin apa, kok ampek senyum-senyum gitu?" tanya Nala, ia menyanggakan kepala pada tanganya.

" Gue keinget sama Kevin," senyum Tania tercetak dibibirnya. "Gue keinget pas kita ketemu yang ke dua kalinya." Kini senyum kudanya yang terlihat.

"Huhu, ada yang lagi kangen nih," ledek Nala.

"Iya nih gue kangen banget,"

"Ciee, BTW kenapa lo tiba-tiba kok keingat masa lalu,"
"Iya, soalnya momen itu pertama kali gue deg-degan tauk," greget Tania.

Nala mengingat kembali apa yang terjadi di masa itu. Suasana kembali ke masa dimana mereka masih kelas satu SMA.

*********

Langkah Tania dan Nala terhenti didepan pintu kantin, kala mendengar suara laki-laki yang terdengar tidak asing ditelinga Tania.

"Bu, mi instan cup nya satu ya, biasa yang pedes," ucap laki-laki itu baru datang.

Dan ternyata benar itu adalah suara orang yang Tania kenal yang tidak lain tidak bukan adalah Kevin.

Tania terkejut melihat Kevin, ia tak menyangka seseorang yang berada dalam lamunanya tadi berada tak jauh dari hadapanya.

Karna Kevin merasa seperti ada yang menyorotinya, dia pun menoleh ke arah dua sahabat itu.

"Lohh, Tania."

Tania terlambat saat ingin berbalik badan untuk menghindari Kevin.

"Lohh, Kevin." Tania tak bisa berkutik, ia harus menetralkan sikapnya.

Walaupun sudah satu bulan mereka bersekolah di SMA Paramita, namun Nala belum pernah satu kelas bersama Kevin. Ia hanya sekedar pernah melihat sekilas wajahnya.

"Oo, kalian saling kenal?" tanya Nala menoleh pada Tania dan Kevin secara bergantian.

"Iya kita satu kelas saat MOS," jawab Tania.

"Gak nyangka, ya, kita ketemu lagi," ucap Kevin mencarikan tempat duduk untuk mereka bertiga.

"Ehh kalian mau pesen apa, biar aku bilangin," tawar Kevin.

"Roti aja dua," ucap Tania.

"Apa sekolah ini gede banget ya, kok, rasanya udah setahun kita gak ketemu" saat kembali dengan membawa dua bungkus roti.

Wajar kalo mereka jarang bertemu karna kelas Kevin ada dilantai atas sedangkan kelas Tania ada dilantai bawah.

"Heh, baru juga satu bulan," kejut Tania lalu mencubit lengan Kevin.

"Itu karna Tania sibuk sama kerjaanya," sambung Nala sambil menyenggol Tania dengan senyum jailnya.

"Apa iya ya," jawab Tania sambil menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal itu, ia tak mengira bahwa ia sesibuk itu.

"Ini mi nya, Vin," panggil Bu Siti.

Kevin langsung menghampiri nya lalu kembali ke tempat Tania dan Nala.

"Ehh btw kamu masuk kelas mana?" tanya Tania penasaran.

"Aku dikelas X IPS I, kalo kamu?"

"Aku dikelas X IPA I, dan ini teman kelas sekaligus sahabat aku namanya Nala"

"Salam kenal." Kevin dan Nala berjabat tangan.

"Emang kamu sibuk apa sih kok sampek jarang keluar kelas?" tanya Kevin.

"Jadi tuh aku kerja di butik bude aku, kadang aku mayet gaun, menyulam, dan lain-lain deh. Aku takut gk selesai kalo  cuma dikerjain dirumah jadi aku bawa aja kesini," jelas Tania.

"Oo gitu ya." Kevin mengangguk paham, "bentar, kamu pasti ikut ekskul Tata busana ya," tebak Kevin.

"Ihh, langsung nebak gitu," jawab Tania, sesekali ia memakan rotinya.

"Ya iyalah," jawab Kevin dengan tertawa kecil.

Obrolan mereka berlangsung tidak lama karna waktu jam istirahat hanya menyisakan lima belas menit saja.

KRING KRING

"Yahh, baru juga ketemu udah bel aja." Kevin mendatarkan bibirnya.

"Masih kangen, ya," canda Tania dengan senyum nakalnya.

"Ya gak gitu sih." Kevin menoleh ke sembarang arah. "Jangan-jangan kamu yang kangen," sambung Kevin dengan menjulurkan telunjuknya pada Tania.

"Nggak," dengan senyum datarnya.

Candaan pun berakhir, mereka pergi ke kelas masing-masing.

Pandangan Tania tak bisa lepas kala Kevin menjauh dan menaiki tangga, ia hanya bisa menunduk dan tersenyum. Jantungnya masih berdebar tak berirama setelah pertemuan tadi. Jika saja ia tidak berusaha menyelesaikan pekerjaanya tadi maka mungkin ia bisa melihat Kevin turun dari tangga.

Nala yang tak sengaja melihat  ekspresi Tania itu hanya tersenyum tipis.

********

"Ooo ... ituuu ... ." Nada panjangnya diikuti dengan ekspresi bibirnya. "Iyah sihh, itu juga pertama kali gue ketemu Kevin," ucap Nala.

"Sebenernya pertemuan ke dua itu sederhana banget sih, tapi gak tau kok keingat mulu." Tania memandang lurus ke depan dengan pikiran yang selalu pada Kevin.

"Emang seberat itu, ya, LDR, tiap hari kangen mulu, kawatir mulu?" Nala menghela napas panjang melihat Tania yang terus menerus di landa kerinduan.
"Pumpung sekarang hari minggu seharusnya lo telpon dia kek, atau vidio call gitu, bukanya malah kesini," seru Nala.

"Dia ada kerjaan dadakan, besok harus sudah selesai," jawab Tania. Nala hanya bisa menepuk jidat.

DRRRT ... DRRRT ...

Getar suara handphone Tania menjeda percakapan mereka.

"Tania, cepat pulang! Di sini ada perampok, ibu takut, sekarang ibu sedang bersembunyi," bisik Asti dalam telpon, ia takut persembunyianya akan terungkap.

"Ibu, tenang ya, Tania akan menelpon polisi lalu segera pulang, Ibu tetap bersembunyi dan jangan sampai ketahuan!" seru Tania.

Tania pun langsung menelpon polisi dan bergegas untuk segera pulang. Namun,  sayangnya Tania tidak membawa motor saat ini, ia membawa sepeda yang biasa ia  pakai waktu sekolah. Secepat-cepatnya Tania mengayuh sepedanya, pasti akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa sampai ke rumah, jarak tempuh yang lumayan jauh itu juga membuat Tania lama-kelamaan menjadi keawalahan. Setidaknya Tania bisa sedikit lega kala mobil polisi telah menyalipnya, setidaknya akan ada orang yang segera membantu ibu Tania. 

Di tengah perjalanan, Tania bertemu dengan Dafa. Setelah Tania menceritakan kejadian dirumah, "ya udah, naik motor ku aja biar lebih cepat!" ajak Dafa menawarkan diri.

Sesampainya di rumah, polisi sudah berada di sana.
"Pak, bagaimana perampoknya? apakah sudah tertangkap?" tanya Tania kepada salah satu polisi.

"Dua perampok sudah berhasil kami tangkap, namun yang satunya berhasil kabur," ucap polisi itu.

Tak Berapa lama kemudian ada ambulans yang juga datang  ke rumah Tania. Tania sempat bertanya siapa yang terluka, namun setelah pikiranya berhenti sejenak, ia langsung berlari masuk ke dalam rumah. Dan benar saja, orang yang terluka itu tidak lain adalah Asti Ibu Tania.

Tania sangat terkejut kala melihat beberapa luka di kepala dan darah yang mengalir deras disamping tubuh ibunya. Air mata pun tak dapat dibendung, Tania berusaha membangunkan ibunya, "Buk, bangun buk, ini Tania udah sampek rumah." Cucuran air mata yang mengalir itu membasahi pipi Tania, "bertahan ya, Buk, kumohon,"

*******

Gimana ya keadaan ibu Tania selanjutnya?😢😢 Yuk ikuti terus kisahnya san jangan lupa vote dan komenya~~~

(Hiatus)Bukan Salah Takdir Jika Kamu Bukan Jodohku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang