"Kevin?!"
"Nala?!"
Mereka terkejut satu sama lain.
Kevin pun segera kembali menemui Nala lalu mengajak Nala pergi ke tempat yang lebih sepi. "Mohon maaf pak, di tunda dulu sebentar," ucap Kevin pada pak penghulu.
"Nal, aku mohon jangan bilang dulu sama Tania, aku akan jelasin semuanya nanti setelah acara selesai." Kevin memegang tangan Nala dengan penuh harap.
"Jadi kamu mau nikah dulu baru jelasin sama aku! dasar penghianat!! tega kamu sama sahabat aku! Kalau kamu nggak bisa setia sama sahabat aku seharusnya kamu nggak usah macarin dia!" cecar Nala, emosinya semakin meledak-ledak.
"Nal, aku mohon mengertilah, ini nggak seperti apa yang kamu kira, aku juga terpaksa menikah sama dia!"
"Maksud kamu apa?"
"Maka dari itu izinkan aku menikah dulu sama Natalie baru aku akan menceritakan semuanya ke kamu."
"Terus gimana sama sahabatku? kamu mau mengkhianati dia?"
"Kevin, Nala? kalian saling kenal?" ucap Niken, Ibu Natali, yang baru datang dari belakang mereka.
"Ehh, Tante, Iya kami dulu satu sekolah," ucap Nala.
"Oh, gitu." Niken, ibu Natalie hanya mengangguk paham.
"Ya, udah ayo kita keluar, penghulunya sudah nungguin tuh, mau ganti tempat soalnya."
"Seketika itu Nala menoleh ke arah Kevin dengan mata lebarnya yang mengharapkan sebuah jawaban pada Kevin.
Namun, Kevin hanya mengangguk dengan memejamkan matanya sekejap. "Baik, Bu." ucap Kevin.
Pandangan mata Nala tak bisa lepas dari Kevin, ia tak menyangka bahwa sahabatnya akan dikhianati di depan matanya seperti ini. Padahal selama pacaran, Kevin benar-benar setia dan sangat mencintai Tania. Acara ijab kabul pun dimulai, namun, Nala tak bisa menyaksikan itu semua, akan Tetapi dia juga tidak bisa untuk meninggalkan tempat itu karena sahabatnya, Natalie. Ia Memalingkan pandangan ke arah lain alih-alih menahan air matanya yang ingin jatuh.
Sesuai perjanjian, setelah acara ijab kabul dan resepsi telah dilaksanakan, Kevin akan segera menjelaskan rahasianya. Nala menghampiri Natalie dan Kevin. "Selamat, ya, Natalie akhirnya lo bisa nikah dengan orang yang lo cintai," ucap Nala sembari melirik ke arah Kevin dengan mata tajamnya.
"Iya, makasih ya Nal, udah mau sempetin datang. Oh, ya, BTW kalian udah saling kenal ya, tadi bicara'in apa?" Natalie penasaran dengan kejadian tadi saat Kevin tiba-tiba kembali untuk berbicara dengan Nala.
"Iya, dulu kita satu sekolah, makanya tadi aku kaget pas Kevin yang datang. Kita juga gak bicara'in hal yang penting, kok," senyum Nala agar Natalie tidak curiga.
"Oh, gitu, gue kira kalian pacaran," celetuk Natalie.
"Ehh, gue mau copot sanggul ini dulu, ya, soalnya gue benar-benar enggak betah, kepala gue pusing berasa ketarik.
"Iya, silakan," ucap Nala.
Setelah Natalie berlalu, Nala segera menarik lengan Kevin, ia membawanya keluar ke belakang jendela masjid bagian kiri, Nala harus mendapatkan penjelasan yang tepat dari Kevin.
PLAK ...
Nala tak bisa menahan emosinya lagi pada Kevin. "Sekarang jelasin sama gue apa yang terjadi!"
"Baik, akan aku jelaskan. Jadi gini ceritanya."
LIMA BULAN YANG LALU ...
DRRRT DRRRT DRRRT ...
Suara dering handphone Kevin mengganggu waktu tidurnya. Kevin berusaha membuka matanya yang masih lengket itu.
" Siapa sih tengah malam begini telpon?" gumamnya sembari meraih handphone nya yang berada di atas meja samping kasurnya."Kevin! showroom kita kebakaran! kamu cepat kesini!" seru seorang laki-laki dalam telpon itu.
"Baik, Pak, saya akan segera kesana!" Kevin pun bergegas menuju lokasi yang dimaksut. Matanya yang semula lengket itu kini terbuka lebar.
Sesampai disana, sudah ada pemadam kebakaran dan beberapa teman kerja Kevin serta para tetangga laki-laki yang sudah berusaha memadamkan kebakaran itu. Walaupun semua tenaga pria sudah dikerahkan, namun, kebakaran tak bisa dihentikan dengan mudah. Isi bangunan itulah yang membuat kebakaran awet tak terkendalikan. Walaupun begitu, setidaknya tidak ada korban jiwa yang terkena.
Sang pemilik bengkel menangis histeris, karna kejadian malam itu membuatnya bangkrut dan terpaksa memberhentikan semua karyawan termasuk Kevin. Pastinya Kevin juga ikut terpuruk dalam hal ini, karna ia harus mencari pekerjaan lain, dan itu puj juga tidak mudah. Padahal tinggal separuh jalan lagi ia akan berhasil mengumpulkan uang dan segera pulang ke kampung halaman, namun, dalam kondisi seperti ini tidak mungkin ia langsung pulang sedangkan uangnya juga belum cukup.
Kevin telah berkeliling untuk mencari pekerjaan yang cocok untuknya, namun, ia masih belum menemukanya. Kevin tak berani cerita pada Tania, karna ia takut akan menambah beban pikiran untuk kekasihnya. Sudah cukup masalah ibunya membuatnya harus bekerja keras, "jangan sampai Tania kawatir," gumamnya. Maka dari itu mulai saat itu ia jarang menelpon.
Suatu ketika pada malam hari saat ia pulang, Kevin melihat sesosok wanita yang terbaring di pinggir jalan. Ia segera menghampiri wanita itu untuk memastikan keadaannya. "Mbak, mbak bangun mbak! mbak?" Kevin berusaha membangunkanya, ia menggoyang-goyangkan badan wanita itu. Tanpa berpikir panjang Kevin langsung membawa wanita itu ke rumah sakit. wanita dengan pakaian terbuka dan seksi itu tidak memiliki tanda pengenal atau sejenisnya di tas nya, sehingga kevin kesulitan untuk mencari keluarganya, namun, untungnya Kevin mendengar suara dering handphone yang berada di dalam saku celana pendek wanita itu. 'Mama' adalah nama yang tertera di layar handphone wanita itu, Kevin segera mengangkatnya.
"Natalie! kamu di mana? kok gak pulang-pulang?" seru wanita yang disebut Mama itu.
"Mohon maaf tante, saya Kevin orang yang menemukan pemilik handphone ini."
"Emangnya dia kenapa?"
"Saya tadi menemukannya pingsan di pinggir jalan, jadi, saya membawanya ke rumah sakit. Saat ini ia sedang diperiksa oleh dokter.
"Di rumah sakit mana? kalau gitu saya akan segera ke sana." Wanita yang disebut 'Mama' itu segera mematikan teleponnya, mungkin ia sedang dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Sepertinya jarak rumah wanita itu dengan rumah sakit tidak lah jauh sehingga wanita itu bisa sampai dengan cepat.
Kevin yang melihat seorang wanita yang baru datang berlari tergopoh-gopoh, ia berpikir "Mungkin dia ibunya!" Ia segera menghampiri wanita itu. "Mohon maaf, apakah anda ibunya Natalie?"
"Iya, saya Niken ibunya, kamu yang ada ditelpon, kan?"
"Iya, Tante, silakan Ikuti saya," ajak Kevin berjalan menuju ruang UGD.
"Bagaimana keadaannya anak saya?" cerca Niken.
"Saya masih belum tahu, Tante, karena dokter belum keluar sejak tadi," jawab Kevin. Namun, tak lama kemudian dokter keluar dari ruang UGD.
"Bagaimana keadaan anak saya, Dok? celetuk Niken.
"Bisa kita bicara di ruangan saya?"
"Baik, Dok."
Mereka pun segera pergi meninggalkan Kevin. Namun, sebelum Niken meninggalkan Kevin, ia berpesan, "minta tolong titip anak saya sebentar, ya."
********
Wahh, penasaran gak sih sama cerita Kevin ini, kenapa bisa nikah sama orang lain🤔 ikuti saja kisahnya dan jangan lupa vote dan komenya🤗😉
KAMU SEDANG MEMBACA
(Hiatus)Bukan Salah Takdir Jika Kamu Bukan Jodohku
Любовные романыHiatus.... Kevin dan Tania adalah sepasang kekasih yang bahagia. Kebahagiaan itu bukan didapat dari romantisnya, melainkan dari sifat mereka yang saling memahami dan mau mengerti satu sama lain. Walaupun kisah mereka terlihat sempurna, cinta mereka...