Bab 23 Dafa Pulang

8 2 0
                                    

"Tan, kok kamu sepertinya gak marah sama aku?" tanya Kevin, penasaran.

"Kata siapa? dulu aku benar-benar pingin nampar kamu sekencang-kencangnya, aku sampek sakit cuma mikirin kamu, aku nangis berhari-hari karna kamu." Tanpa menoleh Tania menjeda perkataanya. "Tapi itu dulu," sambungnya dengan mata yang tiba-tiba berkaca-kaca.

Kevin mengalihkan pandanganya, ia berusaha menahan air matanya. "Lalu, kenapa kamu terlihat biasa saja sekarang?" Suaranya mulai bergetar.

"Karna ada Dafa. Dia berhasil menggantikanmu." Akhirnya air mata Tania menetes.

Kevin membulatkan matanya, air matanya ikut jatuh. "Jadi, namaku udah gak ada di hatimu?"

"Nggak." Air matanya mengalir secara otomatis.

Kevin sangat terpukul mendengar jawaban Tania. "Kamu udah dewasa, ya." Ia berusaha tersenyum.

"Seiring berjalanya waktu, hanya pengalaman yang bisa mendewasakan diri."

"Iyah, betul banget." Bibirnya berusaha tersenyum, namun, matanya terus berlinang. "Aku gak bisa berbuat apa-apa, nasi sudah menjadi bubur, sekali lagi aku minta maaf atas kesalahanku. Aku bahagia melihat kamu udah bahagia."

"Iyah." Tania menghapus air matanya.

"Kalo gitu aku pulang." Air mata Kevin masih terus menetes, ia membalikan badan dengan lemasnya, sedangkan Tania hanya terdiam dengan isakanya.

Setelah Kevin menutup pintu, Tania kembali pada isakanya yang lebih keras.

HIKS HIKS HIKS ...

Tania segera ke toilet untuk mebersihkan wajahnya dari tangisnya. Tanpa ia sadari, Dafa juga meneteskan air mata walau matanya tertutup. Dafa sudah sadar sedari tadi, namun, ia tak ingin menganggu perbincangan Tania dan Kevin.

Saat Tania kembali, Dafa sudah membuka matanya.

"Loh, sayang, udah bangun?" Tania segera menghampiri suaminya. "Kamu butuh sesuatu atau mau minum?" tawarnya.

"Nggak," jawab Dafa dengan senyum tipisnya.

Tania pun juga ikut tersenyum, ia lega suaminya sudah siuman. "Trus gimana kondisi kamu?"

"Baik, kok, lebih enakan."

"Alhamdulillah, kalo gitu." Tania terus memandangi Dafa.

"Ngomong-ngomong, apa kata dokter tentang kondisiku?"

Tania agak terdiam sejenak, ia harus mengatur bicaranya agar Dafa tak bersedih.

"Hmm, kata dokter oprasi kaki mas Dafa berjalan lancar, namun, butuh waktu lama untuk penyembuhanya." ucap Tania memandang syahdu suaminya, sedangkan Dafa hanya terdiam.

Tania memegang lembut tangan Dafa sembari berkata, "sayang, kata dokter ada cedera di pergelangan kiti kaki kamu, yang mengakibatkan kamu tidak bisa berjalan normal seperti biasanya."

Dafa membulatkan matanya.

"Tapi gapapa, kok, Sayang, kamu udah membuka mata aja aku udah seneng banget, kok." Senyum manis Tania harus tetap terpajang agar Dafa tak merasa sedih.

"Makasih, ya, Sayang, udah mau menerima aku apa adanya." Dafa menggenggam tangan Tania.

LIMA HARI KEMUDIAN

Dafa sudah diperbolehkan untuk pulang, ia temani oleh sang istri untuk menaiki mobil taksi.

"Sayang, pokoknya kamu harus istirahat total, fokus sama penyembuhan dulu. Gak usah mikirin toko sama sawah, serahkan aja sama pegawai dan pekerja," ucap Tania sesaat setelah masuk ke dalam taksi.

(Hiatus)Bukan Salah Takdir Jika Kamu Bukan Jodohku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang