Bab 13 Natalie

11 3 0
                                    

"Kini Nala sedang berada di dalam bis yang menuju Semarang. "Akhirnya bujukan Bu Murni berhasil juga." Nala sangat bahagia, berkali-kali ia tersenyum tanpa sadar. "Ya, Allah semoga hubungan aku sama Tania bisa kembali lagi seperti dahulu." Nala mengusap wajahnya dengan kedua telapak tanganya.

Nala mengingat masa lalu di mana Ia dan Tania selalu bersama, suka duka selalu dihadapi bersama, saling mengerti, dan juga saling mengingatkan.

"Coba aja kamu itu cowok, pasti gue udah pacarin, Lho," ucap Nala saat mereka SMA dulu.

"Ihh, masa' perempuannya dulu yang nyatain perasaannya ke cowonya?" tawa kecil Tania.

"Ya, biarin, yang penting gue pacaran sama, Lho, nikah sama, Lho," kekeh Nala.

"Ihh, kok gue jijik dengernya." Tania mengernyitkan matanya. Tawa lepas mereka terdengar bahagia.

Mereka menangis bersama tertawa pun juga bersama. Tania bukan dari keluarga kaya, namun, Nala selalu menerima Tania apa adanya, begitu juga Tania, walaupun Nala adalah anak yang manja, namun, Tania selalu pengertian kepada Nala.

Tak terasa bis yang ditumpangi Nala telah sampai di terminal Semarang. Saat pintu bis telah terbuka, Nala memilih turun lebih akhir daripada harus berdesak-desakan dengan orang lain. Setelah beberapa saat akhirnya Nala bisa turun dengan tenang, namun, ia tak menyangka ternyata Tania sudah menunggu Nala di depan pintu.
Seketika itu Nala menjatuhkan tasnya dan langsung memeluk Tania. Mereka berdua larut dalam pelukan masing-masing.

"Ya, udah sekarang kita ke kosan gue, ya," ajak Tania sembari melepas pelukanya.

"Ya, udah, ayo." Nala mengusap bekas air matanya. "BTW Dafa mana? katanya lo sama Dafa kesini?" tanya Nala setelah melihat sekitar, tidak ada Dafa.

"Iya, dia lagi cari kerja," jawab Tania

Tania menggandeng tangan Nala, namun, Nala tak tahu akan diajak ke mana. "Kita naik ini aja, ya," ucap Tania dengan senyum kudanya sembari menunjuk pada tukang becak yang ada di depanya.

"Ya, udah, ayo!" ajak Nala dengan semangat.

Walaupun Nala lahir dari keluarga orang kaya, namun, Nala selalu senang berada di dekat Tania, kesederhanaan yang dimiliki Tania membuat Nala merasa lebih bebas dan bahagia.

Perjalanan menuju kos-kosan Tania, melewati daerah persawahan yang panjang. Dari situlah mereka bercengkrama mengenang masa lalu.

"Wah, angin sawah tuh emang selalu seger, ya," ucap Nala sembari Menikmati keindahan alam.

"Ya, iyalah lo, kan, udah lama nggak lewat sawah kayak gini, kan."

"Dulu waktu pertama kali lo ngajak gue ke sawah, kita nyebur kan ke lubang air, kan," Telunjuk Nala mengarah pada Tania.

"Iya, bener banget." Mereka tertawa bersama. "Itu, kan, gara-gara ada orang gila, jadi kita lari." Tawa mereka semakin kencang.

WK WK WK ...

Tak terasa, kini mereka sudah sampai di kos-kosan Tania.

"Yuk, masuk!" Kini mereka duduk di ranjang Tania.

"Nal, gue mau minta maaf sama lo," air mata sebesar biji jagung perlahan menetes. "Gue terlalu terburu-buru untuk mengambil keputusan." Air matanya sudah tak bisa di bendung lagi. "Seharusnya gue tanya dulu kebenarannya, seharusnya gue pastikan dulu kenyataannya, gue tidak mau persahabatan yang udah kita bangun sejak lama, harus hancur seketika hanya karena seorang pria." Kini isakanya semakin keras

HIKS HIKS HIKS

"Gue juga minta maaf, Tan, soalnya gara-gara gue, lo salah paham." Nala memeluk Tania dengan erat.

(Hiatus)Bukan Salah Takdir Jika Kamu Bukan Jodohku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang